Thursday, November 28, 2013

Tahapan Tarekat

Tarekat adalah sebuah media untuk mempertemukan antara makhluk dan sang khalik sebagai penciptanya. Sebuah media yang menanamkan sebuah pemahaman mendalam tentang hubungan zat pencipta dengan manusia sebagai penghuni bumi. Menyadarkan akan arti pentingnya sebuah ibadah yang sistematis tahap demi tahap. Kenapa harus demikian? Jawabnya adalah tingkat kesempurnaan manusia diperoleh tidak hanya melalui media yang pertama kali dihisab oleh Allah SWT di akherat yaitu sholat. Memang sholat adalah kunci pertama bagaimana kesempurnaan amaliah manusia secara utuh. Namun bagaimana menciptakan kronologis sholat menjadi sebuah upaya yang jitu untuk menjadi manusia yang sempurna. Adalah lewat satu perubahan yaitu sentuhan Qolb. Sentuhan Qolb (hati) kita sendiri untuk mampu menerjemahkan setiap arti pada doa-doa sepanjang sholat kita.
Durasi hidup manusia di bumi sangatlah singkat. Terlahir Nabi kita Muhammad SAW. Beliau adalah manusia yang dalam hati dan perilakunya adalah Al Qur'an. Belian berjalan di muka bumi hanya menyampaikan kehendak Allah SWT untuk menuntun umat Islam menjadi penghumi surga yaitu ingat akan Allah sang pencipta dan bahwa hidup di dunia akan berakhir setiap saat dan kembali menghadapNya dalam warna yang berbeda. Nabi mewasiatkan untuk selalu menjaga hati sebagai kunci amaliah. Karena hati adalah warna dari tubuh atau jasad serta ruh yang akan menjadikan setiap manusia punya wadah yang tepat untuk selalu ingat akan Allah SWT di sepanjang perjalanan hidupnya.

Yang sering terdengar di telinga kita adalah bagaimana menjadikan kita selamat di dunia dalam bentangan doa dan sholat kita. Namun sejujurnya terkadang lupa bahwa kata-kata Nabi dan petuah beliau yang banyak diriwayatkan oleh para sahabat dan orang-orang sholeh seringkali dipertentangkan satu sama lain. 
Jiwa tarekat menggambarkan bahwa bagaimana Qolb disiram dengan kalimat-kalimat Allah sepanjang detik demi detik dalam bentangan waktu sepanjang hari. Sehingga setiap kotoran yang menempel di dalamnya dalam hitungan 0,0000 sekian detik minimal bisa diterpa sehingga berangsur menghilang. Sehingga hati kita akan terbuka dan bibir kita menyempit untuk ingkar kepada Allah. Ingkar yang dibuktikan dengan selalu mengejek teman, selalu menggunjing tetangga, berbicara sekehendak bibir, memfitnah, berbicara tanpa titik dan koma, sepanjang hidupnya membuka bibir tanpa henti dan sebagainya. Kasihan melihat manusia melebarkan bibirnya dengan takabur mengajak amaliah kepada manusia lain dengan santainya yang seharusnya hanya hati yang perlu berucap, belum melakukan kebaikan sudah hangus amalnya. Itulah ornamen bibir yang rapuh dengan pujian.
Bila hal itu bisa dilakukan (hati terbuka bibir menyempit), satu koridor lagi bagaimana hati tentram dengan pikiran hanya Allah SWT tempat segala keluh dan kesah. Itulah format sebuah media tarekat dalam bentangkan jiwa dan raga. Dan selanjutnya jalan menuju sholat atau bertemu Allah akan menemukan sebuah gambaran yang lebih mengena dalam sebutan Mukmin.
Jiwa manusia adalah ibarat baja yang tipis, terkena besetan pedang akan koyak, terkena lemparan batu akan retak dan terkena benturan sudut akan getas. Sepanjang hidup manusia hanyalah keluh dan kesah dan selebih kecilnya adalah istighfar dan memang itulah manusia yang ada di bumi. Namun akan berbeda manakala hati manusia sudah masuk dalam serambi surga. Jasad dan ruh di bumi namun hati tenang karena dekat dengan surga. Hingga ruh akan satu dengan jasad beribadah penuh ikhlas dan menjalankan petuah Nabi dengan yakin dan istiqomah.
Semoga kita menjadi manusia yang selalu dapat menempatkan rasa syukur dengan tepat. Wallahua'lam Bishowwab.
penulis,
Muhshonu Rohman, ST

Sunday, November 24, 2013

Oemar Bakri di akhir tahun 2013

Oemar Bakri identik dengan pegawai negeri. Pegawai yang dikontrak pemerintah seumur hidup sampai liang kubur. Ungkapan yang menyudutkan tetapi kadang membanggakan, namun penuh dengan dilema, karena kualitas adalah komitmen dari itu semua. Bila menyimpang tentunya banyak faktor yang menjembataninya. Itulah warna dari hiruk pikuk perjalanan sebuah metamorfosa dari ustadz dan santri.
Pada jaman dulu saat negara ini masih mengenal batu nisan dan sesaji, muncullah agama Islam dalam guratan tanah jawa. Tanah yang menunjukkan aneka ragam perbedaan yang mencoba untuk disatukan dan ternyata kurang berhasil hingga anak cucu kita sekarang. Islam membaur dengan rakyat dan lambat laun muncullah mushola dan masjid. Yang beruban tertutup blangkon lambat laun berganti dengan sorban dan peci. Muncullah yang mengatasnamakan istilah guru atau ustadz dan murid atau santri. Hingga lahirlah dalang dan wayang dalam ornamen cerita pewayangan. 

Hingga sampai abad ini, masih terasa aroma blangkon dan sesajen dilengkapi kemenyan. Namun beranjak pula hilangnya tutur kata wayang berubah menjadi anti klenik atau tutwuri handayani (jawa), atau bid'ah. Dan entah apa istilah lainnya yang beranjak menanamkan karakter generasi muda dalam balutan santri dan ustadz. Hingga muncullah legenda Oemar Bakri karya Ifan Fals yang menjadikan mitos akan guratan ilmu dan peradaban. Akankan kini kita menjadi terlena akan sejarah, akankah kita menjadi lupa akan budaya dan akankah kita melupakan akan keberadaan lakon dalam cerita wayang atau kita akan lebur menjadi Islam yang sejati yaitu anti bid'ah namun lupa akan dzikrullah yang sebenarnya? Jawabnya adalah penilaian Allah berbeda dengan penilaian manusia.
Warna manusia bagaimana yang selalu mendapat respon dari Allah SWT. Jawabnya yang pasti adalah manusia yang ingat kepada Allah sepanjang nafasnya dan selalu beribadah kepadaNya. Bagaimana nilai ibadah yang akan diterima oleh Allah. Tentunya hanya Allah SWT yang akan membalasnya, selagi tujuan utama kita adalah mencari keridloanNya semata. 
Umat Islam adalah umat yang dekat dengan rumahnya yaitu masjid. Umat Islam adalah umat yang dekat dengan air suci karena ingat akan wudlu. Umat Islam adalah umat yang dekat dengan Allah karena selalu berdzikir dalam hatinya untuk upaya mendekat dengan sang Khalik. Namun yang terlupakan oleh umat Islam adalah mereka semua sangat jauh dengan golongannya sendiri. Sesama umat Islam saling menghardik, mengejek, mencela dan menghina seolah lupa Tuhan mereka adalah satu yaitu Allah SWT. Perbedaan hadits saling berbantahan tak mau mengalah saling menang sendiri bahkan lebih parah saling menguatkan Al Qur'an ayat yang satu dengan yang lain, sungguh sangat ironis. Padahal dulu guru dan murid atau ustadz dan santri adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Namun berkembangnya jaman akhirnya sang santri menjadi guru akhirnya muncullah warna baru dari peradaban. Hingga sekarang lahirlah guru kencing berdiri murid kencing berlari. Guru dan murid saling mengencingi sungguh pemandangan yang lebih ironis setelah perkembangan ilmu dibuka selebar-lebarnya oleh Allah SWT.
Marilah mengencangkan ikat pinggang biar amarah yang muncul dari perkembangan peradaban bisa menjadikan kita kuat menjadi pribadi yang selalu ingat akan Allah (Dzikrullah) dalam setiap aspek perkembangan syaraf motorik kita. Wallahu'alam Bishowwab.
penulis
Muhshonu Rohman, ST

Wednesday, November 20, 2013

Sedumuk Bathuk Senyari Bumi

Sedumuk bathuk senyari bumi.. seujung jari yang mengenai dahi dan selebar jari yang mengenai bumi. Peribasa tersebut menunjukkan, betapa besar akibat yang seringkali menimpa kehidupan manusia. Dan dapat diibaratkan kemurkaan manusia yang sebesar-besannya apabila terjadi perebutan mengenai wanita atau bumi. Wajah manusia yang seringkali tersenyum, tertawa ataupun marah. Sebuah ornamen manusia yang akan menciptakan petaka siang dan malam. Petaka yang disebabkan oleh tingkah polah dan ucapan yang berawal dari hati yang kurang jitu dalam mengolah kejataman berfikir. Nilai ukhuwah dirubah menjadi nilai komersil yang mempunyai keinginan untuk suatu maksud tertentu yang akan menjatuhkan datu sama lain. Itulah jiwa seorang manusia yang tidak pernah puas akan kenikmatan yang telah dinikmati sepanjang kehidupannya di dunia. Ibarat pohon yang tandus di siram air. Semakin di siram pohon tersebut akan kehausan dan menginginkan air terus menerus. Ibarat dahaga yang menyengat kena tegukan air surga ingin meminumnya tanpa henti. 

