Sunday, September 30, 2012

Kesaksian Pancasila

Kenapa bangsa Indonesia mempunyai Pancasila sebagai semboyan bangsa. Di karenakan perjalanan bangsa dan peradaban yang sudah menjadi sebuah ciri dari masyarakat dan bangsa yang berbeda-beda namun beriktikad kuat untuk menyatukan pandangan membentuk sebuah peradaban bangsa yang merdeka. Bila Pancasila muncul adalah karena anak-anak bangsa sudah ingin menjadi pribadi yang bebas berdiri sendiri dan mempunyai kemauan untuk maju menatap masa depan sendiri. Bila bangsa ini tidak mengenal penjajah mungkin akan berbeda perjalanan sejarah yang dilaluinya. Sejarah sudah banyak mencatat bagaimana rakyat bangsa ini menjadi korban penjajahan. Ratusan juta nyawa melayang percuma membela tanah air ini. Percuma karena mereka tak pernah merasakan kemerdekaan. Sementara tanah yang sudah merdeka sekarang gersang bagai tanaman di musim kemarau, galau dan suram. Tanah menjadi tandus saat kemarau datang dan saat penghujan tiba tanah menjadi becek dan banjir dimana-mana hingga selalu menjadi bahan pergunjingan dimana-mana yaitu kebutuhan pokok pangan mahal, orang kecil tak bisa bernafas lega atau sesak nafas sepanjang hari.

Kita sudah tidak lagi mendengar dentingan peluru dan dentuman meriam dari penjajah. Yang kita dengar sekarang hanya mercon saat menjelang perayaan keagamaan. Pola fikir masyarakat sekarang bagaimana bisa hidup tenang dan makmur mencari pekerjaan yang layak. Nilai patroitisme sudah banyak yang bergeser bahkan di bangku sekolah saja sudah miskin dengan itu semua. Kemana lagi mencari Pancasila di jaman ini. Pancasila hanya sekedar menjadi tulisan di kelas-kelas sekolah, Pancasila hanya sebagai pengingat dan dibaca ulang saat upacara bendera atau apel-apel di kantor-kantor. Pancasila hanya simbol yang sudah tidak favorit lagi di kalangan pelajar. Kalau sudah lepas dari bangku sekolah Pancasila tidak teringat lagi hilang musnah dalam fikiran.

Kenapa bisa demikian?. Perjalanan bangsa ini sudah sangat menyedihkan dan masih terasa menyisakan berbagai kenangan yang memilukan dari hasil penjajahan. Upeti, pemerasan, penindasan, dan kekerasan sangat membekas menjadi lukan bangsa yang tidak pernah bisa musnah. Sisa-sisa kesedihan dan kesengsaraan masih dekat di tenggorokan sehingga bangsa ini masih mengenangnya, sehingga pengalaman-pengalaman pahit itu terbawa sampai jaman modern ini. Semua ingin cepat kaya, tidak pejabat maupun penjahat semua berkedok orang baik-baik yang mempunyai rasa kebangsaan yang tinggi. Saktikah Pancasila selama ini?. Pancasila merupakan nilai yang diwariskan oleh leluhur kita untuk bersama-sama menjaganya. Menjaga supaya nilai yang baik itu tidak lekang oleh waktu dan tidak hangus oleh modernya bangsa. Bahwa nilai itulah yang membawa bangsa ini besar di mata bangsa-bangsa lain di dunia.
Marilah mencoba membuka kembali Pancasila yang sudah terbenam lumpur, Pancasila yang menjadi tolak ukur kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Pancasila yang dicerminkan lewat perbuatan dalam masyarakat yang damai bebas dari anarkis, kemunafikan dan perpecahan. Siapa lagi yang akan menjaganya selain kitab semua. Kerusakan sudah merajalela di tanah air ini, rusaknya tanggung lapindo sampai rusaknya jalan raya. Pancasila menjadi saksi bisu rusaknya alam dan bumi Indonesia tercinta. Siapa yang disalahkan Pancasila ataukah orang-orang yang menciptakannya. Kenapa harus diciptakan Pancasila? Tanyalah pada rumput yang bergoyang jawabnya. Apakah tidak cukup Al-Qur'an sebagai petunjuk hidup umat manusia di bumi? Jawabnya belum cukup. Kalau sudah cukup pastilah seluruh penduduk bumi beragama Islam dan menyatakannya sebagai agama yang benar. Inilah pentingnya menjaga pedoman bermasyarakat dan berbangsa untuk memajukan mengayomi dan memajukan berbagai perbedaan keyakinan dan tujuan. Akankah Pancasila sakti terus, jawabnya adalah tergantung keinginan masyarakat dan bangsa Indonesia mau dibawa kemana selajutnya Dia (Pancasila). Pancasila yang sudah menjadi saksi sejarah sepanjang masa hingga detik ini.
Semoga bangsa ini tetap jaya sepanjang jaman, menjadi bangsa besar yang bisa mengenang jasa-jasa para pahlawan. Baldatun thoyibatun wa robbun ghofur semoga akan selalu tercapai yang terjaga dengan baik.
Allahumma salli'ala Sayidina Muhammadin 
Salatan tunjina biha min jami’i’l  ahwaali wa’l afaat
Wa taqdi lana biha min jami’i’ l haajaat
Wa tutah-hiruna biha min jami’i’- s -saiyaat,
Wa tarfa’una biha indaka ‘ala darrajaat
Wa tuballighuna biha aqsa’l ghayaati min jami’i’l khayraati fi’l hayaati wa ba’ada’l mamaat

