Wednesday, October 31, 2012

R 1 B

Semua manusia ingin menjadi terdepan dalam semua pengalaman dalam hidupnya. Punya ambisi besar, teguh pendirian, ambisius dan oportinus. Bahkan hampir penduduk bumi menginginkan kesejahteraan dan kemulyaan serta bernaung di atas gelamournya kehidupan dunia. Seperti tidur berselimutkan permadani uang. Semua di atasnamakan dengan kepuasan dengan berbekal kemewahan dengan memiliki kekayaan melimpah. Apakah semua itu bisa menjadikan kita selalu bisa bersyukur dan akan selamat di dunia dan akherat?. Jawabnya adalah bisa iya atau tidak bisa. Iya apabila sebagai manusia bumi seyogyanya memerdekakan budak dan hamba sahaya dengan perangai, ilmu ataupun hartanya. Yaitu membelanjakan kemewahan harta, kecerdasan dan keegoisan serta keangkuhan untuk kesejahteraan banyak orang. Bisa menjadi jawaban tidak bisa apabila pola fikir, analisa dan perangai serta alibinya digunakan untuk melumatkan orang banyak sesuai keinginan dan ambisi pribadi mengatasnamakan umat. Tersadar ataupun tidak itu akan menjadi pilihan hidup yang akan membuat hitam dan merahnya sejarah anda sekalian di akherat  khususnya menjadi manusia yang rugi besar. Rugi dalam timbangan amal dan kerugian karena Allah tidak ridlo karena jeritan manusia yang tersakiti secara ruh dan bathin.

Jiwa yang tawadlu' adalah sebuah jiwa santri yang apa adanya. Apa adanya sesuai dengan deskripsi tugas yang diembankan oleh atasan terhadapnya. Deskripsi tugas yang dilaksanakan penuh dengan tanggungjawab walaupun terasa pahit dalam melaksanakannya. Pahit melihat kondisi di depan mata kesehariannya yang tidak bisa melakukan atau membuat perubahan ke arah yang lebih manusiawi dan bermartabat serta mengemban amanah hati nurani. Sistem yang besar adalah gambaran dari kemajemakan pola fikir yang diimbangi dengan nilai kemapanan melakukan timbal balik tugas dan wewenang serta haknya. Bagaimana sebuah manajemen mutu bisa melakukan kontrol spiritual yang menumbuhkan semangat baru untuk membangun untuk kemaslahatan bersama dalam sistem. Jawaban itu semua adalah tingkat jenjang prosedur operasional yang tepat untuk membuat aturan dan merujuk aturan-aturan dibawahnya dengan tolak ukur tugas dan wewenang yang akurat dan tepat.
Mengapa banyak hal membuat sistem berat sebelah, dikarenakan ambisi mengalahkan aksi dan reaksi. Menjalankan sistem dengan pola fikir dan politisasi like and dislike bahkan kehancuran barang. Banyak hal mengalahkan kebenaran, banyak sisi melupakan sejarah dan banyak ragam menjadikan kambing hitam dan melupakan teman dan saudara. Itulah kealpaan manusia memandang bulan dan matahari. Bila manusia memakan daging saudaranya, dia akan lupa jalan kemana dia akan kembali. Rumus baku dari qolb yang selalu diliputi penyakit bertambah kronis hingga jadi tulang dan daging. Marilah mencium nurani kita secara kaffah, melahirkan semangat baru yang fitroh menjadi manusia yang berguna secara vokal dan amaliah. Secara vokal dia dikenang sebagai pribadi yang bisa mengayomi orang banyak. Secara amaliah dia selalu berusaha menjaga jangan sampai ujung pedang membelah gumpalan amal sholeh yang ditumpuk bertahun-tahun musnah dihempas hujan sehari. Pesan dan amanah pejuang sistem haruslah dijaga untuk kemaslahatan secara harfiah yaitu mewariskan amanah dengan bijaksana dan bermoral.
Pilihan hidup kita akan membawa kita kembali menghadap Allah SWT secara benar atau tidak adalah kembali kepada kesadaran dari sebagian apa yang penulis sampaikan. Semoga menjadi bahan renungan bukan hanya sesaat tapi menjadi review (kilas balik) perjalanan anda menjadi manusia. Jadilah manusia yang baik hingga bisa menyelamatkan diri dan keluarga dari ganasnya api neraka.. Amien.
Masyaallah... x 1000
Wallahua'lam Bishowwab.
Penulis,
Muhshonu Rohman, ST
Rabu, 31 Oktober 2012