Namun bukan wanita dan tahta yang akan penulis kemukakan di sini. Berbagai argumen manusia seringkali berbohong, bahkan hidup bertetangga adanya saling hasat hasut dan dengki seolah mau menang sendiri dan hidup sendiri. Itulah wajah kehidupan manusia yang merasa sudah terkena dosa dan kesalahan tetapi tidak pernah merasa berdosa karena seolah sudah tertumpuk oleh pahala yang melimpah. Tidak pernah berupaya menata hati, akal dan pikiran untuk berupaya mencari surga yang sebenarnya yaitu baik terhadap tetangga dan sekelilingnya. Padahal nilai ibadah kita bukan tolak ukur akan kemenangan kita menghadap SWT di akherat kelak. 
Nilai ibadah kita yang sebenarnya adalah bagaimana menerjemahkan kalam Allah yaitu Al Qur'an dalam hati dan perilaku kita sehari hari  sampai kita meninggal kelak. Mengapa sholat ibadah yang paling utama di nilai Allah SWT, karena sholat wujud pertemuan kita dengan Allah. Saat kita bertemu Allah apakah jasad dan ruh kita mampu menghadapnya dengan sebenarnya? Jawabnya adalah hanya sedikit orang yang mampu bertemu Allah SWT yaitu Nabi dan Rasul serta para ambiya atau orang-orang sholeh. Apakah kita sudah merasa menjadi orang sholeh? Jawabnya kembali adalah bisa iya ataupun yang semestinya tidak.
Manusia tempatnya iri dan dengki karena ibadah yang siapapun lakukan belumlah mampu menerapkan konsep Qur'an dalam setiap detak nafasnya. Jauh sekali dari kata Mukmin manakala setiap pandangannya tentang orang lain selalu menaburkan su'udhon dan melecehkan setiap orang. Harta bukan harapan bahkan ukuran karena bumi akan menelannya mentah-mentah. Jadad adalah wadag yang akan berkalang bumi namun ruh adalah inti yang akan menemukan Allah SWT dalam setiap mimpinya di dunia, alam kubur ataupun besok lusa yaitu akherat yang kekal.
Subhanallah.. Astaghfirullah.
Wallahu'alam Bishowwab.
penulis,
Muhshonu Rohman, ST

Monday, November 18, 2013

Runtuhnya Kultus Pemimpin

Mahkota DEWA seorang Pemimpin
Sebuah negara berdiri karena ada wilayah dan rakyatnya yang mendiami negara tersebut. Muncullah pemimpin-pemimpin bangsa dalam kurun waktu sesuai dengan perkembangannya jamannya. Setiap perhelatan besar kebangsaan akan mengalami politik dan stategi untuk kelangsungan bangsa dan negaranya. Dan itu adalah kewajiban dasar seorang pemimpin yang wajib di taati dalam sebuah negara. Bagaimanapun revolusi sebuah negara akan berkecamuk, nomor satu adalah keselamatan bangsa dan negara dari semua paham dan kekeliruan. 
Pemimpin bangsa adalah seorang tokoh yang muncul dalam perkembangan sebuah politik bangsa. Semua akan menilai dan berjalan dengan bijaksana manakala sebuah dasar kepentingan untuk kelangsungan dan kejayaan bangsa. Awal inilah yang membuat permasalahan baru seorang calon pemimpin bangsa. Istilah kata sederhana adalah bagaimana keinginan seseorang untuk menjadi pemimpin. Pemimpin yang akan menjadikan dia terkenal, terkemuka, disegani, punya nama besar, harum semerbak namanya, kaya raya, mampu menjadi panutan semua orang di negara tersebut, mampu menunjukkan kejayaan sebuah negara. Faktor inilah yang mengarahkan seorang ingin menjadi pemimpin.

Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah bagaimana watak seseorang yang sebenarnya sebelum dia menjadi pemimpin dan setelah dia menjadi pemimpin. Yang muncul adalah sebuah tarik dan ulur antara keinginan dan keimanan atau istilah kerennya adalah kualitas spiritual dan kualitas nafsunya. Seorang yang sukses dalam urusan spiritual yaitu orang yang kuat ibadahnya sudah sangat terlatih dalam amaliah menjadi seorang musim sejati. Namun tidak demikian setelah dia menjadi pemimpin, sudah bisa dipastikan amaliah dan tabungan ibadahnya akan dikalahkan oleh glamournya nafsu dan kehidupan dunia apalagi notabene semakin disegani, finansialnya semakin banyak, semakin disegani, semakin banyak uang dan lainnya. Yang ada jiwa seorang manusia akan terlena dalam itu semua walaupun kualitas spiritualnya brillian. Kenapa faktor tersebut selalu akan muncul? Jawabnya adalah setiap pemimpin akan dipertanggungjawabkan kepemimpinannya di akherat dan semua orang tahu akan hal tersebut, apalagi seorang muslim tulen. Namun sebaliknya setiap dari kita semua pasti akan lupa akan kalimat tersebut, yang tergiang dalam angan dan keinginan sehari-hari adalah bagaimana menjadi semakin terkenal, semakin disegani, semakin kaya dan semakin melimpah kehidupannya. Prosentase ke arah lebih mulia dan berkualitas dalam segi spiritual dan sosial adalah sangat kecil.
Jiwa seorang pemimpin yang patut digarasbawahi adalah TA'AWUN. Sebuah sikap yang mendasari dan melemahkan sikap-sikap arogan seorang pemimpin. Sikap tolong menolong adalah sikap yang muncul dari kecil. Jikalau seorang pemimpin terlahir sikap ini kurang dari kualitasnya. Bisa jelas dipastikan nantinya setelah jadi seorang pemimpin kurang mempunyai empati yang berkualitas. Cenderung diktaktor dan kontroversial bahkan yang lebih mencegangkan adalah apatis. Semua dinilai dengan timbal balik, siapa memberi haruslah ada timbal baliknya. Kenapa pemimpin sebuah bangsa yang besar dan menjadikan dia besar namun lemah dalam empati dan amal baik. Adalah dalam diri seorang pemimpin tersebut kualitas ta'awunnya menurun dalam tahun-tahun kepemimpinannya yang meningkat adalah jiwa hedonis dan anarkis sosialisme. Degradasi inilah yang mencerminkan watak nasional warga negara yang kurang empati dalam kehidupan individu dan sosial. Disadari atau tidak kita telah banyak mengenal sejarah. Entah sejarah direkayasa atau tidak yang jelas perjalanan sejarah bangsa kita telah mengalami turnamen kepemimpinan bahkan perang kepemimpinan yang sangat pelik.
Saudara sebangsa dan setanah air, jiwa yang kita miliki adalah jiwa seorang pemimpin. Jika seorang pemimpin ingin menjadi seorang pemimpin sejati yaitu dunia yang utama dan akherat yang paling utama sudah selayaknya kita selalu istighfar apa yang telah kita lakukan. Bukan kita selalu bersujud dalam dentingan 5 waktu sholat namun dalam perjalanan kaki, hati dan perilaku kita selalu menengadah ke atas tidak pernah melihat ke bawah bahkan bersujud menjatuhkan kepala kita dalam lumpur tanah yang becek.
Semoga kita menjadi pribadi yang istiqomah, pribadi yang taat kepada Allah SWT dan pribadi yang alim dalam kepemimpinan di lini terkecil kehidupan kita.
Wallahu'alam Bishowwab.
penulis,
Muhshonu Rohman, ST

Wednesday, October 23, 2013

Wajah dan Bibir Manusia

Kenikmatan dan kemungkaran adalah sebuah keterbalikan yang selalu berdekatan dalam setiap gerak langkah manusia. Mengapa penulis kemukakan demikian karena sebuah warna yang berbeda akan muncul dari setiap pribadi yang mengalami kejenuhan pola fikir. Yaitu sebuah perasaan manusia yang muncul karena berbagai macam faktor yang menyelimuti perjalanan hidupnya. Sebab ini muncul karena berbagai macam kenyataan yang menyimpang dari harapan. Siapa yang menyembunyikan sebuah kenikmatan juga akan berujung pada pemenuhan kemungkaran yang disengaja ataupun tidak, oleh karena sebab ataupun tidak. Maksudnya bagaimana manusia akan mengalami kegalauan hidup manakala pola fikirnya sudah sangat terbatas untuk memecahkan sebuah persoalan yang menyelimuti hidupnya. 
Bagaimana solusi akan semuanya, jawabnya adalah terletak dari titik mana kedewasaan mengalahkan sebuah kesabaran. Nuansa manusia yang dewasa akan muncul setiap menghadapi problem hidup, titi kritis pemikiran manusia yang beriman akan mudah dan sukar dicerna tergantung bagaimana kesiapan menjadi manusia yang tahan akan cobaan. Dan jawabnya pula jarang sekali manusia akan kuat menerima cobaan, kecuali orang-orang yang terpilih dan kuat menerimanya. Dan saat itu hanya Allah tempat meminta pertolongan.