Wallahu'alam Bishowwab
Penulis
Chie Zhoen

Wednesday, September 26, 2012

Ketika anak sekolah berfikir

Saat anak sekolah memasuki pagi hari, yang terbayang di benak mereka adalah pagi ini mata pelajaran siapa, yang mengajar siapa, siapa lagi yang akan bertemu, pulangnya jam berapa dan sebagainya. Rasanya enggan untuk berangkat sekolah dan hampir 90% perasaan ini di hinggapi oleh seorang pelajar, yang ada mereka ingin suasana baru dari ekosistem sekolah. Suasana baru yang jauh dari hukuman, suasana baru yang jauh dari tekanan, suasana baru yang menyenangkan, suasana baru yang membuat hati senang. Kenapa bisa demikian? Jawabnya adalah wajar. Wajar karena jiwa dan karakter seorang yang masih muda enaknya adalah bersenang-senang tanpa mengenal beban dan penatnya pelajaran. Kenapa demikian lagi? Jawabnya adalah inilah anak Indonesia yang sering dicecoki oleh hal-hal yang berbau kebenaran dan fatamorgana. Setiap dari pelajar selalu ditekankan oleh gurunya sebuah kebaikan, kedisiplinan dan kepatuhan. Mereka jarang di ajak berfikir tentang sebuah analisa yang bebas tentang hak dan kewajibannya sebagai seorang yang masih muda dan berpredikat pelajar. Mereka jarang diberikan sebuah tanggungjawab yang membuat pola fikirnya berubah bahkan bisa menyebabkan perangai dan sikapnya berubah. Berbagai argumen, pendapat, pemikiran, bahkan sampai canggihnya kurikulum belum bisa dikatakan bisa menyejahterakan otak seorang pelajar untuk merubah dirinya sebagai manusia baru yang punya analisa ke arah yang sederhana yaitu menjadi pribadi yang santun dan cerdas.

