Sunday, December 27, 2015

Kaleidoskop Akhir Tahun

Ada awal pasti akan selalu ada akhir, itu yang selalu ada pada bentuk dan semua hal yang ada di dunia. Tak terkecuali sebuah cinta, cinta akan leleh manakala ada halangan yang tidak bisa kita terjemahkan dan berujung solusi dari kebaikan, sehingga tak lepas dari ujung dan pangkal. Kecuali cinta kita kepada Nabi dan Allah SWT yang seharusnya tidak ada ujung dan pangkal dalam memberikannya. Bisakah itu terjadi pada manusia biasa? Jawabnya adalah tergantung keimanan kita akan kehendak Allah SWT. Setiap manusia yang berkendak pasti tidak akan semulus yang terjadi, istilahnya setiap keinginan manusia sering mengalami perbedaan kenyataan yang terjadi setelahnya. Dan hal tersebut jelas akan menjadikan perubahan pada perilaku dan karakter kita. Karakter yang selalu tumbuh dan berkembang sehingga akan melunturkan sebuah cinta.

Setiap manusia mempunyai harapan dari warna perubahan dalam perkembangan usia dan jatidirinya. Biasanya akan merekatandai dengan kebaikan dan perubahan bentuk dari tahun ke tahun. Umumnya manusia menandai kematangan dan keberhasilan dalam kurun waktu tahun. Bagaimana perubahan yang terjadi selama setahun tentang harapan yang diinginkan. Awal dan akhir ini yang menjadikan bentuk kemajuan dan keberhasilan dalam perjalanan hidupnya. Keberhasilan manakah yang menjadi tolak ukur manusia dalam setahun pada kalaidoskopnya.
Manusia akan merasa sengsara manakala banyak keraguan dan kebencian yang menaungi hidupnya bahkan ditambah ketidaksuksesan hidup yaitu belum cepat dalam keberhasilan, belum cepat dalam kakayaan, belum cepat dalam semua hal yang menjadikan keinginan tercapai. Baik itu dengan keluarga, pasangan hidupnya, teman, saudara dan lngkungannya. Namun pernahkah berfikir pada perubahan yang mendasar pada dirinya yaitu perilaku yang terus membaik dalam rentang waktu bertambah usia dalam setahun. Justru banyak hal yang melunturkan ini karena faktor yang membentuk keraguan dan kebencian yang merubah segalanya.
Pernahkah setiap manusia yang beriman berfikir kalau Tuhanmu tidak pernah memberikan kejelekan kepada hidup kita. Pasti jawabnya adalah tidak, padahal kita selalu mengingkarinya karena ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan hidup kita. Yang ada adalah akan menyalahkan Tuhanmu pada akhirnya yang berawal menyalahkan hidup kita bahkan pasangan hidup kita yang selalu menemani setiap langka kita. Pernahkan sekali saja berfikir ketidakberuntungan hidup kita berawal dari sebab lain, sebab yang menyebabkan hati kita tertutup untuk memberikan kebaikan pada orang lain yang justru selalu mencari kebaikan diri kita melupakan kebaikan orang lain. Tanpa disadari selalu menelanjangi diri kita sendiri dari orang lain oleh ucapan, perangai dan karakter kita hingga jiwa kita terbakar dan membentuk awan hitam menutupi amal kita sehingga menutupi keberhasilan hidup kita, dan banyak hal yang kita melupakannya.
Setiap akhir tahun biasanya menjadi tolak ukur segalanya tetapi apa itu mutlak, sepantasnya apakah kebaikan dan kesuksesan kita di akhir tahun. Sementara tidak pernah memikirkan bagaimana tolak ukur keberhasilan manakah yang menjadi jiwa kita tenang tidak lepas dari koridor cinta. Ataukah keberhasilan dan kesuksesan kita justru akan melunturkan cinta kita kepada pasangan hidup kita, orang tua kita, teman, sahabat dan orang yang selalu menemami dalam suka duka hidup kita selama ini. Renungan inilah yang akan membawa warna kesuksesan baru dalam awal dan akhir tahun ke depan.
Hal yang membahagiakan adalah bagaimana Tuhanmu memberikan kebaikan dalam bentuk kesehatan, kematangan jiwa, kemajuan kesalehan, perkembangan berfikir, perkembangan empati, perkembangan moral dan kearifan agar mampu kebaikan ini di bawa sampai akhir hayat. Namun justru kebaikan tentang kemajuan kekayaan dan kesuksesan yang menjadi tolak ukur manusia berhasil hidup di dunia. Kewajaran ini adalah mutlak karena inilah sebenarnya harapan manusia walaupun sampai setinggi mana keilmuan yang dimiliki. Semua akan berujung pangkal kepada kesuksesan harta dan kemewahan sementara faktor lunturnya cinta adalah akhir dalam analisa akhir tahun kita. Sehingga cinta akan bermakna awal dan akhir pada diri manusia. Semoga hal itu adalah isapan jempol saja dan kita akan selalu menjadi manusia bersyukur, bersyukur menemukan pasangan hidup kita dan selalu mencintai dan menemani sampai akhir hayat. Sehingga ibadah kita menjadi bermakna untuk menemukan jaman keabadian yaitu akherat kelak.
Wallahu’alam Bishowwab.