Hidup manusia sudah ada pada koridornya seperti wayang yang berjejer di altar geber ditata rapi oleh dalang. Setiap pergerakkan waktu akan berubah menjadi sebuah detik perubahan keabadian. Yang tadinya muda akan berangsur tua, yang tadinya tampan lambat laun akan pudar dan pucat, yang cantik jelita akan tumbuh sebagi manusia mempesona namun tak akan lama muncullah uban dan keriput wajah. Yang lama duduk di kursi empuk akan turun duduk di kursi yang keras dan reot. Yang tadinya pejabat tak terasa akan punah aura sufi menjadi rakyat jelata kembali bersimpuh di serambi masjid bersama deretan sendal di depan masjid yang panas dan dingin. Itulah gambaran siklus manusia dalam alam fana pada kurun waktu yang telah digariskan Allah SWT. Kemana dan pantaskah kita akan berkacak pingang dan menengadahkan wajah dengan kesombongan kita. Sementara Allah SWt menciptakan kita penuh dengan kelemahan. Dalam dekapan musibah dan kegalauan hidup sedikit saja setiap insan tidak akan pernah kuat mencapainya. Demikian hidup manusia dalam rentang dan dentingan lonceng kehidupan.
Setiap yang hidup akan merasakan suka dan duka dalam perubahan dan perjalanan hidupnya. Semuanya adalah warna Allah SWT memberikan anugrah yang tiada dapat di ukur oleh manusia itu sendiri. Pertanyaannya apakag setiap dari kita mampu menerima cobaan hidup olehNya, semua akan kembali kesiapan kita menjalani hidup yang sejernih mata air. Dan siapapun akan sanggup menjalani hidup dalam dekapan cobaan dengan kekuatan yang di milikinya masing-masing. Dan pasti Allah SWT sudah memperhitungkan semuanya akan batas dan takaran setiap insan menerimanya. 
Manusia yang bijak sudah sepantasnya memberikan nilai sakral akan hidup dan kenikmatan. Bagaimana kenikmatan akan selalu beriringan dengan kemungkaran apabila kita tidak mampu mencerna dan memberikan filter yang seimbang. Kemungkaran tersebut akan muncul bersamaan penyakit-penyakit hati, berupa berbagai macam ketidakyakinan akan karunia dan ketentuannya. Dan semoga kita akan selalu bisa mengatasinya. Manusia adalah tempat salah dan khilaf dan semoga Allah SWT akan selalu memberikan kemudahan dalam menjalani hidup yang sebentar dalam dunia ini. Hidup akan selalu indah dalam pemikiran yang seimbang antara qolb, bibir dan jidat kita.
Wallahu'alam Bishowwab.
penulis,
Chie Zhoen

Thursday, October 17, 2013

Lentera Wayang

Lentera yang semakin menyala akan membawa dalam gerak langkah wayang-wayang dalam deretan geber yang putih. Tersorot semburat warna-warni oleh sinaran yang terpusat dalam putara warna dunia yang sengaja untuk memancarkan aura dalam detakan masing-masing langkah pribadi. Demikianlah dalang menyampaikan lukisan hidup insan dalam balutan jasad dan ruh. Bagaimana dalang mencoba memberilan inspirasi yang menunjukkan kisah hidup umat manusia dalam berbagai warna dan watak serta sistem yang ada. Nilai spiritual sengaja dilantunkan untuk menghibur jiwa-jiwa wayang yang gundah, hingga wayang dan dalangnya juga akan tergugah menemukan ubo rampe yang akan menyadarkan mimpi semua orang. Mimpi yang akan mewujudkan darma seorang hamba di hadapan Tuhannya yaitu Allah SWT.
Bagaimana kelanjutan jatidiri wayang digerakkan oleh dalang? Semua akan terjawa bilamana gelar wayang dilihat sampai tuntas. Namun yang nyata adalah bagaimana rasa kantuk yang menyerang, karena wayang ideal dengan hening dan sunyi. Bagaimana jiwa wayang akan di mengerti oleh penontonnya manakala kondisi malam tergantikan siang? Itulah mengapa wadah yang sunyi mampu membentuk jiwa wayang menyatu dalam pikiran dalang dan penonton. Inilah gambaran bagaimana manusia mencari jatidiri iman dan taqwa dalam balutan malam yang hening. Manusia akan tersadar dari lalai dan khilaf bilamana malam menjelang tentunya bila malam yang dilalui di isi dengan goresan tinta untuk membentuk jiwa yang lemah. Yaitu jiwa yang ingat akan hidup sewaktu akan mati atau mati saat setelah menjalani hidup yang panjang. Bukanlah jiwa yang merana hidup enggan matipun tidak yaitu jiwa-jiwa yang haus akan glamournya dunia dengan segudang kenikmatannya.
Manusia akan menemukan Tuhannya manakala memasuki usia senja, namun hakekatnya justru akan lemah sesuai fisik manusia itu sendiri. Bagaimana manusia usia senja hanya tinggal lemahnya urat syaraf memenuhi hidup dan pikiran mereka dan idealnya bagaimana semakin tua akan semakin hilang rasanya. Bagaimana hilang merasakan makanan nikmat walaupun setiap hari melihat dan mampu memiliki makanan lezat bahkan berlebih. Bagaimana hilang daya dengar walaupun menikmati lantunan ayat Qur'an. Bagaimana hilang daya ucap walaupun selalu menambah dzikir dan wirid dalam bibir yang keriput. Dan berbagai bentuk lain yang banyak melekat pada usia tua.
Semoga kesabaran akan selalu menyertai kita semua menjelang usia kita yang bukannya bertambah tetapi sebaliknya semakin berkurang dalam menikmati alam fana ini
Setidaknya itulah warna wayang yang selalu digambarkan oleh dalang. Apabila gunung dikibarkan pertama kali dimulailah kisah hidup wayang dalam dunia geber yang putih. Namun apabila gunung ditutup menutup deretan penuh sesak wayang, di situlah bagaimana wayang akan tertidur kembali bersama lantunan suara dalang.
Semoga apa yang kita raih akan selalu tercapai dengan sukses dan terbaik. Penuh dengan keberkahan apa yang telah kita capai dan membawa amal ibadah yang selalu akan mengalir dalam tabungan amaliah kita. Aamiin yaa rabbal 'alamiin..

penulis,
by Chie Zhoen

Friday, August 16, 2013

Bumiku Merdeka

Merdeka !!

Dahaga bangsa ini sudah 68 tahun terlewati. Dentingan peluru melawan penjajahan sudah sirna beberapa dekade lalu. Pasang surut perjuangan bangsa melawan penjajah sudah hilang. Sorak sorai kemenangan telah juga padam bersama suara mesin-mesin kendaraan dan asap pabrik. Ratapan dan tangisan penduduk sudah berubah menjadi alunan suara orang mengaji. Dan semua hal yang membuat hati tidak tentram penduduk sudah hilang sirna berganti dengan barisan anak-anak berangkat sekolah. Sebuah pemandangan yang berbeda bila generasi yang lalu menyaksikan, mereka akan menangis bila mengenang betapa menyedihkan bila hidup di masa itu.

Akankah ini menjadi bahan yang menarik setiap kita akan menikmati semangat para pejuang yang telah mengisi kemerdekaan dengan darah dan air mata mereka. Terjawab atau tidak kita telah melewati banyak kenangan dalam ikut mengisi kemerdekaan dengan bekerja pada bidangnya masing-masing. Dengan semangat tetap membela tanah air bangsa dan negara. Baik itu di negeri sendiri maupun berjuang untuk hajat hidup keluarga di bangsa lain. Tetap bumi kita adalah Indonesia. Apa yang kita perjuangkan jangan pernah melupakan tanah tumpah darah tercinta Indonesia.
Generasi yang akan datang hendaklah selalu sadar akan semangat para pejuang, tanpa mengenal lelah berjuang demi kedamaian untuk hidup menjadi warga negara yang merdeka. Sepantasnya dalam era mengisi kemerdekaan tetap menjaga nama baik bangsa dan negara. Dengan apa kita mengisi itu semua. Dengan menanamkan semangat giat bekerja dan berupaya terus mengisi kemerdekaan dengan kebaikan. Menanamkan semangat rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Menjaga keberagaman perbedaan, hilangkan perpecahan apalagi saling anarki berperang melawan keluarga sendiri, teman, wilayah dan berbagai ekosistem yang ada. Semuanya hanya akan menyengsarakan diri sendiri dan menjadikan kerusuhan dan berdampak ketidakharmonisan dalam bermasyarakat dan berbangsa. Akankah jiwa ini ditanamkan sesuai ikrar para pejuang dulu?. Jawabnya adalah bagaimana kita menjadi sadar sebagai bangsa yang punya budaya dan perangai yang baik dan memajukan hidup bersama dalam kedamaian.
Alangkah indahnya apabila kita smeua sebagai masyarakat, bangsa dan negara Indonesia menjadikan bumi ini tetap Merdeka tanpa dentingan senjata yang akan menghanguskan diri dan bangsa sendiri bila selalu menabur kekacauan. Hanya akan melahirkan bangsa yang terpuruk di masa yang akan datang. Sementara bangsa lain semakin maju, kita akan tenggelam dalam peradaban sendiri.
Semoga semangat kemerdekaan yang ke 68 melahirkan jiwa kebangsaan sejati sehingga mampu menerjemahkan apa arti kemerdekaan bagi seluruh rakyat Indonesia. Bayangkan bila tanah air kita tentram dan makmur tanpa pertikaian, pastilah akan jaya bangsa ini sepanjang sejarah.