Pola dan sistem asuh pada jaman ini khususnya di sekolah adalah seringnya menunjukkan sebuah contoh antara enak dan tidak enak, sukses dan gagal, lulus dan tidak lulus, hukuman dan reward. Sementara jarang sekali yang mencoba membina sebuah ekosistem yang maju. Maju dalam pola asuh anak yang mengedepankan pola fikir yang lugas. Memberikan kebebasan anak untuk berkreasi menuangkan ide dan gagasan dan sanggahan kenapa pola fikirnya selalu berubah-ubah sesuai iklim yang tidak menentu. Banyak anak yang setelah diberikan pelajaran bahkan jadi bingung dan susah untuk berfikir rasional. Inilah pentingnya karakter sekolah yang membina anak dalam koridor yang membangun dan benar. Sekolah harus bisa memberikan pelayanan yang tidak berat sebelah, bermartabat dan bisa menempatkan mereka pada wadah yang tepat sesuai kemajuan akhlaknya. Membina anak tidak semudah membalikkan telapak tangan karena anak adalah gambaran orangtuanya saat di masa muda. 1 juta siswa sama dengan 2 juta karakter orangtua wali yang menurun pada mereka. Butuh 100 orang tenagan konseling dalam penanganannya. 
Sekolah Dasar adalah upaya menanamkan nilai aktual demi kematangan kejiwaan di masa yang akan dilaluinya. Sekolah Menengah adalah upaya mewujudkan pola fikir peserta didik menuju arah pemikiran yang akan mencari masa depan dan wacana tentang kehidupannya kelak. Perguruan Tinggi adalah upaya untuk mewujudkan karakter dan kedewasaannya dalam pemilihan hidup seseorang yang menuju masa depannya. Jenjang yang sudah berjalan beratus tahun di Indonesia telah merubah bangsa ini ke arah yang lebih maju, melahirkan putra-putra terbaik bangsa dan tidak lupa putra putri bejat bangsa. Semua adalah produk sekolah dan ini adalah sebuah nilai kewajaran. Kembali pada hakekat hidup bahwa manusia akan kembali pada fitrohnya yaitu akan memilih jalan sesuai warna aura masing-masing walaupun sudah melewati jenjang pendidikan. Manusia akan berbentur kepada kebutuhan jasadi_nya yaitu pemenuhan kepuasan hati dan perutnya. Inilah mengapa dalam pola anak sekolah dibutuhkan sarana dan prasarana yang sangat komplit bahkan sampai pemenuhan kebutuhan akal, hati dan daya imajinasi mereka. Sebuah modal yang sangat besar yang harus dibutuhkan oleh sebuah lembaga sekolah untuk mewujudkannya. Jadi pertanyaannya apakah lembaga sekolah sudah memberikan reward yang terbaik terhadap itu semua. Apakah hak mereka sudah tercukupi selama ini ataukah hak mereka selalu dirampas percuma tanpa akal sehat dan pola asuh yang kondusif. Semua akan kembali mau dibawa kemana anak didik kita semua, anak bangsa Indonesia yang keluar dari rahim ibu pertiwi yang butuh susu segar sepanjang masa mudanya. Pendidik adalah tolak ukur kematangan psikomotorik anak secara universal, sistem sekolah dan lingkungan adalah batu loncatan menuju afeksi peserta didik yang matang dalam hidup bermasyarakat. Sehingga pertanyaannya mau dibawa kemana setiap sekolah yang didirikan?. Demi keutuhan sekolah atau demi kelangsungan masa depan siswa? Jawabnya terserah mau dibawa kemana saja.
Berdoa tentunya akan terkait dengan berusaha, berusaha akan tidak lepas dari keikhlasan, keikhlasan akan kembali kepada urusan hati dan perut. Semoga kita semua menjadi orang baik dan selamat. Baik semua urusannya dan selamat jasad dan hatinya.
ihdinash shirathal mustaqim
Penulis
Chie Zhoen




Wednesday, September 19, 2012

Nilai Kedisiplinan


Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Bila tidak pernah salah dan lupa adalah bukan manusia tetapi malaikat dan Allah SWT. Jikalau semua memahami akan hakekat keberadaan manusia, mungkin tidak akan ada manusia yang merasa dirinya jauh lebih baik dari manusia satu dengan yang lainnya. Kenapa hal-hal yang tidak baik selalu saling beradu di antara semua manusia yang saling kenal mengenal? jawabnya adalah wajar, karena jiwa manusia selalu tidak pernah ada puasnya. Di kasih harta yang berlimpah ingin meraih harta orang lain yang lebih banyak, di kasih anak yang sholeh dan sholehah masih menginginkan anak lagi yang jauh dari penurut. Di kasih ilmu yang tinggi masih ingin mencari ilmu lagi karena merasa masih ada yang lebih pintar darinya. Di kasih kenikmatan masih menambah kenikmatan bahkan mencuri kenikmatan orang lain dan lain sebagainya. Hal yang patut disyukuri adalah bagaimana kita bisa membawa amanah menjadi jiwa yang biasa lepas dari unsur ujub, riya dan fitnah. Adalah menjadi manusia yang sadar akan kelemahannya bukannya merasa sangat sadar akan kelebihannya. Inilah yang sangat sulit dilakukan apalagi kalau orang tersebut sudah dalam taraf maqom yang tinggi.