Penulis,
Chie, Muhshonu Rohman.

Saturday, May 2, 2015

Hari Pendidikan milik semua orang

Setiap manusia akan mengalami tahapan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Tahapan ini adalah kompleks, yaitu meliputi perkembangan fisik dan psikomotorik. Aspek ini akan berkembang menjadi kualitas manusia yang muncul dari hasil sosio emosional dengan ekositem di bumi tempat mereka semua belajar. Belajar mengerti apa kegunaan hidup di dunia dengan segala hal yang berbau kenikmatan. Proses manusia akan terus berlanjut selama setiap manusia baru lahir.
Bagaimana manusia baru akan lahir menjadi sebuah permata dari peradaban dunia. Semua akan tergantung bagaimana kualitas yang melahirkannya. Induknya adalah seorang ibu. Ibu adalah gambaran manusia yang terlahir menjadi fitroh manusia baru. Kualitas dari manusia baru yang dilahirkan adalah berawal darinya. Bagaimana faktor emosional seorang wanita akan melahirkan manusia. Di mulai dari bagaimana membuat manusia baru yang akan menyatukan air menjadi segumpal daging. Lewat warna dan aura yang bagaimana bertemunya sebuah kenikmatan dan cinta. 
Sehingga jadilah ornamen calon manusia baru dalam rahim. Mulailah setiap detik dan menit aura dan nadi wanita calaon ibu akan mengalirkan darah ke rahim. Darah ini akan berpijak dari setiap aura hati yang dipancarkan setiap waktu. Pembelajaran ini yang akan membuat wajah manusa baru tahap demi tahap. Asupan makanan yang di filter dengan bijak akan menyebabkan alunan fisik dan hati janin menjadi sempurna, tentunya bagaimana pola dan arahan makanan yang masuk sesuai dengan kiblatnya yaitu bebas dari fitnah dan haramnya makanan tersebut. Kemudian bagaimana pola stabilitas hati seorang ibu setiap harinya, apakah selalu tawadhu' ke suaminya dan selalu berbicara dengan lemah lembut atau sebaliknya. Kemudian apakah seorang ibu juga selalu menebarkan empati dan kedamaian dalam sosio komunikasi dengan masyarakat atau sebaliknya. Bagaimana juga seorang ibu pada kehamilannya selalu mengasah pikiran dan refleksi diri prihatin dan menjaga aura dzikrullah atau sebaliknya berhura-hura dalam keramaian menjelang kelahiran.
Semua adalah bentuk bagaimana manusia yang akan lahir siap nantinya setelah lahir dalam naungan pendidikan dalam tahap demi tahap. Selanjutnya adalah bagaimana manusia baru masuk dalam dunia pendidikan. Semua akan tergantung bagaimana orangtua mempertemukan dia dengan Tuhannya. Apakah si orang tua akan mendidik anaknya dengan berbagai perbedaan ormas Islam atau dia akan memperlihatkan kalau Islam adalah agama rahmatan lil 'alamin. Semua