penulis,
by Chiezhoen

Wednesday, August 7, 2013

Fitroh

Hilal    : (Termenung menatap langit biru kehitaman.. terdiam !!)
Darso :  Ana apa kang deneng pernaeh nglamun bae entelah. Aja nglamun mageh padha Takbiran kowh..!!
Hilal   : Eeh. kang Darso. Ora anu agi keselen kowh kiye diuber-uber wong pirang-pirang aku kon nggoleti wulan wis metu apa urung.
Darso : Nah ky kue bae repot, gari ngomong bae wes ana kaeh..
Tuing--tuing--tuing bunyi sms hpne Hilal.
Hilal   : Hahahay..
Darso : Ana apa kowe bocah gebleg nguyu-nguyu dewek..
Hilal   : Siki aq wes plong wulane wes ketooonn..
Darso : Piwe seh..
Hilal   : Kaji Siti wes datang bulan hahaha.. Aq mau takon aring dweke YU apa rika wes datang bulan?..
Kurang ajar bocah semprul, kowe ngintipi aku yach..!!
Darso : ???

Begitulah sebuah kisah hidup umat manusia menemukan Tuhannya. Semoga apa yang kita upayakan yaitu hidup di dunia menemukan keberkahan sesuai dengan keyakinan hati kita untuk selalu beribadah sekuat tenaga tanpa mengenal lelah dimanapun dan kapanpun. Banyak hal yang perlu kita renungkan salah satunya adalah manfaat sebuah puasa dan bulan ramadhan. Sebulan penuh berpuasa yang melahirkan lapar dan dahaga. Adalah hal yang sangat sulit menemukan sebuah pintu taqwa. Tidak akan sama puasa kita dan saudara kita sesama Muslim. Banyak sekali pertikaian dan perselisihan terjadi. Datangnya ramadhan hati redam munculnya Syawal lahirlah lagi kemungkaran hati. Itulah manusia dalam fitrohnya akan menuliskan goresan-goresan pada lembar-lembar kertas walaupun kertas telah berganti putih

Akankah semua menjadi sebuah dilema setiap tahun hilir mudik mencari keberkahan ramadhan sementara akhir ramadhan fitri kembali menabur perpecahan. Saatnya syetan dikambinghitamkan lagi dalam 11 bulan yang akan datang. Wujud sikap profesional manusia adalah gambaran bagaimana dia (manusia) tunduk tanpa benang menghadap Allah SWT. Apakah kita (manusia) mampu ghibah kepada Allah SWT, manakala setiap langkah kita selalu bertanya kepadaNya. Subhanallah.. nikmat mana yang manusia lepaskan dari jasad setiap lepas salam setelah sholat. Adalah nikmat dzikrullah.
Nikmat inilah yang membedakan satu sama lain dan memandang satu sama lain serta menerima satu sama lain. Dan ikhlas memaafkan satu sama lain. Jawab kata atau bibir mudah mengucapkan namun hati enggan di usik bahkan jiwa tak mau bergeming walau badai menghantam jasad. Itulah manusia yang terlena dengan puasa namun lupa apa makna puasa khususnya dalam ramadhan yang telah berlalu.

Allahuakbar allahuakbar allahuakbar walillahilhamd. Semoga kita semua menjadi hamba beriman yang mendapat predikat taqwa, yaitu selalu menerima nikmat dengan kadar yang tepat yaitu hati, bibir dan perangai kita mampu mewujudkan itu semua. Laa haula wala quwwata illa billah. Semoga Allah SWT menerima ampunan kita sebagai insan yang dhoif.
Manusia hanya menjalani takdir dariMu, selebihnya Engkaulah yang akan memberikan petunjuk dalam arah mana SurgaMu dibentangkan. Semoga kita semua berkumpul selalu dalam DhienMu, menjadi penerang sepanjang hidup hingga tiba di akherat. 
Ibarat batu dalam genggaman. Akan terlempar manakala kita melemparnya. Akan jatuh saat kita menjatuhkannya. Akan raib saat kita membuangnya, akan musnah apabila kita menghancurkannya. Itulah gambaran jiwa kita yang terbalut syahadat. Tinggal kita melemparnya dengan kalimah Allah atau hanya gurauan belaka.
Wallahu'alam Bishowwab.
Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1434 H
Mohon Maaf Lahir dan Batin
penulis,
by Chiezhoen

Monday, July 8, 2013

Akhlak Usia Muda

Jika manusia diciptakan hanya menjadi anak kecil, tentunya semua aktifitasnya akan selalu menyenangkan  tanpa mengenal lelah. Bermain, bercanda, tertawa, menangis, minta uang jajan dan semua bentuk kenikmatan menjadi anak kecil. Saat tumbuh menjadi anak-anak kita sangat penuh semangat menjadi pribadi yang maju, menjadi anak baik yang selalu disayang teman, saudara dan orangtuanya, selalu bersenda gurau tapi ingat petuah orangtua. Sekolah, sholat, mengaji, bermain adalah sebuah kesibukan yang selalu diperingatkan oleh orangtua dan kita akan menaatinya. Namun sayang, masa itu adalah hanya sebagian kecil dari umur manusia hingga lahirlah manusia-manusia yang tumbuh menjadi remaja dan menjadi dewasa akhirnya menjadi orang tua pula. Adakah orang dewasa bahkan orangtua yang masih mengingat masa kecilnya? Jawabnya pasti akan selalu mengingat dan mengenangnya. Tapi bukan itu yang penulis maksudkan di sini.

Jiwa kita akan mengalami tahapan pembentukan dari usia bocah, anak-anak, remaja, dewasa dan saat menjadi orangtua. Apa yang berhasil ditanamkan dalam usia muda adalah karakter yang akan tumbuh dan berkembang dalam usia tua. Contoh kecil adalah seekor ayam. Dalam proses pemeliharaan ayam dari DOC sampai dewasa membutuhkan tahap yang akurat dan selalu kontinue dalam penanganannya, agar saat usia dewasa menjadi seekor ayam yang kuat dari berbagai serangan penyakit. Syaratnya dari usia 0 hari ayam sudah disuplay makanan terbaik, minuman terbaik, obat-obatan dan vaksin yang terbaik, ruangan yang berkembang sesuai usia anak ayam dan suhu ruangan yang selalu terjaga, Hasil akhirnya adalah kualitas ayam dalam deretan usia yang selalu baik dan kuat dari serangan virus dan penyakit dari luar maupun tubuh ayam sendiri. Namun apa yang terjadi, proses tersebut adalah tahapan yang tidak semudah membalikkan telapak tangan, ibaratnya butuh jam terbang tinggi dan butuh kesabaran ekstra. Bagaimana menumbuhkembangkan anak manusia?.. Jawabnya ada pada pribadi masing-masing.
Seorang anak manusia yang terlahir sederhana dari Allah SWT akan beranjak bocah menjadi anak yang riang gembira entah itu terlahir dengan ortu maupun tanpa ortunya. Masuklah menjadi pribadi anak yang giat dalam menempuh kesulitan dalam kesehariannya. Namun sayang, proses tersebut hanya sepertiga bahkan seperempat bahkan kurang dari usianya menjadi pribadi yang konstan, bila manusia tersebut full dikasih usia oleh Allah SWT sesuai tarjetnya. Konstan dalam artian menjadi pribadi yang periang, penuh semangat, sopan, bersahabat, suka menolong, takut bohong dan menipu, sayang ortu saudara dan teman, aktif sekolah, giat sholat dan mengaji, taat kepada orangtua, selalu menjaga persahabatan dengan baik. Bentuk inilah dari watak kita semua saat masih menjadi seorang bocah walaupun kita telah melupakannya. Lupa karena kita telah menjadi orang dewasa dan orangtua sehingga lupa sholat dan mengaji, lupa persahabatan, lupa saudara dan teman bahkan orangtuanya sendiri, lupa menjadi pribadi yang baik sehingga sering berbohong dan menipu bahkan suka mendholimi orang lain, lupa dengan hidup susah sehingga mandi dengan gelamournya tumpukan uang dan harta benda melupakan sedekah, lupa dengan jatidiri sendiri. Sehingga apa yang terjadi kita tumbuh menjadi karakter manusia yang kasar hatinya lemah dengan empati, apa yang disekeliling ibarat barang dagangan dengan prediksi untung yang banyak dengan modal sedikit dengan laba yang besar dengan hitungan kelipatan. Ingatlah kita akan menjadi anak kecil saat beranjak tua dengan tubuh dan fisik yang menua namun berkarakter bocah. Semoga kita semua bisa merenungkannya dan beranjak terbangun dari mimpi dunia yang menggiurkan dan selalu membentuk karakter kita yang salah dalam wujud kekekalan di akherat.
Hiduplah sebagai manusia biasa namun banyak menjadi pribadi yang menyenangkan banyak orang bukan apa yang telah kita peroleh dari orang lain, namun apa yang sebenarnya telah kita lakukan untuk orang lain dan orang-orang di sekeliling yang kita sayangi. Pribadi dan karakter adalah gambaran suksesnya ibadah dan amaliyah kita sehari-hari menghadap Allah SWT. Wallahu'alam Bishowwab.