Berbicara dari hati ke hati tentunya akan melepaskan semua ego dan semua aktribut yang melekat dibadan. Aktribut yang membawa terhadap jiwa takabur dan angkuh, jiwa yang kurang sadar akan jatidir manusia yang lemah. Jika setiap manusia yang berkumpul dan bermusyawarah tidak bisa menentramkan hati dan perangainya jelas sebuah kumpulan manusia hanya akan melahirkan kemudhorotan dan kemubaziran dalam semua hal baik omongannya maupun semua tindak tanduk bahkan keputusan-keputusannya. Manusia yang syarat akan amaliah yang berbobot jelas akan menjauhkan diri dari hal-hal tersebut lebih baik tidak menyentuh daripada amal-amal yang telah dilakukan raib atau menguap seperti air terkena panas matahari atau terkena api di perapian menguap bagai debu. Jikalau ada manusia yang patuh akan perintah Allah SWT dan manusia tersebut siap dalam sikap dan tingkah lakunya tentunya manusia tersebut berbeda dengan yang lain. Dan ini bisa 1 diantara 1000 manusia penduduk bumi.
Kedisiplinan adalah bentuk dari tata nilai yang ada dalam sebuah sistem, konkritnya adalah membiasakan diri untuk menemukan hal baru dalam suasana terkini dan harus dilesaikan dalam waktu yang singkat. Nilai dunianya adalah menyegerakan setiap urusan yang dianggap menjadi tanggungjawabnya. Nilai intrinsiknya adalah menjadikan sebuah motivasi untuk menemukan amaliah baru menuju tujuan yang hendak dicapai masing-masing insan, apabila tujuannya dunia jelas ukurannya adalah nilai keduniawian, apabila tujuannya akherat jelas konsekuensinya adalah pemenuhan kebutuhan ukhrowinya. Kedisipilan apakah bisa diartikan siap dan tepat waktu dalam segala hal. Jawabnya bisa iya atau tidak. Lebih lugasnya adalah bagaimana kedisiplinan akan menumbuhkan semangat baru untuk menjadi pribadi yang lebih tangguh bukanlah menjadi pribadi yang serba tangguh atau figur. Contoh manusia tangguh akan menjadikan setiap dari mereka melahirkan takabur dan jauh dari rahmat Allah SWT. Mulailah berbicara lain supaya nilai kematangan jasad akan tambah menjadi kematangan hati dan jiwa. Hati dan jiwa yang telah matang jelas tidak akan memberikan contoh tetapi akan menunduk dan tabah. Setiap hal sudah ada pada tempatnya, rizki, umur, kemulyaan sudah tergaris penuh dengan keindahan. Sehingga berdo'alah semoga setiap hari dalam hidup kita akan menjadi kehidupan yang penuh dengan keindahan bukan tawar menawar antara hak dan yang bathil atau yang lalai ataupun lupa, atau juga yang lambat atau yang lebih awal.
Jalan yang lurus Allah SWT adalah jalan yang bisa di nalar oleh akal fikir manusia, juga meruapak jalan yang tidak bisa terfikir oleh akal fikir kita sebagai insan yang penuh dosa.
Semoga kita tetap menjadi pribadi yang sholeh dan sabar.
Subhanallah, walhamdulillah, wala ilaha illallah, wallahu akbar, wala hawla wala quwwata illa billah.
Wallahu'alam Bishowwab
Penulis,
Chie Zhoen

Sunday, September 16, 2012

Watak silaturahim

Setiap hari manusia akan selalu bertemu dengan teman, saudara, tetangga dan semua rekan dalam hubungan saling menguntungkan atau sejenisnya dalam rutinitas pekerjaan ataupun keseharian. Sehingga setiap dari mereka akan berinteraksi satu sama lain. Apa yang terjadi maka datanglah, apa yang hadir akan muncul dan bertemu, apa yang hilang akan kembali tiba tanpa disadari, apa yang pergi akan datang pulang kepangkuan. Apa yang di angan-angan pasti hampir sama karena sering berdekatan. Namun ada yang selalu membedakan yaitu sebuah nilai silaturahim. Silaturahim dalam pandangan personal atau pribadi akan diterjemahkan berbeda. Akan sama arti apabila berangkat dari satu hukum yaitu Al-Qur'an, tetapi praktisinya jelas akan berbeda pemahaman tergantung siapa yang menerjemahkannya. Inilah sebuah naluri insan yang tidak bisa bertemu walaupun agama yang menyatukan, walaupun Allah SWT yang menyiarkan secara langsung lewat firman_Nya. Kenapa bisa demikian?