akan kembali kepada ego orang tua yang akan menjadikan pendidikan karakter anaknya memenuhi tahapan yang benar. Dalam dunia pendidikan formal juga akan menjadikan si anak tumbuh dan berkembang. Semua juga akan tergantung bagaimana sekolah membentuknya. Apakah sekolah akan membentuk manusia yang sholeh atau justru sebaliknya si anak menjadi mundur setelah keluar dari sekolah sementara saat sekolah berprestasi. Ini adalah warna dari pendidikan yang perlu kita renungkan. Bukan bagaimana sekolah harus lulus 100% tetapi melegalkan segara cara untuk itu semua. Bukan bagaimana sekolah membangun gedung bertingkat untuk kemajuan sekolah sementara rapuh dalam pola asuh yang harmonis. Bukan bagaimana orang tua acuh dan acuh terhadap kondisi anak di sekolah, komunikasi dengan si anak kurang asik hanya membayar saja saat datang ke sekolah selebihnya tergantung guru. Dan masih banyak lagi polemik antara pelajar, guru dan orang tua serta tak kalah pentingnya kebijakan pemangku sekolah. Semuanya adalah warna dari pendidikan itu sendiri. Semua akan kembali bagaimana kita menempatkan setiap deskripsi kita selaku guru dan orangtua. Itu seni dalam pola asuh anak dalam tahapan siswa. Bagaimana dengan mahasiswa? Semua akan kembali bagaimana kualitas pemikiran setelah lepas dari bangku siswa. Apakah menjadi manusia yang berkualitas egois atau sebaliknya mengatur hidupnya dalam belajar, organisasi atau demonstrasi. Semua juga akan kembali kepada bagaimana saat bunda mengandung.
Dari uraian tersebut, bagaimana menjadikan manusia baru khususnya lewat pendidikan adalah upaya yang tidak semudah membalikan telapak tangan. Semua akan berpulang bagaimana pola pelatihan dan pendidikan yang diupayakan orangtua ataupun guru. Dan pada hakekatnya bahwa anak adalah warna yang indah namun ibarat baja, getas dalam pola asuh. Semoga akan sabar dalam mengolahya. Sekali lagi pendidikan bukan hanya bermain game dan browsing di dunia maya. Pendidikan adalah pola untuk mewujudkan manusia baru. Dan tolak ukurnya adalah mentalitas yang tangguh dalam segala bentuk cuaca buruk dan badai. Hakekatnya pendidikan lahir bagaimana manusia mau belajar dari segala bentuk pembelajaran lewat guru dan pengalaman hidup.
Semoga hari pendidikan bukan dijadikan untuk mengencangkan ikat pinggang tetapi dijadikan untuk melonggarkan ikat pinggang supaya peredaran darah kita mengalir dengan sadar.
Wallahu'alam Bishowwab.
Selamat Hardiknas
Pendidikan adalah untuk melahirkan manusia baru bukan menjadikan generasi baru untuk meneruskan warna sama dari generasi sebelumnya.
penulis,
chie