penulis,
chiezhoen
(Muhshonu Rohman, ST)

Wednesday, June 26, 2013

Hidup di Dunia pilihan Utama, Kekal di akherat Akhir Keutamaan

Sejauh mata memandang hamparan permadani di sela sungai yang jernih. Itulah pandangan manusia dalam naungan hati yang memuja hidup dalam dunia. Semua ingin mewujudkannya karena hidup yang nyata adalah di dunia. Hidup di dunia bisa merasakan makan enak, tidur nyenyak, menikmati segala kesenangan sesuai keinginan diri kita, mempunyai harapan yang tak pernah sirna sepanjang nafas masih melekat, memiliki hasrat sesuai kehendak hati kita, mempunyai kepuasan sejalan dengan aktifitas sehari-hari, memiliki kelezatan dengan gumpalan harta dan kekayaan kita dan semua hal yang enak yang selalu hadir dalam kehidupan sehari-hari kita. Namun, hal yang serupa juga tentunya akan sama walaupun sedih, gundah, terluka walaupun rasa sedemikian yang ada dan terjadi kita akan bisa tetap tersenyum dan tertawa dalam nafas di kehidupan kita sehari-hari. Itulah gambaran kecil hidup dan nikmatnya menjalani hidup di dunia yang merupakan pilihan utama katanya (hampir semua penduduk bumi).
Hakekat sesunggguhnya kematangan pola fikir, keilmuan dan nilai spiritual akan sirna manakala banyak hal yang ada dalam kehidupannya tidak sesuai antara harapan dan kenyataan. Harapan yang selalu diraih dan diupayakan seringkali mengalami kegagalan dan jalan buntu dan ujungnya akan melahirkan kenyataan yang sebenarnya akan kegagalan yang selalu hadir. Dan prosentase jiwa yang rapuh lebih besar dibandingkan keyakinan yang selalu mencuat lebih besar bahkan muncul seiring kesombongan. Dunia sementara, akherat selama-lamanya adalah kilas balik dari sebuah dilema sepanjang jaman manusia. Muda menjadi remaja, remaja beranjak dewasa, dewasa mesuk usia tua dan akhirnya nafas telah lepas dari tubuh. Silih berganti manusia sepanjang hidup di dunia bergantian ibarat tumbuhan berganti musim berganti waktu. Banyak tertidurlah umat manusia mendengar sebuah seruan alam, yang ada adalah saling melihat langit yang tinggi tetapi lupa bahwa tanah yang kita pijak jauh dari langit. Sehingga antara hati, jiwa dan keinginan menjadi satu yaitu dunia adalah segala-galanya.
Jika nanti kita bertemu esok pasti akan bertemu bahkan lusa dan di akherat parti akan bertemu. Itulah hendaknya jiwa manusia terhadap sesama, yaitu saling menanamkan kebaikan dalam naungan sosio religius. Gambaran shof yang lurus dengan berbagai keadaan hati saat menghadap illahi adalah wujud nyata kehidupan manusia dalam lautan muka bumi. Bukan tidak mungkin berbagai aktifitas yang berbeda di rasakan hati akan selalu bebeda satu sama lain saat berdiri sejajar di barisan sholat menghadap Allah SWT. Mungkin itu gambaran suasana jiwa dan raga yang menunjukkan kekuatan menerjemahkan hidup di dunia dan hidup di akherat. Karena sudah jelas hidup di dunia adalah segala-galanya walaupun sudah jelas kehidupan akherat sebagai tujuannya. Itulah mengapa manusia saling beda pandangan dan banyak perbedaan yang mencuat dan menjadikan hubungan tidak harmonis. Ada yang berkeyakinan kalau ibadah dan hidupnya sejujur dan selurus dan sebaik jabatan dan kedudukannya di dunia dan meremehkan orang lain. Dan segudang hal serupa yang selalu muncul yang menandakan hidup di dunia adalah pilihan utama sedangkan akherat hanya isapan jempol belaka. Umumnya jelas akan menyangkal pernyataan seperti itu bila dilontarkan, namun hanya segelintir orang yang merasa memiliki rasa lebih jelek dibanding orang lain, yang ada adalah setiap manusia yang mempunyai kelebihan pastilah akan melihat manusia lain dengan semena-mena tanpa empati dan kebaikan. 
Kembali adalah jalan terbaik menghadap Illahi namun saat kembali apakah kita sudah siap melupakan dunia yang fana. Apakah saat itu tidak pernah terlintas kita sudah terbaik di mata Allah SWT ataukah terbaik hanya di mata manusia saja. Gerak mimik dan bibir akan serupa dengan ocehan hati manakala jiwa yang dzikrullah selalu melekat dalam sanubari setelah lepas sholat menghadapnya.
Wallalhu'alam Bishowwab.
penulis,
chiezhoen

Saturday, June 22, 2013

Raport Masa Depan

Banyak hal yang di ukur dengan skor atau nilai, khususnya yang berhubungan dengan konsep komunikasi antara pendidik dan peserta didik. Tolak ukur nilai adalah jembatan menuju komunikasi verbal antara teori, praktek dan unjuk kerja secara total. Banyak hal yang membuat titik jenuh sebuah kolaborasi antara keseimbangan satu sama lain. Untuk apakah sebuah nilai dimasukkan dalam uji materiil kemampuan peserta didik. Jawabannya adalah untuk mengukur kemanfaatan dari sebuah materi dalam kurikulum yang harus dikuasai untuk kemajuan dan kematangan pola fikir dan keterampilan anak. Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebuah pola pembelajaran dalam lingkup sekolah yang tertuang dalam sebuah paket kurikulum adalah gambaran mengenai maju dan mundurnya akan pemahaman disiplin ilmu. Bagaimana anak bisa mengalami sebuah kematangan setelah sekian banyak pelajaran diperoleh?. Jawabnya adalah seberapa urgennya bentuk kemanfaatan untuk perkembangan otak dan spiritual peserta didik untuk merubah afeksi ke arah lebih terstruktur. Banyak sekali skor atau nilai dijabarkan namun hanya melahirkan anak-anak jauh dari pola fikir bertahan dalam disiplin ilmu yang telah dicapai. Yang ada adalah si anak adalah kertas yang penuh dengan muatan setelah di isi sauh yang banyak dari pengajarnya. Dan bingung untuk apa nilai yang telah dicapai apakah sesuai dalam penerapan setelahnya.

Sementara kalau di telaah hasil terakhir pendidikan dalam sebuah lembaga sekolah adalah nilai. Setelah sekian lama belajar dalam kurun semester sampailah batasan dalam sebuah nilai pencapaian. Dan apabila nilai yang dicapai dalam kurun waktu semester tidak mencapai batas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) maka dinyatakan bahwa peserta didik tersebut belum kompeten dalam materi tersebut. Sehingga dinyatakan peserta didik harus menjalani "remidi". Lain lagi apabila bentuk pencapaian 'remidi' terjadi kalau peserta didik justru tatap muka dengan guru sangat kurang ibaratnya sekolahnya seperti 'puasa' alias berangkat sekolah senin kemis. Alkisah, jadilah anak yang di remidi saat boomingnya sekolah mereka tidak berangkat, saatnya liburan sekolah malah mengajak gurunya sekolah alias sekolah di musim 'liburan'. Sungguh sangat menarik perkembangan pendidikan di Indonesia dalam basuhan Teknologi yang semakin pesat dengan glamournya uang yang berserakan hingga BBM melonjak parah. 
Ini adalah bentuk nyata mengapa pendidikan jarang sekali melahirkan anak yang punya karakter menjadi pemimpin. Karena mereka terbiasa tersanjung dengan nilai yang baik atau sebaliknya frustasi dengan remidi yang berkepanjangan dalam sekolah. Sementara gurunya penat dengan polah tingkah peserta didik yang keluar rumah masuk ke sekolah dan sekolah tersebut dianggapnya padang rumput yang luas. Guru juga disibukkan dengan berbagai aturan Penyelenggara Pendidikan (Yayasan)  yang selalu memberikan motivasi atau "pembinaan" tanpa titik koma alias seperti sholat lima waktu, rapat tanpa henti dengan tujuan dan arah yang kurang jelas. Sebuah dilema dalam metodologi pembelajaran pendidikan yang jauh dari unsur tongkat estafet kepercayaan. 
Harusnya dimengerti bahwa menyelenggarakan komunikasi secara aturan 'jasa' adalah bagaimana pelanggan adalah sebuah media yang rapuh dengan unsur kekuatan dan uji meteriil. Apabila media tersebut dipanaskan dan ditarik akan patah, juga bila media tersebut dipukul akan hancur. Solusi yang tepat adalah perubahan budaya, dimana budaya yang membangun dan berhati nurani yang mampu menjaga iklim dan ekosistem kondusif sehingga akan melahirkan peserta didik biasa saja namun mempunyai kemampuan luar biasa dan siap kompetisi di luar. Bukannya satu dua orang mendapat juara sementara seribu teman lainnya tawuran di pasar, satu orang mengangkat sekolah seribu orang merobohkan sekolah.
Marilah menjadi lembaga yang siap menjawab pertanyaan pelanggan apabila pelanggan tidak merasa puas akan pelayanan kita semua. Dan hendaknya misi dan visi pendidikan harusnya sinkron dengan deskripsi tugas masing-masing penyelenggara pendidikan yang akan melahirkan sistem yang akurat berjalannya bukan lembaga yang seolah besar namun lemah dalam hati nurani bahkan kropos dengan kemajuan.
Raport yang diperoleh oleh peserta didik adalah gambaran dari raport yang diperoleh untuk guru oleh penyelenggara pendidikan atas semua ketidakpercayaan atas jerih payah pendidiknya setiap saat. Inilah mata rantai yang akan terulang terus sepanjang jaman bila sinkronisasi hubungan sebab akibat tidak mau dirubah.
Inilah mengapa setiap peserta didik hendaknya mampu menilai dan sadar akan nilai yang telah dicapai bahkan bangga akan sebuah 'remidi' yang dicapai, karena jelas bahwa 'remidi' tersebut adalah jalan menuju keyakinan baru untuk perubahan afeksi menuju yang lebih baik. 
Wallahu'alam Bishowwab.
penulis,
chiezhoen