Adalah watak manusia yang suka di puji enggan di anggap remeh, judulnya adalah harga diri atau hati nurani. Setiap insan pasti akan merasa kecewa, gundah, jengkel bahkan dendam. Kepada siapa?, banyak hal jawabnya. Bisa dikarenakan masalah sepele, masalah besar bahkan hanya karena humor atau ejekan. Setiap manusia adalah jiwa yang rapuh, rapuh terhadap kelemahan ataupun rapuh karena kelebihannya. Kerapuhan ini akan membentuk jiwa yang enggan diajak kompromi, terlebih apabila hatinya sudah terluka, luka karena selalu diremehkan, terluka karena merasa tidak dihargai selalu menjadi bahan gunjingan dan disepelekan entah itu sengaja ataupun tanpa unsur yang nyata. Muncullah sebuah jiwa yang acuh tak acuh atau masa bodoh. Dengan judul setiap yang hadir berusaha untuk di diamkan tidak berkomentar dan tidak mau mendekat karena hanya akan merusak amal bahkan menjadikan hati terluka. Hingga untuk keselamatan jasad dan hatinya setiap manusia yang sudah terluka akan berdiri pada koridor yang aman.
Dalam naungan Islam makna silaturahim adalah menjaga nilai kebaikan di antara sesama manusia, berusaha menjaga kemanfaatan dibanding mudhorot yang dimunculkan. Setiap berdiri dibarisan shof sholat sebenarnya kita telah menjaga silaturahim di antara sesama Muslim dan Allah SWT tidak pernah membedakan siapapun yang menghadap di rumah_Nya. Pada area setelah lepas dari rumah Allah tersebut manusia menemukan banyak silaturahim, dalam arti luas yaitu bertebaran mencari nafkah adalah bentuk silaturahim terhadap malaikat kelak di akherat. Jikalau bertebaran di muka bumi untuk kepentingan keluarga pastilah akan menemui pahala yang menggunung yang akan mempertemukan malaikat di surga-surga Allah. Sekarang kenapa manusia suka memilah silaturahim dalam sekala minoritas. Contoh kasus umat Islam dalam koridor suku, bani, KTP atau ormas. Ormas Islam cenderung enggan bekerjasama, justru bahkan terkesan dan banyak terbukti saling terkotak-kotak dan saling membenci. Setiap saat berbeda pendapat dan berselisih padahal tujuannya sama yaitu surga Allah SWT. Apa memang benar silaturahim tidak bisa membentuk akhlak manusia menjadi lebih baik? Jawabnya iya dan tidak. Bisa apabila satu sama lain saling menguntungkan dan saling berfastabikhul khoirot secara ikhlas. Tidak apabila satu sama lain saling membenci sampai ke ubun-ubun bahkan sampai matipun. Pertanyaannya siapa yang paling berbakti kepada Allah SWT? Jawabnya adalah manusia yang ingat (dzikrullah) pada setiap persendiannya. Tentang pahala surga Allah hanya Dia yang akan membalasnya, buktinya besok di alam keabadian yaitu Akherat siapa yang akan masuk surga duluan apakah ormas ini atau ormas itu? wallahu'alam. Shof yang rapatpun jelas akan memudarkan silaturahim dalam bentuk nyatanya di masyarakat. Inilah jihad yang sebenarnya bagaimana umat Islam bersatu dalam mencari surga Allah SWT bukan jihad dalam berbagai perbedaan untuk menangkal perbedaan yang lain.
Tolak ukur cinta Allah dan rasul adalah bagaimana mereka bisa menghargai jerih payah Rasulullah dan Allah SWT dalam menuntun manusia mencari jalan yang benar di bumi. Bukan watak manusia yang suka bersilaturahim dalam skala jauh dari rahmat Allah. Saling menghardik, mencurigai, mengejek, enggan bertemu, suka mencari kesalahan dengan mengatasnamakan firman Allah dan sebagainya. Jiwa-jiwa inilah yang harus selalu disirami watak silaturahim supaya mengerti apaseh hidup dalam naungan ISlam yang sejujurnya. Cinta Allah dan rasul akan selalu hadir pada manusia apabila kita semua mau mengenal satu sama lain secara damai tanpa baju yang dikenakan, bila baju berbeda namun hatinya sama yaitu rasulullah kenapa harus telinga jadi batu sandaran, hanya adzan yang terdengar namun hatinya rapuh menerima iqomah_nya. Apakah silaturahim akan membekas membentuk watak-watak manusia yang Islami yaitu taqwa ataukah watak-watak manusia sendiri yang membentuk silaturahim di kalangan sendiri dalam arti yang berbeda?
Semoga kita semua mendapatkan surga Allah SWT di semua pintunya, semoga rahmat dan ampunan selalu Allah berikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW hingga kelak kita semua bertemu dalam keselamatan yang dijanjikan kepada umat beliau. Amiiin.
Allahumma anta robbi laa ilaha illa anta, kholaqtani wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu. A’udzu bika min syarri maa shona’tu, abuu-u laka bini’matika ‘alayya, wa abuu-u bi dzanbi, faghfirliy fainnahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta.
Wallahu'alam Bishowwab.
Penulis,
Chie Zhoen