Thursday, October 25, 2012

Akhlakul karimah menuju Fastabikhul Khoirot

Akhlak yang mulia adalah bentuk dari upaya manusia menjadi pribadi yang sesungguhnya yaitu pribadi yang siap menerima krittik dan saran. Sebuah pribadi yang melepaskan semua ego dan kesombongan serta keangkuhan. Analisa bathin yang mencoba membuang sifat jahat dan culas sebagai manusia bumi. Inilah bentuk konkrit yang harus diperoleh manusia selama hidup di dunia. Bila ini tercapai tentunya tidak perlu berharap surga di akherat karena surga itu sudah ada pada jasad, hati dan ruhnya. Koridor akhlak mulia ini sudah sering didendangkan di pengajian, mushola dan masjid sebagai bengkel untuk memperbaiki jasad dan hati yang rusak terkena hawa panas dunia dan syaitan. Namun pada kenyataannya di masyarakat hanya 1001 manusia yang mampu memperoleh akhlak mulia walaupun ahli masjid, masjlis dzikir atau sejenisnya. Inilah sifat manusia Islam yang justru enggan menilai pribadi dibanding penilaiannya terhadap orang lain. Sungguh menyedihkan apabila pada kenyataannya sekarang banyak umat Islam yang justru merusak bumi seisinya dan di mulai dari perubahan-perubahan akhlak mereka.

Ironis menyaksikan hal yang terus berlangsung dalam bertahun-tahun, tetangga merusak tetangganya sendiri. Saudara bertikai di antara saudaranya sendiri. Komunitas warga isinya saling mengejek di depan alim di belakang mencibir dan melecehkan. Pertanyaannya, mau dibawa kemana hidup di dunia, bekal di alam kubur apa cukup rutinitas ibadah yang luar biasa baiknya sementara akhlaknya tidak bisa dijadikan suri tauladan yang baik?. Umat yang sudah besar biasanya akan hancur oleh kebesarannya jikalau sifat kesombongan menjadi tolak ukur untuk mengedepankan akhlak dengan ilmunya. Ilmu yang bermanfaat bukanlah sebuah ilmu yang bisa diberikan begitu saja terhadap sesama tapi ilmu yang bermanfaat adalah berangkat dari aura wajah dan perangai yang menciptakannya. Jika akan mendapat ridlo Allah sepanjang hayat tentunya jiwa ini yang harus di kedepankan selamanya, bila selama ini hanya rutinitas ibadah tanpa perbaikan akhlak tentunya akan tidak bisa dipertanggungjawabkan nantinya di alam kubur, apalagi akherat hanya akan melepaskan semua amal yang telah dilaluinya.
Saudara sebangsa dan setanah air, seiman dan seaqidah. Banyak sudah contoh manusia yang hidup enak bergelimang harta benda namun miskin akan akhlakul karimah dan penulis sudah pernah menyaksikan bagaimana manusia di kubur jasadnya tidak masuk ke liang lahat. Inilah wajah manusia yang enggan berbaik sangka dan berakhlakul karimah, kerjanya hanya ingin membuat teman, saudara dan tetangganya menangis sehingga hidupnya terasa hampa walaupun bernaung di dalam masjid. Sholat akan membentuk pribadi melepaskan perbuatan keji dan mungkar, kenapa tidak bisa?. Itulah sifat manusia bila belum berkalang tanah isinya hanya membuat kerusuhan di muka bumi baik itu dengan akhlaknya maupun ilmunya.
Semoga kita semua menjadi pribadi yang santun, sepadan dan setara antara ilmu dan amal sholehnya. Akan menaikkan beban timbangan amal kebaikan setiap harinya. Hingga tanah akan menerima kita apa adanya dengan indah dan berbau harum semerbak. 
Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika la syarika laka labbaika. Innal hamda wanni'mata laka wal mulka.
Penulis,
Chie Zhoen