Thursday, June 20, 2013

Cermin Pendidikan

Mengolah sebuah iklim di institusi sekolah adalah pekerjaan yang tidak semudah antara berbagai teori dan segudang pengalaman untuk mewujudkannya, tanpa disejajarkan antara action yang berkesinambungan dan berhati nurani. Semuanya melewati batasan dimana antara hak dan kewajiban adalah perubahan yang mengarah berbanding lurus dalam sejajaran. Nilai illahiyah adalah jembatan menuju hal yang lebih kompleks namun sering nilai ini menjadi bahan pertama yang di kedepannya untuk sebuah kemajuan sekolah. Nilai kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas sering digaungkan untuk menuangkan motivasi yang justru akan melahirkan pertanyaan demi pertanyaan yang melunturkan sebuah perjuangan. Dalam Sistem Manajemen Mutu sebuah institusi akan mengalami uji material secara kontinue yang semuanya ditekankan adanya sebab akibat yang terus berkembang. Sistem ini akan menilai dengan sendirinya bagamaina kesiapan sebuah sekolah menjawab akan tantangan dan tuntutan pelanggan. Seberapa puaskah pelanggan akan pelayanan kita? Jawabnya pasti akan mengalami pasang surut, namun bila setiap lini sistem bisa berjalan sesuai koridor kesepakatan semula dalam Manajemen Mutur yang dilontarkan bersama bukan tidak mungkin sebuah kemajuan akan berjalan mengalir seperti air tanpa hambatan. Bagaimana semua akan terwujud? Marilah bersama saling menghadap cermin.

Pertama, adalah sebuah peta peserta didik (pelanggan). Peserta didik yaitu audiens yang berada dalam lingkup kegiatan pembelajaran yang akan menerima sebuah perubahan dalam dirinya untuk menemukan hal baru yang akan menaikkan kognisi, afeksi maupun psikomotorik mereka secara kontinue. Kedua, pendidik dan tenaga kependidikan yaitu alat dalam bentuk manusia yang akan berkomunikasi kepada pelanggan (peserta didik) tentang apa yang akan kita lakukan untuk menumbuhkan wawasan baru dan kekajuan baru dalam berperilaku secara intelektual. Ketiga, Sarana Prasarana dan Penyelengara Pendidikan adalah wahana untuk sebuah kemajuan dalam tujuan pendidikan yang sebenarnya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Keempat, Pemerintah dan masyakat adalah opini yang akan menilai kemajuan dalam skala perkembangan dalam sebauh institusi maupun suatu tempat.

Dimanakah letak pendidikan yang sebenarnya?. Pendidikan pada hakekatnya adalah menuangkan citra positif dalam sebuah perubahan pola fikir, sikap dan intelektual untuk sebuah wadah yang akan siap meneruskan jatidirnya menuju sebuah kematangan dan kemajuan. Semoga apa yang kita fikirkan dan apa yang kita cita-citakan bukanlah gambaran kosong dan kesenangan sesaat untuk kemashuran belaka namun letak pendidikan yang sebenarnya adalah menumbuhkan rasa empati untuk selalu menanamkan semangat menjadi pribadi yang baik dalam setiap saat. 
Banyak sekali dijumpai berbagai institusi sekolah berlomba-lomba untuk anak didik mereka mencapai sebuah prestasi dan juara. Dengan kerja yang sangat keras untuk sebuah nama besar dan kemashuran belaka, namun apa yang di dapat di kemudian hari. Masih banyak dijumpai dalam keseharian meraka lemah sekali komunikasi antara ekosistem di sekolah. Satu dua orang yang berprestasi, seribu teman-teman mereka tawuran di jalan meresahkan masyarakat. Apakah ini yang dinamakan sebuah nama besar dan kemajuan. Sekolah ataupun institusi yang besar adalah bagaimana lembaga tersebut memberikan kontribusi menyeluruh kepada pelanggan dan memberikan skor yang baik dalam kepuasan pelanggan bukannya nama besar siswa/peserta didik yang disoroti namun mencakup semua kehidupan dalam sebuah lembaga yang lebih konkrit.
Nilai juang peserta didik adalah gambaran bagaimana pendidik dan tenaga kependidikan telah memberikan argumen yang terbaik terhadap perkembangan mereka. Dan semua itu adalah jasa besar seorang pendidik untuk menuangkan ide dan kreatifitasnya demi kemajuan anak didik mereka. Reward adalah jawaban terbaik atas semua jerih payah selama ini, bukannya cemoohan, ejekan bahkan kurangnya kepuasan atas pelayanan mereka kepada sekolah oleh penyelenggara pendidikan tersebut. 
Sementara di alam bebas (kehidupan nyata), bagaimana selepas sekolah susah payah mencari pekerjaan dengan bekal ijasah sekolah ternama, sementara semua akan berpaling kepada nasib. Setelah mengenyam pendidikan dan pelatihan sampailah menjadi jatidiri bagaimana bang sekolah adalah ladang yang gersang yang melahirkan semangat yang loyo di alam bebas, dengan tidak mampu berkompetisi menjadi pribadi yang kuat. Semoga ini menjadi bahan renungan bahwa mendidik adalah tindakan yang berkesinambungan tidak mengenal PETA peserta didik dan kesiapan untuk selalu menjadi lilin yang akan menerangi peserta didik dengan baik.
Semoga menjadi pribadi yang selalu sabar dalam mendidik anak, karena jiwa seorang pendidik adalah sebuah jiwa yang selalu tenang dalam menjalani statusnya yang naik dan turun. Semoga balasan amal sholeh tetap menjadi lilin yang membawa penerang menuju surga Allah, Amiin.
Wallahu'alam Bishowwab.
 penulis,
chiezhoen

Saturday, June 1, 2013

Perjalanan Sebuah Cinta Di Akhir Malam

Lama sudah sebuah teka-teki hidup berjalan penuh deru dan debu. Dalam pijakan tangan yang masih lemah, tak terasa nyeri menahan karena lupa mengangkat tangan untuk menahan beban. Linu terasa namun hati senang dan bahagia. Saat sebuah hati yang lama tak bertemu datang dalam dentingan ketikan tangan pada keyboard. Sebuah awal mengapa manusia bertemu pandang, manakala manusia menjumpai sebuah perangai jasad yang berubah seiring dengan tinggi badan dan gejolak jiwa muda. Senyum ibarat gemuruh lautan, tertawa ibarat gentuman meriam, marah ibarat kilatan dan guncangan petir yang membahana. Itulah sebuah kisah dimana anak manusia berlain kata mengucapkan isyarat Cinta. Atau entah apa pula namanya saat itu.

Jika ditelaah, sebuah dilema manusia mengapa naik dan turun dan susah dimengerti akan sebuah solusi yang dapat diraihnya, baik antara dua pasang mata dan lainnya. Adalah wacana indah dimana saat yang paling berbahagia manakah manusia bisa terdiam, manusia bisa tertawa, manusia bisa menangis, manusia bisa merenung. Dimana apabila saat itu kembali terkenang dan membuahkan wahana dan warna baru dalam aura tubuh, akan membangkitkan semangat untuk menemukan arti baru dalam waktu yang telah berlalu dan waktu yang akan datang. Usia yang semakin menipis akan membuat jantung semakin rapuh dengan suara alam, akan semakin rapuh dengan bisikan kalbu karena lelah dan gundah dalam kepenatan pencarian hidup dan penghidupan untuk bertahan hidup.