Sunday, September 9, 2012

Pesta Demo_krasi telah usai, marilah berjabat tangan. Pilkada Clp_End


Keinginan untuk membangun masyarakat, bangsa dan negara, sebuah sistem akan dirubah dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Otomatis pengaruh pemimpin adalah tolak ukur bagaimana sistem itu bisa muncul ke permukaan membentuk kemakmuran yang diinginkan. Keinginan masyarakat adalah satu yaitu ketentraman. Ketentraman dalam mencari nafkah, ketentraman membina rumah tangga, rukun tetangga dan rukun daerah. Ketentraman dalam menuangkan ide-ide baru demi kemajuan sebuah daerah dan tentunya perut kenyang untuk diri dan anak istri tanpa dentingan peluru tajam. Bagaimanakah ini akan bisa terwujud?, tentunya semua akan kembali pada sebuah analisa pesta demokrasi yang bisa menjadikan jatah menuju kearah sebuah perubahan mendasar yaitu urusan perut dan kepala. Mudah dalam menentukan pilihan namun sulit dalam mencari keyakinan balik tentang sebuah program atau janji yang ingin menjaga kelangsungan sebuah nama yaitu rakyat.

Rakyat adalah sebuah kata yang sering dilupakan karena banyak sekali yang ingin disebut rakyat. Dari yang kecil hingga yang sudah ubanan, dari ujung timur sampai ujung barat. Dari pejabat sampai rakyat jelata, dari yang naik becak sampai yang naik pesawat, dari mana mau kemana jawabnya. Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat jawabnya. Pejabat adalah warga negara alias rakyat, orang kebanyakan juga rakyat yang punya perut dan anak. Jadi bisa disimpulkan bahwa kita semua adalah warga negara yang butuh naungan yaitu sebuah negara. Mau dibawa kemana jatah hidup kita kalau semua diukur dengan sebuah jabatan dan gelamournya fuluz. Apa jatah hidup kita bisa menemukan kemulyaan di ahkerat dengan itu semua. Kalau disuruh berfikir tentang itu semua jelas jawabnya masa bodoh. Karena semua kembali kepada perangai manusia yang mau berfikir, yang penting dapur ngebul bisa meneruskan hidup dan keturunan, sehingga jarang sekali mengedepankan amal sholeh apalagi jiwa ksatria, itu adalah sudah rumus hidup dalam alam sosio kultur. 
Sebuah pesta demokrasi akan membawa kemanfaatan apabila dibarengi dengan semangat kebangsaan dan menjaga sportifitas. Pandangan tentang pesta demokrasi secara teoritis sangat menarik penuh dengan kemakmuran dan kemajuan. Namun setelah sampai pada jajaran lapangan banyak kaki saling beradu bahkan tangan yang seharusnya tidak memegang bola malah melempar bola bukan pada saat tangan boleh memegang. Inilah sebuah kewajaran bahwa nilai demokrasi hanya sebuah batasan yang tipis antara halal dan haram. Bagaimana nilai ini bisa membentuk wajah sebuah daerah dan bangsa yang demokrasi dan modern. Ujung pangkalnya adalah bagaimana sebuah jajanan bisa laku terjual menyisakan keuntungan untuk tambahan dagangan berikutnya. Tapi, sebuah pesta demokrasi bukan sebuah mainan yang harus dileparkan begitu saja, karena semua itu akan menuju pada akar dumadoseng kawula ingkang saged mangayubagyo tatanan lan negoro ingkang toto titi tentrem kerto raharjo gemah ripah loh jinawi. Mau dibawa kemana bila afeksi sebuah bangsa terbentuk dari pola fikir masyarakat yang sudah lewat pembelajaran yang kurang manusiawi.
Kembali kepada keyakinan agama dan kita kembalikan pada koridor berbangsa dan bernegara yang sebenarnya, bahwa sebuah kompetisi akan memunculkan ekses yang mengarah kepada ketidakharmonisan ekosistem, namun apabila sebuah kompetisi dilandasi dengan semangat untuk maju secara bersama-sama, tentunya kita semua akan bisa berjabat tangan dengan damai.
Semoga kita semua bisa menjadi warga negara yang baik dan bertanggungjawab akan keutuhan negara kesatuan republik Indonesia. Kembali kita harus mengibarkan sang merah putih untuk menjaga ukhuwwah dalam berbangsa dan bernegara. Semoga kita bisa Baldatun thoyibatun wa rabbun ghofur.. Amien.
Allahumma sholli ala syayidina muhammad qoddoqodk hilati adrikni yaa rosulalloh
Wallahu'alam Bishowwab
Penulis,
Chie Zhoen