Thursday, October 18, 2012

Melawan Cinta

Jika semua ada karena cinta tentunya setiap yang mencintai dan dicintai akan memperoleh sebuah arti yang tepat. Arti yang memberikan suasana indah sepanjang masa dan jaman, sepanjang hayat dikandung badan, sepanjang kondisi bagaimanapun kondisinya dalam setiap detik, sepanjang langkah kebersamaan, sepanjang menikmati anugrah Allah SWT, sepanjang kemampuan menghadapi situasi dan keadaan. Adalah manusia yang mendapat nilai plus yang bisa berharap dan mendapatkan itu semua yaitu manusia yang dalam hatinya ada hidayah akan kekuasaan Allah SWT bukan manusia yang hanya sekejap menikmati kenikmatan dan melupakan teman, saudara bahkan yang dicintainya. Apakah ada manusia dalam kriteria tersebut? Jawabnya ada dan tiada. Ada manakala dari mereka punya satu komitmen bersama tanpa pamrih, komitmen untuk tampil bersama tanpa kekalahan dan ambisi. Tiada ada bila manusia satu diantaranya atau keduanya punya komitmen yang tersembunyi tanpa pasangan tahu dan mengetahui keinginan dan maksudnya yaitu manusia yang dalam dirinya belum mau mengerti makna cinta.

Susah memang mengatakan bahwa kita sudah melewati ketepatan hubungan atau keindahan dalam bercinta dengan lawan hati kita. Adakalanya dan bahkan umumnya akan naik dan turun berdasarkan saku dan kantong alis finansial dan kenikmatan. Finansial yang menyelimuti badan dan kenikmatan yang dirasakan oleh badan atau fisik. Ada saatnya dunia harus berputar dan semua harus mengikhlaskan segalanya untuk menjalani apa yang ada pada jasad dalam dunia ini. Pilihan pasangan adalah bentuk dan upaya menunjukkan eksistensinya memberi dan menikmati. Memberikan kecintaan hati kita dengan sepenuh hati tanpa pamrih dan konsekuensinya. Namun sisi lain yang perlu dicermati adalah bagaimana memberikan kasih sayang sebagai upaya tanggungjawab kita dari apa yang telah dirasakan selama ini. Semua akan kembali pada apa yang di hati. Apakah hati kita sudah sering terluka, apakah hati kita sudah sering menangis, apakah hati kita sudah sering berkata tidak, apakah hati kita selama ini berbohong dengan terpaksa pada yang mencintai kita. Inilah tolak ukur bagaimana kita akan menjadi pribadi yang sholeh, pribadi yang tak lekang dimakan usia dan waktu.
Berfikir dan bertindak sudah sepantasnya diberikan apresiasi dengan baik oleh teman, sahabat ataupun saudara bahkan pasangan kita. Dalam umat Islam banyak sekali yang memberikan apresiasi yang salah dalam hubungan. Justru umat yang sudah mengenal kitab bumi yaitu Qur'an susah untuk mendapatkan pengertian akan ikhlas dan kebaikan. Kenapa demikian? Karena pada hati mereka sudah sangat kenyang akan contoh surga dan neraka, kenyang akan contoh kebaikan dan kesalahan, sudah kenyang akan omongan dan kedzaliman, sudah penat dengan kepatuhan namun masih fakir. Sehingga yang muncul adalah ketidakpuasan bathin dan raga, dalam tubuhnya selalu berkembang semangat yang mubah, semangat yang justru bukan untuk keindahan dan cinta. Masyarakat yang sudah jenuh dengan janji Allah SWT padahal setiap saat berwudlu dan bersujud namun tetap saja iri, dengki, ujub, riya, ghibah selalu di kedepankan tanpa basa basi. Inilah melorotkan upaya memberikan kontribusi tentang makna cinta. Semua di ukur dan di nilai dengan mata uang alias duit. Upaya ke arah perbaikan kultur hanya kiasan belaka.
Banyak antara harapan dan kenyataan yang berbeda hingga semakin nyata untuk berkata iya padahal hatinya tidak. Istilah publik adalah gengsi untuk berkata tidak padahal iya. Itulah manusia kemanapun akan selalu diikuti yang nama cinta.