Namun yang perlu direnungkan dan dihayati adalah bagaimana kita menjalani hidup ini sekian lama, itu karena kita mempunyai semangat terhadap perjalanan sebuah teka-teka cinta. Bagaimana menemukan nurani yang masih damai, nurani yang masih polos, nurani yang masih menyisakan empati dalam benak dan tingkah laku. Kemana semua itu akan kembali terbang dalam hitungan nafas yang semakin menipis dalam bertambahnya usia kita. Semua akan terjawab saat kita bisa tersenyum dengan damai terhadap kisah cinta kita yang telah mengisi hari demi hari perjalanan dalam dentingan lonceng demi lonceng. Adakah yang mengira kenapa saat ini kita hanya diam, kenapa saat ini kita malah tertawa. Kenapa saat ini kita menjadi manusia yang acuh. Itulah benih yang tertinggal saat kita mengenal arti cinta.
Nilai amaliah kita sebagai manusia adalah sejauhmana kita menjabarkan teka-teki perjalanan cinta kita dalam gumpalan awan yang naik dan hilang. Cinta kita kepada ayah dan ibu, cinta kita kepada saudara, cinta kita kepada teman dan sahabat, cinta kita kepada kekasih dan cinta kita kini kepada Istri dan buah hati kita semua. Semua adalah nilai yang harus terjawab dengan ringan, bagaimana jiwa yang selalu bangkit dalam suasana hati tak menentu seiring aktifitas sehari-hari membuahkan nilai amaliah yang semakin menumpuk walaupun harus terkikis oleh semua dosa dan kelemahan kita, namun setidaknya masih menyisakan sebuah do'a untuk keselataman jasad dan ruh kita di akherat kelak.
Manusia hanya bisa menilai semua perjalanan hidup termasuk nilai cinta kita di mata yang lain, yaitu sebatas bagaimana menyajikan perjalanan unik yang selalu menjadi kenangan baik untuk nama setelah jasad berkalang tanah. Nilai yang indah adalah bagaimana menyentuh tangan ini dengan cinta yang sebenarnya. Melambaikan tangan kita dengan senyum yang sebenarnya. Memberikan perhatian dengan hati yang sebenarnya. Mengembalikan hidup kepadaNya dengan ikhlas.
Inilah tujuan hidup seorang anak manusia. Dimana jalan yang panjang akan semakin panjang dan jauh namun tampak tak terasa lelah menjalaninya apabila kaki ini masih bertapak dalam alas permadani cinta. Jalan yang panjang dengan glamournya hidup akan sampai tujuan juga entah besok atau lusa namun do'a yang istiqomah semoga akan menemukan Dia dalam dekapan Iman yang utuh dalam jasad yang utuh menghadapMu.
Perjalanan dalam akhir malam penuh nikmat dan dawai hidup, manakala nuansa cinta masih ada dalam benak anak manusia yang mencoba mendalami hidup semakin jauh menembus langitMu. Untaian malam semoga menjadi dialog resmi antara sebuah nilai dan anugrah dalam bentangan nikmat.
Good night.
 
Wallahu'alam Bishowwab.
Laa haula walaa quwwata illaa billaahil'aliyyil'adzhim
Penulis,
Chie Zhoen

Tuesday, April 30, 2013

Syukur Nikmat

Perihal hidup dan kehidupan terkadang sering salah mengartikan. Jika banyak rezki dan anugrah katanya karena sesuai dengan amal perbuatan dan usahanya. Apabila terkena musibah katanya kurang ibadah, amal sholeh dan sebagainya. Inilah yang sering manusia lakukan sehingga amal-amal dan ibadahnya yang setiap hari dilakukan terkikis dan habis oleh sebuah polemik hati yang sengaja menggerogoti kekuatan amal dan pola fikirnya. Berhati-hatilah karena ada beberapa perkara yang menyebabkan tabungan amal sholeh dan pahala kita dicabut kembali Allah SWT. Semua perjalanan hidup manusia sudah ada di tangan Allah SWT dari mulai lahir, beranjak anak-anak, remaja, dewasa dan menjadi orangtua. Entah itu rejeki, jodoh, suka, duka dan semuanya sudah ada yang mengaturnya. Siapa yang kuat dengan datangnya rejeki yang melimpah dia akan menuai rejeki berlipat ganda di akherat. Namun siapa yang tahan dan sabar akan datangnya musibah dan duka dia akan memperoleh surga yang tiada taranya di dunia dan akherat.

Berapa lama kita akan menikmati glamournya hidup, 10 tahun 20 tahun 50 tahun atau 100 tahun. Apa yang kita banggakan kalau kita sudah lelah menikmati hidup apa ingat mati, ingat sakit atau ingat Allah SWT? Kesombongan kita jelas melebihi kekuatan ilmu agama kita, melebihi kekuatan spiritual kita dan melebihi harta yang kita miliki dan akhirnya nilai kodrat berubah menjadi nilai hedonis dan melupakan kritikan, pendapat dan ide orang lain yang terkadang dan cenderung justru mengingatkan kita akan sebuah kesalahan. Kita mungkin bisa membuat sebuah sistem yang maju dan berbau surga, (katanya). Namun kita tidak akan bisa membuat sistem berbau umat dan hati nurani. Yang ada adalah ekosistem akan mengikat manusia dalam berbagai tujuan dan keinginan. Menjadi terkenal dan dikenang. Menjadi besar dan panutan. Menjadi hebat dan disegani. Menjadi modern dan dan cermin semuanya. Menjadi terdepan dalam setiap hal dan sebagainya. 
Salah satu perkara yang akan melunturkan amal dan ibadah yang sudah dijalani dan lama-lama akan mengikis habis adalah Ujub atau riya. 
Ujub atau riya akan sholat yang kita lakukan dibanding orang lain. Sholat adalah cerminan kekuatan kita dengan sang Khalik. Dan ibadah ini yang sangat riskan dengan kesombongan. Siapa yang merasa terbaik sholatnya dia akan pertama kali kehilangan pahala sholatnya. Dan, jangan lupa ibadah sholat datangnya setiap 5 waktu dan saat itu hanya sebuah kegiatan yang menggugurkan kewajiban dengan pahala yang lenyap menguap ibarat angin. Siapa yang merasa sholatnya sudah baik dialah yang pertama kali akan kehilangan pahala sholatnya. Inilah kenapa sholat adalah tolak ukur pertama dari amal-amal yang lain yang sengaja Allah SWT nilai pertama kali.
Contoh lain dari riyanya ibadah kita banyak sekali dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Inilah bid'ah-bid'ah hati yang selalu kita lakukan dengan sederhana dan enaknya tanpa melihat siapa yang akan menilainya. Kalau manusia yang menilainya mungkin baik, tapi kalau Allah SWT yang menilainya apakah anda sanggup menerima teguran DIA dalam bentuk anugrah ataupun sebaliknya musibah (katanya). 
Yang terbaik adalah marilah kita bersama-sama melakukan fastabikhul khoirot dan selalu khusnudhon terhadap semua orang, menganggap orang lain lebih baik dengan kita dan selalu beranggapan bahwa ibadah kita masih sangat lemah dan selalu meminta ridha Allah SWT.
Karena kalau mau jujur kita selalu RIYA dalam berbagai hal apalagi urusan pahala, MISKIN amal sholeh banyak melakukan MAKSIAT dan JAUH dari perilaku dan amalan-amalan nabi.
Mungkin benar banyak sekali yang pintar mensyukuri nikmat Allah SWT namun nikmatNya bukanlah hanya sebuah kenikmatan harta benda dan kesenangan. Nikmat Allah banyak pula yang berupa ujian dan musibah. Siapapun dan kapanpun akan mengalami kenikmatan yang berubah anugrah rejeki, nikmat sehat bahkan musibah sekalipun. Kesemuanya adalah untuk menilai seberapa besarkah akan rasa memiliki adanya Allah SWT. Apakah hanya dalam kehidupan ini saja atau akan sampai akherat manusia akan setia kepada ketentuan Allah SWT.
Wallahu'alam Bishowwab.
penulis,
Chie Zhoen

Saturday, April 20, 2013

Imam di akherat, Makmum di dunia


Dengan satu tangan karena tangan kanan masih tergantung akibat tulang pundak patah pada kecelakaan hampir tiga pekan lalu, penulis mencoba menyadarkan akan sebuah arti hidup. Hidup yang akan mengekalkan perjalanan panjang di alam lain yaitu akherat kelak. Bahwa manusia adalah sah bila mempunyai nafas dan indera serta bila indera disertai akal, juga akal berpautan dengan budi, lebih sempurna bila mengenal agama menuntun akhlaknya. Akan lebih sempurna kembali bilamana mereka saling mengenal dan berpasangan ibarat siang dan malam bumi dan langit. Ada wanita ada pria, diciptakannya Adam kurang lengkap dibuatlah Hawa dengan rusuk Adam. Kesemuanya adalah warna yang menghiasi indahnya bumi dan seisinya. Bagaimana bumi menerima mereka dan juga bagaimana pula langit menerima mereka juga pada akhirnya? Sebuah pertanyaan yang penuh dengan dilema dan jawaban yang panjang.