Friday, September 7, 2012

Durian dan Kedondong


Durian adalah buah yang sangat nikmat berbau harum dan menyengat. Kecil ditatap kalau sudah besar disikat alias dicuri. Banyak yang suka durian namun banyak pula yang enggan memakannya karena memikat dan bikin sekarat. Kulit luar keras, berduri besar dan jatam, bila kejatuhan durian bukan nikmat yang di dapat tapi luka yang tersayat. Di kulum nikmat dicium dahsyat, dirasakan lembut dan hangat. Bila panas terik makan es durian.. Duuh alangkah segarnya!!!... Apa yang anda fikirkan tentang durian?
Apa pula yang bernama kedondong. Kedondong adalah buah yang halus luarnya dalamnya berserabut, rasanya asam dan manis. Buah ini suka dikonsumsi untuk bikin rujak beramai-ramai, jarang di lirik tapi apabila bibir terasa mau muntah kedondonglah yang dicari untuk bertemu dengan sambal rujak, sedapnya kata ibu-ibu. Kedondong juga sering buat manisan, rasa buahnya akan terbawa ke lidah bahkan seratnya menggaruk gigi dan susah dicabut. Nikmatnya buah ini saat menggigit sisa buah pada serabutnya ibarat mencongkel sisa-sisa daging di tulang enggan dilepas. Kedondong adalah tipe buah yang munafik, halus luarnya dalamnya berserabut alis beda antara muka dan hatinya.
Setiap orang mempunyai kesamaan indera, khususnya indera pengecap yaitu mulut dan lidah. Bila rasanya asin pastilah semua orang akan mengatakan asin. Bila rasanya manis tentunya banyak yang setuju kalau rasanya manis. Apabila rasanya pahit tentunya semua tidak akan berbohong kalau rasa itu pahit. Jika rasa tersebut asam orang yang ikut merasakan pasti akan sama untuk menyatakan kalau itu adalah berasa asam. Namun berbeda apabila istri kita sudah memasak dengan giat dan menyajikan masakan dengan senyuman terindah, padahal masakan yang telah diolah itu setelah dicicipi tidak masuk di lidah apalagi harus di telan ke tenggorokan. Dengan hati gusar sang suami pasti akan mengatakan masakan tersebut sangat lezat biar tidak dimarahi atau takut tidak diberi jatah surga..
Kesamaan ini bukan ukuran apabila semua orang akan bisa menelan setiap rasa ini dengan nikmat. Ada orang yang tidak suka masakan manis, ada orang yang enggan masakan asin dan ada pula orang yang tidak suka keduanya. Inilah mengapa Allah SWT menciptakan indera yang sama namun berbeda rasa dalam menerima kenyataan indera ini dalam menyatakan setiap yang dihadapi indera ini. Semua tidak bisa dipaksakan dan semua tidak bisa membayangkan kenapa ini harus terjadi. Jawabnya adalah marilah belajar memasukkan hal yang tidak bisa dirasakan oleh indera kita ke dalam kerongkongan tanpa keluh dan kesah. Semakin tua tentunya semakin banyak keinginan namun kurang melihat keadaan dan hilang percaya diri hingga berubah sifat dan sikapnya. 
Apakah anda mau memakan buah durian kulitnya saja sementara oranglain memakan isinya. Ataukah anda mau memakan isinya sementara isinya tergeletak tanpa kulit jatuh terkena kotoran kambing sementara oranglain hanya menikmati aroma segar kulitnya.
Apakah anda mau memakan serabut buah kedondong sementara buah dagingnya dimakan orang lain. Ataukah anda mau memakan dagingnya setelah daging tersebut dijilati oleh anjing milik tetangga, sementara kulitnya berada di dalam digerus bercampur es buah yang segar. 
Jadilah seorang pribadi yang melepaskan su'udzon terhadap orang lain sekecil apapun, apalagi orang yang tidak suka kepada anda dan kita juga tidak pernah suka kepadanya. Bahwa belum tentu anda yang berpangkat tinggi, pejabat teras papan atas, bergunung harta benda, berhektar sawah dan ladang, beribu rumah kost-kostan, berpuluh-puluh mobil terparkir di pinggir jalan dan ber_milyar dollar uang dalam genggaman. Bisa menikmati makan yang lezat, bisa tidur dengan nyenyak ditemani nyanyian nyamuk. Bisa membeli apapun yang bisa dan ingin anda beli dengan mudahnya, seolah Allah SWT juga bisa terbeli dengan mudahnya. Padahal hatinya tidak tenang, jiwanya rapuh, inderanya tertutup awan seolah mendung tak terlihat dan oranglain yang selalu jadi publik figur untuk dipersalahkan sementara pundak sendiri tidak pernah anda sadari tidak pernah di lihat bahkan sekejap di depan cermin. Semoga anda suka mengambil hati orang lain tidak suka mengambil barang milik orang lain alias dhalim..
Bismillahirromanirrohim wala haula wala quwwata ill billah
Wallahua'lam Bishowwab
penulis,
Chiezhoen