Ya Razzaq, ya Fattah..
Penulis,
Chie Zhoen

Tuesday, October 16, 2012

MencintaiMu sejati

Kau tempat ku mengadu hati, memberi segala hidup
Dunia dan seisinya milikMu, mencintaimu sejati
Ku manusia yang penuh dosa, berharap ampunanMu
Lihat dilangit kesempurnaan hadirMu, kau cinta pertama dalam hidup
Allahu akbar Allah maha besar, memujamu begitu indah
Selalu kauberikan semua, kebesaranMu Tuhan... (ST12)

Ada hidup dalam lamunan dan keindahan manusia, dalam relung pemikiran setiap yang bernyawa adalah keindahan terasa apabila semua yang telah berlalu diresapi dengan makna ketulusan dan kedamaian. Mungkin akan jauh menjadi jalan yang susah dijalani manakala apa yang sudah terjadi menjadi bahan renungan dan keluh kesah. Namun akan menjadi sebuah desiran air terjun sejuk yang akan selalu mengguyur setiap manusia yang sudah menunjukkan kedekatannya dengan sang khalik. Jalan yang dilalui akan selalu bahagia sepanjang hidup walaupun banyak duri yang sering menghalangi jalan. Ibarat pepatah jawa, "ono roso ra usah di roso" artinya "ada rasa tidak usahlah dirasakan seolah tanpa hati kita melihat tapa nyawa kita menatap". Dimanapun dan kapanpun, walaupun dalam diam selalu akan bertakbir menyebut namaMu, semoga kita semua bisa menjalaninya.. Amien.
Terasa sesak nafas ini apabila semua yang telah diperjuangkan dengan tanpa pamrih ibarat debu yang harus dibersihkan disemprot dengan air begitu saja. Apa yang diperjuangkan tidak pernah mendapat nilai positif bahkan sebaliknya nilai kebaikan kita hanya dipandang sebelah mata bahkan dilupakan. Begitulah hidup manusia dalam pandangan manusia yang lain. Mungkin beda jawabnya kalau Allah SWT menanggapinya, Dia akan mengatakan sesuai keluh kesah hati kita, sesuai ikhtikad baik perjuangan kita dan sesuai kebaikan yang kita tawarkan kepada sesama. MencintaiMu sejati adalah jawaban atas semua hal yang terasa menyesakkan dada. Dan jawabnya selanjutnya hanya diam, hingga Dia memberikan batasan kemulyaan bukan karena unsur manusia yang memberikannya. Beda ataupun sama antara Tuhan dan ucapan hambanya tetaplah bahwa nilai kemulyaan yang diberikan oleh seseorang terhadap orang lain akan berbeda dengan nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT selama ini. Dan makna yang tepat apabila Allah SWT menjelaskan bahwa Dia memberikan beban pada pundak manusia sesuai kemampuannya. Semoga setiap insan akan sadar dan selalu memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada setiap manusia yang berkorban di jalan muamalah. Amiin.
Allahu akbar Allah maha besar, memujamu begitu indah
Selalu kauberikan semua, kebesaranMu Tuhan...