Thursday, April 23, 2015

Tidak semua amal ibadah berbuah pahala dan surga

Semenjak kita terlahir dari perut ibu, banyak perubahan hingga beranjak dewasa. Perkembangan fisik dan psikis kita terlahir lewat asuhan orang tua, lingkungan dan sekolah. Sehingga banyak sekali faktor yang telah membesarkan kita dan justru berangkat dari lingkungan dan kebiasaan yang melahirkan karakter egois pada psikologi kita. Dan lebih ironisnya bagamana karakter kita terbentuk justru tidak bisa memahami ilmu baru yang setiap saat masuk dalam benak. Kita terlanjur jatuh dalam analisis pola fikir yang pragmatis, selalu menangani hal dalam dilema pola fikir berangkat dari setiap hal baik yang sudah kita lewati. Sementara setiap pemasukan ilmu yang kita peroleh tidak bisa harus dilakukan dalam filter kesuksesan yang telah diraih.

Manusia adalah makhluk yang fana. Dalam setiap tetes darah akan mengandung unsur sangat rentan dengan perilaku yang cenderung terpengaruh hati dan pola fikir jauh dari empati. Kefanaan ini akan menghasilkan nuansa yang berbeda dalam kurun waktu yang pendek. Hingga setiap ucapan kita akan berubah dalam hitungan menit bahkan detik, nilai kejujuran akan terjual dengan semakin lamanya kita hidup dan bertambah usia. Kesuksesan akan tercapai tetapi akan melahirkan amal usaha, amal ibadah yang tidak berbuah pahala dan surga. Kenapa demikian...
Jawabnya adalah setiap yang dilakukan setelah kita berusia matang, jelas akan menurunkan ornamen dari kejujuran dan amal baik. Amal baik akan menurun sesuai dengan kematangan dan kesuksesan. Karena inilah dunia yang fana, seberapa besar apapun lidah dan bibir mengucapkan kalimat pujian kepada Allah SWT. Lidah dan bibir bahkan hati akan selalu jatuh terpeleset karena faktor kefitrahan selaku manusia. Jadi bohong apabila manusia menganggap dirinya lebih mulia dari orang yang lebih di bawahnya. Hanya Allah SWT maha tahu segala bentuk kepura-puraan manusia.
Tidak semua amal ibadah berbuah pahala dan surga. Setiap iktikad baik jelas banyak hambatannya berbeda dengan setiap usaha buruk banyak temannya alias selalu didominasi setan dan sekutunya. Setiap hal yang kita upayakan akan berbenturan, baik itu tidak disengaja bahkan justru di sengaja, Tidak disadari apa yang kita lakukan menyinggung perasaan orang lain bahkan menyakitinya sehingga lupa kalau kegagalan kita berangkat dari itu semua. Memberikan keputusan sepihak tanpa musyawarah atau justru bermusyawarah malah justru ajang menjatuhkan satu sama lain hingga upaya yang kita lakukan justru menjadi kuburan dari usaha yang kita bangun. Dan masih banyak segelintir upaya dan usaha serta amal ibadah kita yang losses tidak berbuah pahala dan amal sholeh apalagi berharap surga. Dan kesadaran ini tidak disadari khususnya oleh orang yang berilmu tinggi dan orang-orang sukses.
Kerapkali kesadaran akan tercapai manakala kita melakukan pola pemikiran yang sedikit jauh dari ambisi dan keegoisan. Setiap kali menghadap_Nya dalam sholat pasti akan tersadar akan kelemahan diri yang selalu menjadi sandungan langkah, namun setelah selesai salam dalam sholat, qolb kita akan tertutup hiruk pikuk kesibukan dan bisingnya kendaraan di jalan yang kita lalui. Semoga Allah SWT selalu memberikan jalan yang lurus. Aamiin.
Wallahu'alam Bishowwab.
penulis,
Chie