Salah satu kenikmatan dan kebahagiaan manusia adalah mempunyai pasangan hidup dari jenisnya sendiri. Suka duka dalam rentetan perjalana hidup dalam ikatan cinta adalah aura warna dunia yang sesungguhnya ibarat bumi milik Adam Hawa bila mereka saling merindu. Sebuah watak dan aura cinta adalah sebuah warna dunia dan akherat yang saling bertolak belakang dan pada akhirnya akan memunculkan hembusan angin surga dan hembusan angin fana. Simpang siurnya adalah akan melahirkan kontribusi yang akan menuntun suasana dan lantunan lagu dalam iringan selimut bersama. Inilah yang akan mengokohkan atau memudarkan arti yang menyelimuti sebuah wujud dari surga yang sesungguhnya yaitu surga dalam balutan cinta yang sebenarnya.
Maksudnya adalah bagaimana warna pergaulan mereka dalam cinta akan menamakan mereka dalam senyuman di surga maupun tangisan surga. Tangisan surga jikalau cinta mereka hambar dalam tepian surga karena terlena dalam lautan dunia. Senyuman surga jikalau cinta mereka melahirkan makna yang sebenarnya yang akan menumbuhkan cinta abadi dalam surga Allah karena lengkapnya cinta mereka saat di dunia.

Seorang pria dalam balutan cinta di atas permadani pernikahan adalah tonggak awal memulai sebuah altar surga. Surga yang berada di dunia belum masuk dalam dawai surga akherat. Mulailah masuk ke surga yang sesungguhnya apabila hati berpaut dengan akal dan akal akan berjalan dengan hati bersama bibir yang terdiam. Jadilah suami yang menjadi Imam dalam sentuhan tangan isteri. Apakah Imam ini sampai pada tujuannya? Belumlah bisa dalam taraf sampai surga Allah SWT manakala Imam ditengah gurun yang gersang yaitu bagaimana dia sebenarnya menjadi makmum di dunia dalam sandaran Imam di akherat yang bermanipulasi.
Intinya adalah balutan cinta sang Imam adalah sebuah kenyataan panjang di dunia bagaimana suami menjadi tolak ukur yang mutlak akan ketajaman seorang isteri yang seharusnya menjadi rusuk yang selalu ada dalam dada seorang suami. Bukannya rusuk yang keluar menyembunyikan dada dan jasad seorang suami. Banyak kenyataan yang ada bagaimana wanita sering menjadi Imam di dunia, dengan bekal ijasah yang menjulang sang suami yang hanya berijasah ala kadarnya menjadi batu dalam sandungan, ikut kesana dan lari kesini membawa keranjang belanjaan dan seabreg cucian. Sungguh Imam yang sesungguhnya di akherat berganti dengan makmum dalam kenyataan di dunia.
Pahit getirnya hidup dan suka dukanya cuaca dalam dunia yang fana adalah sebuah anugrah yang patut mendapat acungan jempol bagi manusia yang berfikir. Ekses hidup antara isteri dan suami adalah ladang subur untuk memakmurkan surganya Allah SWT. Wanita juga anugrah terindah dalam pajangan cinta pernikahan adanya wanita rumah menjadi hidup, adanya wanita anak tercipta, adanya wanita suami akan hangat dan damai. Adanya wanita suami bisa tertawa bahkan menangis. Adanya wanita banyak surga yang mudah akan diperoleh oleh suami. Adanya wanita suami sakit bisa terobati dan sebaliknya. Demikian pula adanya pria wanita bisa penuh makna dan kedamaian, dengan pria wanita mabuk dengan cinta namun hangat dalam pelukan, dengan pria wanita mengisi harinya dengan penuh riang dan pesona tersenyum dan bercanda dengan kenikmatan buah hati. Adanya pria seorang wanita bisa bangga karena mampu menangis saat melahirkan buah cinta mereka dengan airmata surga. Dan dengan seorang pria pilihan, wanita punya surga sepanjang hayat bahkan jutaan tahun di surga yang sebenarnya di akherat hanya dengan kecupan bibirnya di tangan suaminya. Ikatan keduanya adalah mata rantai antara wajah bumi dan mimpi langit. Jadi, tersenyumlah dengan cinta kalian semua dengan kenyataan yang selalu diharapkan surga-surga kelak di akherat. Tetaplah menjadi Imam dan Makmum yang semestinya sehingga bukan Imam dan Makmum yang salah arti dalam memandang alam yang indah di dunia dengan melupakan aherat. 
Hingga dalam setiap pejaman mata menjelang tertidur setiap dari insan yang bercinta mempunyai nafas yang lembut menyapa alam mimpi dengan tenang dan damai. Larut malam adalah gambaran padamnya mata namun terangnya hati dalam balutan kekasih.
Wallahu'alam Bishowwab.
Penulis,
Chie Zhoen

Tuesday, April 2, 2013

Kata kunci "Kesungguhanmu hari ini Rizkimu Hari ini dan Esok hari"... ?

Kalau di telaah arti kata tersebut sangat jelas kalau maksud dari ornamen kata dalam rencana sebuah workshop oleh lembaga pendidikan mengarah sebuah kultur politis seseorang. Bagaimana sebuah ornamen kata sederhana yang akan dijabarkan dalam nuansa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual adalah gambaran dari kegagalan dalam sebuah sistem yang menganut ajaran spiritual modern yaitu perpaduan antara jaman rasulullah dan kembali ke jaman jahiliyah yaitu modernisasi teknologi. Sebuah perpaduan yang bertolak belakang akan melahirkan takabur atau sombong. Ingat sebuah kesombongan adalah kumpulan dari sekecil biji sawi yang akan melahirkan kemerosotan pandangan dan dehidrasi antara kezuhudan dan kedonis serta kemewahan. Setiap manusia yang mencari sesuap nasi adalah gambaran manusia yang sudah mengenal Tuhannya (entah Tuhan siapa maksudnya). Namun Rizki adalah rahasia Allah SWT, kapanpun dimanapun dan bagaimanapun jikalau Allah SWT menghendaki rezki itu akan datang tiba-tiba, ibarat kata-kata seseorang yang menyakitkan akan diterima hati yang disakiti menjadi doa untuk membalikkan rezki dan kebahagiaan orang tersebut. Pertanyaan yang menjadi keterbalikkan maksud tersebut adalah apa yang menyebabkan manusia bisa bertahan hidup?
Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Namun banyak manusia yang menyalahkan siapa yang telah memberikan kesempatan menjadi yang terbaik, apakah diri sendiri pastinya bukan. Dalam sebuah sistem pasti ada seseorang yang berani angkat senjata untuk sebuah kemajuan dan bukan hanya berembel-embel hanya untuk sesuap nasi atau rejeki. Justru yang lebih besar adalah bagaimana untuk kelangsungan sistem tersebut agar tetap bisa memberikan rejeki bagi orang banyak. Normalisasi keadaan ini adalah bagaimana bisa menghargai sebuah perjuangan dan pergorbanan seseorang di atas kemegahan orang lain. Bisa menghargai keluh kesah orang lain bukannya menjadi jamur yang akan menggerogoti sebuah kemegahan sistem demi satu butir nasi di atas tumpukan emas yang berkilauan. Kesombongan manusia akan berakhir manakala ujung tenggorokan tidak bisa merasakan segarnya air minum, tidak bisa merasakan nikmatnya nasi masuk dalam mulut dan tidak bisa merasakan sujud menghadap Illahi. Dikotomi inilah yang menyesatkan manusia hingga manusia terjun dalam watak dan prinsip yang selalu ingin lebih di atas orang lain. Hingga yang muncul kegagalan dalam memoles akhlak yang akhirnya ditinggalkan Allah SWT dalam gelapnya malam dengan harapan yang selalu kosong. (Bahasa lugasnya maksudnya siapa yang bisa bertahan hidup tanpa uang di jaman modern ini, walaupun ulama sekalipun. Namun nilai materiil adalah ujung tombak dan tolak ukur yang akan membedakan siapa manusia yang sabar dan siapa manusia yang serakah dihadapan Allah SWT. Serakah dalam melihat sisi psikologis diri sendiri dan serakah dalam memandang orang lain, bahwa orang lain juga sama diberikan hak hidup oleh Allah SWT dengan jalanNya. Berakhirlah dalam menyombongkan diri sebelum Allah menegurnya).
Rizki hari ini, esok dan lusa adalah rahasia Allah SWT. Marilah saling menjaga silaturahim yang pantas bukannya saling menyibir karena sebuah kedzaliman. Kemunafikan seseorang lahir karena ada kemewahan yang selalu hadir dalam koridor rizki dan amal sholeh. Allah SWT tidak akan menipu manusia bumi yang ada adalah setiap dari kita lupa dalam garis lurus antara bibir dan hati. Ingatlah! Setiap dari kita tidak akan sama ujian yang embankan oleh Allah SWT, setiap ujian sudah pada tempat dan kemampuan masing-masing. Dia tidak akan menguji di atas kemampuan yang di ujinya. Jawabnya tingkatan bersyukur tidaklah akan sama ibarat si kaya menaruh uang 1M pada kotak amal dan uang seribu oleh si miskin masuk kotak amal yang sebenarnya keterbalikkan adalah segunung emas di surga dan sebiji kurma batu dalam akherat.
CZ

 
back to top