Ya jabbaru yakohharu yadzalbat syisyadid khud hakkona wahakol muslimin mimman dolamana wal muslimin wata ada alaina wa alal muslimin.

Penulis
Chie Zhoen (Muhshonu Rohman, ST)
 

Friday, October 12, 2012

Ruqyah Qolb

Banyak sekali manusia di jaman komputer ini selalu mengajak kebaikan, beristighfar setiap saat, berdoa sepanjang waktu, memberikan persepsi kebaikan lewat status atau komentar, berargumen dengan bahasa Qur'an, berkata lemah lembut penuh pesona, selalu terdepan tidak ketinggalan informasi, ingin membantu dan selalu mencampuri urusan orang lain, berlomba-lomba dalam kebaikan (red). Namun satu yang kurang yaitu qolb, hatinya selalu gundah, picik penuh iri dan dengki bahkan dzalim. Dan masih banyak lagi istilah yang bisa diungkapkan. Apakah jaman ini sudah mendekati kiamat, manakala antara kebaikan dan riya, antara kesalehan dan kedzaliman, antara norma dan ide; berjalan seiring sejalan dan dijadikan media untuk menarik dan memberi persepsi akan kemajuan dan kedewasaan. Apakah semua hal itu sudah pada tempatnya apabila manusia selalu ingin menjadi yang terbaik, ataukah manusia ingin menjadi pribadi yang selalu benar tanpa sebuah kealfaan dan kesalahan. Jawabnya ia dan tidak tahu. Saat iya berarti manusia tersebut adalah ingin menjadi cermin dalam figur yang jujur dan penuh berkah. Tidak tahu berarti manusia tersebut hanya ingin menjadi figur sementara di depan orang lain namun takut di hadapan Tuhannya.

Bila terlahir menjadi manusia sesuai fitroh dan keinginan hidupnya sudah tercapai di dunia atau minimal berarti sudah mencapai taraf kebahagiaan dan mencapai nikmat dari Allah SWT. Judulnya adalah bagaimana tabiat selanjutnya manusia itu sendiri dalam pandangannya sebagai pribadi terhadap kehidupannya sekarang ini. Syukur adalah bentuk dari upaya menjadi manusia yang baik, jikalau belum ada kata syukur itupun hak semua orang dalam kehidupannya sendiri dan siapapun tidak berhak memberi persepsi terhadapnya hanya Allah SWT yang akan memberikan sebuah analisa tentang perjalanan hidup setiap umatnya. Kenapa penulis beranggapan demikian, karena sudah banyak sekali kemungkaran yang diciptakan justru karena omongan manusia terhadap manusia yang lain sehingga satu sama lain menjadi terluka dan menyebabkan perubahan perangai bahkan menjadi manusia yang jahat. Omongan yang membuat setiap dari mereka tidak bisa menghargai satu sama lain dan konsep akhirnya melahirkan kesenjangan dalam sistem, lingkungan dan masyarakat.
Hal yang indah seharusnya bagaimana manusia menciptakan suasana baru yang selalu mengedepankan prinsip kedewasaan dan kemakmuran serta kemajuan. Bukan berlomba-lomba dalam kebaikan untuk mencari kejelekan seseorang yang kurang bisa diajak kerjasama dalam kebaikan tersebut (red). Inilah lemahnya komunikasi umat Islam, Islam adalah agama bumi kenapa bumi tidak bisa menerima Islam secara mutlak?. Dikarenakan penduduk bumi enggan menjadi pengghuni akherat. Yang ada penduduk bumi sejahtera bergelimang kemewahan di dunia lupa akan bisikan akherat secara tulus. Yang sudah merasa alim, ibadahnya menjulang ke langit merasa tak pernah ternoda oleh dosa hingga selalu mencemooh dan merasa menjadi ahli surga. Yang hidupnya tenang walaupun ibadahnya senin dan kamis tidak merasa nyaman karena selalu terpinggirkan di luar masjid-masjid dan mushola-mushola tak tersapa. Ini yang menyebabkan manusia jatuh ke dalam tipu daya syetan sepanjang perjalanan hidupnya. Entah sampai kapan akan tersadar dan memulai amaliahnya dengan kemurnian hanya karena Allah SWT semata. "Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya", itulah gambaran manusia dari sudut akal, fikiran dan hati. Mau dibawa kemana hidup ini yang akan menghadap Allah SWT kapanpun dan dimanapun, entah sekarang, besok atau lusa bertemu onggokan tanah 2 meter persegi.
Hikayat manusia hanya sebatas nama setelah mati gadingpun tiada, amalpun hilang, ucapanpun lenyap, hanya tinggal nama di batu nisan. Semoga jiwa kita menjadi Islam yang Kaffah yaitu Islam yang hanya karena Allah SWT dalam menyembah dan beribadah sepanjang hidupnya.