Tuesday, April 21, 2015

Habis Gelap Terbitlah Terang versi Kartini

Ingat sebuah kisah tentang manusia petama di bumi yaitu Adam dan Hawa. Mereka tercipta karena keagungan Allah SWT. Manusia yang sempurna tercipta dengan bentuknya yang sederhana namun penuh dengan pesona, Adam tercipta sebagai pria sempurna dan lebih sempurna serta lengkap diambilah tulang rusuk Adam untuk dibuat menjadi manusia baru terciptalah Hawa yang mempesona. Mereka adalah penghuni surga yang indah dengan segala kenyaman. Namun sempurna apapun mereka hanya seorang manusia dengan berbagai kelemahan menaungi hati mereka. Hingga muncul syaitan yang mencoba merangkul hati wanita cantik Hawa. Hingga sampailah murka Allah. Turunlah mereka ke bumi menjadi penghuni selamanya sampai kiamat menjemput. Sampailah kepada kita anak turun manusia pertama.
Melihat ornamen keberadaan manusia tersebut, sampailah kepada tugas manusia dalam mendiami bumi. Bagaimanapun kerasnya memenuhi tugas sebagai seorang manusia penghuni bumi dan bagaimanapun kesuksesan dalam memenuhi tugasnya di bumi manusia akan kembali kepada fitrahnya secara berpasangan layaknya Adam dan Hawa. Seorang pria adalah naungan hakiki dari seorang wanita, figur pria sudah dimaqomkan menjadi pemimpin di bumi sekaligus pemimpin di kehidupan berpasangan yaitu menjadi imam atas keluarganya. Bagaimanapun bentuk keberadaannya dia adalah tumpuan yang tepat yaitu menjadi surga atas istrinya. Setiap ucapannya adalah surga bagi istrinya. 
Demikian juga wanita. Wanita di bumi memenuhi tugas membuat manusia baru dari rahimnya. Betapa berat tugas dan akan semakin berat apabila setiap darah yang menetes dari tubuhnya tidak dihayati dengan rasa syukur. Manusia mulia yang menjadikan bumi bisa semarak dan indah ataupun sebaliknya manusia mulia yang bisa menjadikan bumi semakin rusak, itulah manusia halus yang bernama wanita. Namun kelebihan yang diberikan Allah SWT atasnya adalah bagaimana wanita diberikan kemudahan dalam menggapai surga.
Surga inilah yang dijanjian Allah atas wanita. Yaitu surga yang membawa warna gelap menjadi terang. Apa artinya... Penulis memberikan gambaran wanita masa lalu yaitu Kartini. Kartini adalah wanita sempurna, dia seorang keturunan bangsawan dan hidup berkecukupan. Dia memperoleh ilham untuk menemukan sebuah makna akan jatidiri seorang wanita dalam lingkungan kebudayaan Jawa. Wanita yang sudah tertata rapi oleh adat yang sempurna dalam kurun waktu lama. Keberadaan inilah yang menjadikan dia mencoba menyelami hakekat wanita sesungguhnya. 
Jadilah dia wanita yang penuh dengan idealisme tinggi, mencoba menoreh vokal dalam kesetaraan dengan kaum pria. Dengan ide-idenya dia menjadikan wanita manusia yang punya nyali layak sejajar dengan pria pada jamannya. Hingga pertengkaran hati dan pemikiran selalu dia lakukan demi kemajuan kaumnya supaya lebih pintar dan tidak dilecehkan olah kaum pria.
Hingga sekian lama dia melakukan peperangan dalam hatinya. Akhirnya sampai juga dia dalam tujuan hidup yang hakiki. Apakah itu.. ?
"Habis Gelap Terbitlah Terang" ungkapan yang terkadang sering disalahartikan. Mengapa Kartini menuliskan itu semua. Dia telah mengerti dengan sebenarnya bahwa seorang wanita tercipta dari tulang rusuk pria seperti Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam. Ibarat burung terbang tinggi dia akan kembali ke sarangnya. Bahwa setiap manusia dengan wujud wanita adalah bisa menjadi sempurna dan bahkan tanpa batas serta bisa sukses layaknya pria. Wanita bisa menjadi apapun yang dia inginkan dengan kesempurnaan yang di milikinya, namun apabila dia ingin menggapai surga yang sebenarnya adalah dia harus kembali dalam pelukkan Adam. Setiap ucapan Adam adalah surga bagi Hawa. Setinggi apapun kedudukan seorang wanita bila ingin mendekati surga Allah, mendekatlah kepada imammu yaitu suamimu.
Itulah warna kehidupan Adam dan Hawa dalam pesan dari seorang Kartini yang hendaknya dijadikan pegangan bagi wanita Indonesia menjadi wanita terbaik di dunia dan akherat. Saat gelap Kartini mencari jatidiri sebagai seorang wanita muncullah secercah sinar terang saat dia mendekat menyentuhkan tangan suami pada pipinya hal yang sangat sederhana yang telah dia cari selama bertahun-tahun. Lelah dan gundah hilang menjadi embun surga yang sejuk dan mendalam. Akankah ini menjadi kenyataan dalam kehidupan kita semua, kembali kepada pilihan hidup kita masing-masing tentunya. Semoga keinginan Adam dan Hawa akan terwujud yaitu kembali ke surga Allah SWT yang akan diwujudkan oleh kita penerusnya.
Wallahu'alam Bishowwab
penulis Chie