Lentera ISO


Jika pertanyaan selalu ada jawaban pasti semua akan merasa lebih puas atau sedikitnya akan lebih paham maksud dan tujuan ataupun hal yang perlu di jabarkan dan diungkapkan. Namun bila pertanyaan tidak pernah ada jawaban pastinya setiap orang yang bertanya akan kembali berfikir kenapa pertanyaannya tidak dijawab. Bila pertanyaan tidak perlu membutuhkan jawaban tentunya karena diam adalah jawaban yang harus dipahami. Inilah sebuah komunikasi yang akan menjadikan manusia satu sama lain saling bertegur sapa. Kenapa kita enggan menyapa dan kenapa kita enggan bertanya. Jawabnya banyak faktor yang harus tidak perlu ditanyakan ataupun banyak hal yang perlu di diamkan supaya iklim lebih kondusif.

Manusia hanya sekedar menjalani takdir fitroh dari ketentuan Allah SWT. Manusia yang ingat sahabat tentunya suka bertegur sapa, enggan untuk saling bertengkar. Manusia yang sabar adalah gambaran seorang yang menyerahkan segala kepetingan kepada tangan yang benar yaitu Allah SWT. Manusia yang ikhlas yaitu sebuah fisik, bathin dan ruh yang selalu berdzikir menyebut Muhammad sebagai rasul dan Allah SWT zat yang tunggal. Manusia yang alim adalah sebuah manifestasi dzikirullah yang dijabarkan dengan perubahan akhlak dengan ta'lim. Manusia yang sempurna hanya Allah SWT yang bisa menjabarkannya. Bila sesama manusia bisa memprediksi hal tersebut adalah sebuah wacana yang tidak memunculkan sebuah sanggahan dan penolakan. Tidak ada sedikitpun dalam kamus manusia yang sudah mengenal dzikrullah ingin menjadi manusia yang sempurna di mata manusia yang lain bahkan di mata Rabbnya. 
Mata selalu bisa terjaga apabila fikiran, fisik dan hatinya masih kuat untuk bertahan di alam fana. Beda lagi kalau hal itu sudah bergeser dari kedudukannya karena kesibukan dan segudang aktifitas yang tak kunjung usai bersama rupiah yang berceceran. Fisik yang rapuh, semangat yang memudar dan cahaya Illahi yang sudah mulai melemah dengan bertambah aktifitas rohaniah yang justru melemahkan syaraf bukannya menambah indahnya bertemu dengan Allah di sepanjang waktu dalam 24 jam sehari. Semakin lemah daya imajinasi dan fisik akan semakin kendor pula daya cengkram aqidah yang masuk ke sanubari, bukannya tambah pahala dan amal sholeh. Hanya akan menumpuk dosa dan kesalahan setiap waktu. Indahnya berdoa akan terbentur dengan kesiapan kita menghadapi kenyataan dari doa kita entah sesuai harapan atau jauh dari angan-angan. Susahnya menerima kenyataan akan semudah kita melupakan kenyataan apabila selalu arif dalam menghadap Allah SWT walaupun banyak konsekuensi yang harus berbenturan.
Hati akan tertutup apabila semakin banyak orang yang menjauhi kita, hati akan terluka apabila banyak orang yang melecehkan kita, hati akan diam manakala orang sudah melupakannya. Dan hati akan susah diajak bicara apabila banyak orang dholim terhadapnya. Namun hati akan selalu diam walaupun masih ada cahaya di dalamnya walaupun sudah banyak orang yang meminta maaf padanya. Sudah lelah hati melihat hal yang selalu mengecewakan, enggan berbicara dan diam adalah sebuah harga mati untuk keselamatan jasad dan jiwa. Inilah mengapa kita melepaskan silaturahmi demi untuk menyelamatkan hati kita supaya tidak akan terus terluka.
Bukalah jiwa kita dengan hatinurani, sebuah warna yang beda akan muncul dalam aura wajahmu, jauh dari sifat iri, dengki, ujub, riya dan dholim serta melupakan sebuah dikotomi lepas dari hatinurani. Semoga menjadi pribadi yang sholeh dan sholehah.
Wa‘at thif qulubal ‘alamina bi asrihim ‘alaiya wa albisni qobulam bisyalmahat

Penulis,
Chie Zhoen

 
back to top