Laqod jaakum rosuulum min anfusikum aziizun alaihi maaanittum hariishun alaikum bil muminiina rouufur rohiim
Fa in tawallau faqul hasbiyallaahu laa ilaaha illaa huwa, ‘alaihi tawakkaltu wa huwa robbul ‘arsyil ‘azhiim

Penulis,
Muhshonu Rohman, ST

Thursday, October 4, 2012

Buta dalam tatap tajam dalam hati (Pemimpin)

Setiap masa pasti akan ada perubahan, istilahnya iklim akan selalu berganti sesuai dengan perubahan yang harus dijalani. Terkadang kita susah untuk mengikutinya hingga jurang akan menganga semakin melebar. Demikian juga pola kepemimpinan pasti akan mengikuti setiap akhlak dan watak siapa yang memegang tampuk kepemimpinan. Dan setiap pemimpin pasti akan menyimpang dari kepemimpinannya manakala setiap ide dan kreatifitasnya menemui sanggahan karena masih ada ide yang lebih baik dan justru datangnya dari orang lain dan mencoba memungkirinya. Ini merupakan kelemahan kedewasaan dinilai dari faktor kepemimpinan. Karena setiap pemimpin pasti akan menurun kualitas subyektifitas pola fikirnya, maju 4 langkah ke depan mundur 6 langkah ke belakang. Kenapa demikian? Jawabnya adalah rasa puas, setiap pemimpin pasti tidak akan merasa puas dengan apa yang telah di dapatkan sehingga ingin jauh merengkuh tujuan dan keinginan dalam merubah demi perbedaan dengan pemimpin-pemimpin sebelumnya. Ada karakter pemimpin sederhana namun berwibawa dan jujur, ada pemimpin keras namun hatinya penuh dengan empati terhadap bawahan, ada pemimpin yang enggan diberi masukan dan justru selalu memberikan nilai kesalahan. Dan masih banyak lagi karakter seorang pemimpin yang notabene sudah benar dan tanpa kesalahan.

Hari demi hari dengan program dan rencana kerja, memberikan asumsi yang baik tentang semua hal. Namun sisi yang lain sering tidak bisa terjangkau semuanya. Ini adalah sebuah penalaran yang membutuhkan figur dan bukti nyata kepribadian, sehingga karakter dan watak serta perangai semakin lembut dan akhirnya setiap gerak geriknya memberikan suksesi akan gerakan anak buah secara kontinue. Inilah jiwa seorang pemimpin yang sudah mumpuni dalam koridor amaliah dan empati. Memaksakan kehendak adalah sebuah kesalahan besar bagi seorang pemimpin terhadap bawahannya. Dan memberikan konsep memaksa dalam sebuah sistem adalah beberapa langkah memunculkan kesalahan berikutnya. Yang lebih tepat adalah mencoba memberikan nilai positif terhadap setiap apresiasi bawahan tentang kinerja dan pelayanannya terhadap atasan dan sistem. 