Wednesday, April 1, 2015

Menikmati sebuah cinta

Keberadaan kenikmatan kadang di salah artikan dan akhirnya menjelma menjadi amarah dan kekecewaan. Tidak dapat melakukan kontrol akan kedamaian hati dan kepercayaan. Semua berubah menjadi penolakan fakta dan keberagaman naluri yang berubah menjadi egois dan apatis. Bagaimana perubahan pikiran karena sebuah kedamaian menikmati cinta adalah sebuah fakta yang tidak bisa dihindari dari sudut pandang manapun. Setiap yang saling mencintai pasti akan selalu mampu berkorban dengan ikhlas untuk yang dicintainya. Sebuah kenikmatan yang akan mewujudkan rasa syukur yang mendalam dalam kaidah perjalanan hidup. Karena setiap perjalanan hidup manusia jarang sekali yang bisa mensyukurinya tanpa dalih apapun, pasti dalam kurun waktu tertentu akan merasa jenuh akan apa yang telah diraih bahkan apa yang sedang dirasakan saat ini. Kedamaian hati dan kebahagiaan hanyalah titik temu dari kegundahan jiwa yang semakin mempesona qolbu sehingga titik kritis antara harapan kedepan tentang cinta akan berubah menjadi dilema dan mengecil menjadi kesedihan dan kebencian.

Naluri manusia yang mendambakan hidup bahagia dan sejahtera di dunia merupakan sarana untuk menajamkan hembusan nafas cinta. Yang akan menjadikan sebuah jalan menuju semangat hidup setiap harinya. Pada kenyataannya pasti akan berbeda daripada harapan. Bagaimana dari sisi kenyataan setiap orang akan berbeda sehingga menjadikan pola pandangan yang berbeda arti dalam menajamkan cinta. Banyak kesusahan yang dialami setiap manusia menjadikan hatinya keras ibarat batu pualam walaupun tertimpa hujan setiap kurun waktu. Hati manusia mengeras menjadikan naluri cinta akan meleleh menjadi embun panas memenuhi nafas. Sehingga muncullah daya empati dan cinta setiap hari akan menurun walaupun kualitas ibadah yang maksimal.

Perubahan kurun waktu adalah warna yang menjadikan manusia semakin mengedepankan cinta walaupun apapun bentuk cinta yang telah dibina. Walaupun dengan dada sesak untuk menerjemahkan tetap akan menjadikan semangat berbeda dalam kehidupan sehari-hari. Warna dan aura lain tetap mencerminkan nilai cinta yang seadanya. Keabadian adalah milik Allah SWT, namun cinta manusia akan tetap terbina dalam dentangan lonceng yang naik turun. Dan bersyukurlah akan setiap cinta yang datang dan bukanlah menjauhinya karena syukur itulah yang menjadikan warna hidup mencapai taraf kenikmatan dalam menikmatinya.
Manusia akan merasakan kenikmatan hidup penuh warna dan keindahan apabila dalam menikmati cinta mampu untuk mensyukurinya. Sehingga rasa syukur yang muncul akan kembali menjadi sebuah kenikmatan bisa berkata dan menikmati sebuah nilai syukur itu. Wujud inilah yang setiap manusia tidak bisa sama karena pemahaman kata serta akan berbeda dengan perbahan hati dan perangai. Setiap perangai manusia yang arogan terhadap diri dan orang lain akan menjadikan wawasan rasa syukur berubah sesuai kata hatinya sendiri. Itulah perbedaan yang akan menjadikan rasa cinta menjadi rasa yang menghasilkan penyakit takabur dalam bentuk fana jasad dan hati.
Selain manusia selalu dengan cintanya, cinta yang bagaimana akan mewujudkan itu semua. Tentunya cinta yang sebenarnya tanpa lekang dimakan perubahan dan perbedaan apapun. Terjemahkan sendiri cinta yang muncul dalam kehidupan saudara sekalian, semoga menjadikan kenikmatan dan kebahagiaan hidup walaupun belumlah bisa dikatakan sempurna, tetapi bisa tersenyum dengan cinta tidak akan bisa dirasakan orang lain pada kenyataan yang sama. Hargailah cinta yang muncul dalam hatimu karena itulah kebahagiaan dirimu yang sebenarnya.
Wallahua'lam Bishowwab,
Penulis,
chie.