Rumah adalah bangunan yang utuh antara pondasi, tiang pancang, tembok, dan atap. Pada sudut-sudut tertentu rumah pasti ada kelemahan baik itu oleh angin, hujan dan badai. Dan ibarat rumah memenuhi kebutuhan rumah adalah hal yang sangat panjang seolah tidak ada hentinya dari segi materiil maupun nilai kepuasan secara artistik. Begitu pula dengan sebuah konsensus sistem, bahwa semua akan berjalan dengan damai manakala antara kebijakkan kepemimpinan akan berdampak pada pola keutuhan dan kesinambungan dan kebersamaan semua elemen. Memenuhi kebutuhan mereka semua akan terbentur dengan sebuah pertanyaan. Apa yang sudah mereka lakukan terhadap sistem, setelah apa yang mereka lakukan terpenuhi muncul lagi pertanyaan, apa yang sudah diberikan untuk kepuasan mereka menjalankan sistem?
Satu hal yang menarik adalah sebuah pernyataan dalam menggerakkan manusia dalam sebuah sistem adalah yang berhubungan dengan finansial, setiap finansial dalam bentuk jasa pasti akan selalu dimunculnya wacana ikhlas dan kemungkaran dan ini menjadi senjata ampuh. "Ikhlas untuk menerima berapapun jasa yang telah diterima dan kemungkaran bahkan adzab bagi yang merasa tidak puas dan ikhlas atas semua rejeki yang telah diperoleh". Sebuah hukum dalam muamalah terkadang terbentur dengan sebuah empati dan lebih menonjolkan untung dan rugi, sehingga faktor inilah yang akhirnya menurunkan perilaku yang baik dan berubah menjadi kinerja yang menjemukan. Dan orang-orang yang kompeten akan tergeser tergantikan orang-orang yang punya nyali memberikan wawasan yang salah. Tujuan dalam kebersamaan adalah faktor kepuasan dan ini akan terus berjalan seiiring waktu, saatnya 'kebutuhan pokok naik' seharusnya diimbangi dengan pemberian atas jasa sesuai dengan koridor yang akurat. Urusan perut jelas akan beda dengan urusan hak dan kewajiban. Bila kewajiban sudah dilakukan sudah sepantasnya menuntut hak sebelum keringat mengering. Judulnya setiap upaya pemikiran jelas beda dengan upaya fisik atau tenaga sehingga upahnya jelas akan berbeda. Istilah beda antara kuli dan mandor, antara mandor dan pelaksana, antara direktur dan ahli tekniknya.
Berbicara dari hati ke hati kadang juga menyebabkan salah persepsi, karena setiap pemimpin pasti nomer satu yang muncul adalah su'udzon terhadap anak buahnya. Setelah jadi pemimpin pastilah setiap pemimpin kurang berkata bijak dalam setiap pengambilan keputusan, bahkan yang sering tidak berani mengambil keputusan secara bijak, ibarat bercermin dalam satu cermin di depan kita pastilah yang terlihat hanya fisik di depan sementara punggung dan belakang kita tetap tertutup tak terlihat. Semoga kebaikan selalu ada bersama kita sebagai insan yang mencoba memberikan persepsi yang lurus antara hak dan kewajiban.   
Bismillahi Masya Allah Laa Yasuuqul Khoiro Illalloh
Bismillahi Masya Allah Laa Yash Rifussua Illalloh
Bismillahi Masya Allah Laa Maa kaana Minni’ Matin Faminalloh
Bismillahi Masya Allah Laa Laa Hau La Wala Quwwata Illa Billahil ‘Aliyyil ‘Adziim
Wallahu'alam Bishowwab.
Penulis
Muhshonu Rohman, ST (Chie Zhoen)

 
back to top