Wednesday, January 7, 2015

Silent Eye

Batasan antara upaya dan kesanggupan adalah berbeda dengan petunjuk dan harapan. Tatkala manusia menemukan harapan yang sesuai dengan kenyataan banyak sekali yang beranggapan karena sudah melakukan upaya yang akurat, sehingga ritme rasa syukur akan berbaur dengan kecongkakan dan kesombongan bahkan memuja diri melebihi kemampuan orang lain seolah tidak ada yang mampu dibandingkan kita. Ini berlaku sama, baik itu manusia pilihan Allah (Ustadz, Kyai dll) ataupun manusia yang dilaknat Allah (Kafir dll). Manusia akan mencapai kesempurnaan manakali ia sudah mampu menstabilkan antara kualitas fikiran dengan kualitas qolb dengan amaliah yang dijalani walaupun seorang umaro' maupun seorang ulama. Setiap manusia pasti mempunyai kesalahan sebaik apapun kualitas hidup. Salah apabila yang sudah alim mengatakan diri sendiri alim dan kurang pas apabila manusia kaya menyatakan diri sudah kaya dan penuh kemakmuran. Karena kalau sudah tercapai kebutuhan hidup di dunia apakah dia mampu mencukupi kebutuhan hidup saat berada di alam barzah dan ke depan yaitu akherat.

Setiap manusia yang muda akan melupakan kesehatan demi uang dan kekayaan, sementara manusia tua justru sebaliknya menghamburkan uang untuk menjaga kesehatan biar tetap terasa muda. Ini adalah rumus yang akurat tidak pernah dipungkiri. Kalau ditelaah seberapa besar manusia muda yang tekun dalam beribadah tanpa mempunyai uang, sementara bergelimanng kemewahan seorang muda jelas akan melupakan ibadah apalagi tanpa sepeser uang di tangan, melihat sajadah ibarat tanah becek berlumpur. Orang tua jelas berbeda banyak yang sudah melihat kematian di depan mata, sementara kemampuan sudah maksimal dihabiskan di usia muda. Sehingga sudah layak apabila mata akan melek saat melihat masjid dan tasbeh, sementara melihat botol dan narkoba ibarat racun. Itulah gambaran manusia dari waktu ke waktu.
Manusia bagaimana yang tahu akan terbebas dari duri?. Adalah manusia yang mampu mewujudkan kesamaan persepsi antara petunjuk dan harapan. Bila sudah berharap tidak kunjung mendapat anugrah adalah pola fikir tafakur dan ikhlas adalah jaminan sebuah perubahan petunjuk dan kenyataan. Doa yang selalu terdengar oleh Allah SWT akan tercapai manakala manusia tersebut memunculkan kualitas qolb yang baik. Karena tidak mungkin kita bisa menutupi apa yang ada dibenak kita bila berhadapan dengan sang pencipta. Sementara setiap hari kita melupakan kesesuaian antara qolb dan bibir. Bahasa yang keluar dari hati muncul ke permukaan bibir kita sudah tercampur dengan yang lain, sehingga skor yang akan di dapat adalah sudah pasti jauh dari nilai maksimal. Kesadaran ini selalu ditutupi karena keegoan, kualitas dan kuantitas kita dibanding orang lain. 
Kemunculan nurani dan empati berangkat dari kesederhaan kita memperlakukan diri dan orang lain dalam pergaulan selama ini, bagaimana menjaga kebaikan teman saudara dan selanjutnya demi kebersamaan. Jelas jarang sekali manusia satu dengan yang lain saling peduli di abad ini. Abad yang telah meluncurkan ilmu hanya dengan membuka situs di internet, abad yang melelehkan pergaulan antara orang tua dan anak, abad yang menenggelamkan Qur'an dan memilah ayat demi ayat demi kemaslahatan kelompok, abad yang melupakan suri tauladan nabi dengan melebarkan dan menyempitkan pola fikir nabi. Abad yang mensejajarkan keutamaan dengan kekayaan. Abad yang mendekati jaman akhir atau kiamat. Semoga kita tetap stabil dalam jiwa Islami walaupun jasad dan jiwa raga belum bisa sempurna.
Seperti laju kendaraan, sepanjang jalan akan menemukan berbagai keragaman kesibukan yang akan mengurangi keseriusan kita dalam berkendara sehingga kita hendaknya berupaya mempertajam indera kita dalam gubahan enam dan selamat. Semoga keselamatan dan kesejahteraan akan selalu kita nikmati sepanjang hidup kita. Amin.
penulis,
chiezhoen

 
back to top