Sunday, July 29, 2012

Indahnya menghujat di Bulan Puasa

"Celaka kalian menjadi manusia di dunia..", begitulah yang sering di dengarkan setiap kali menyampaikan kebaikan ke audiens atau umat. Lingkup kecil banyak sekali di dengar pengajian, silaturahmi, kegiatan keagamaan, pesantren kilat dsb. Banyak contoh disampaikan untuk menguatkan hubungan antara manusia dan Allah SWT. Apakah sesuai antara harapan menyampaikan keimanan dengan sebuah harapan menjadi semakin beriman apalagi bertaqwa? Singkat cerita, semakin jauh seorang pemikir menyampaikan sebuah analisa keilmuan agama di depan banyak orang akan semakin jauh pula kedekatan antara ilmu dan akhlaknya. Sombong adalah jawaban utama dengan contoh pribadi. Ini adalah bentuk kesalehan lidah yang harus lurus sesuai dengan hati dan amaliahnya sehari-hari. Sehingga jargon orang jawa, "jarkoni alias bisa ngajar ora bisa nglakoni" akan perbendaharaan ujub, riya, lossesnya lidah dan hati.

Allah mendidik nabi dan rasul dengan sebuah wacana-wacana yang sangat indah dan damai. Hanya umatnya yang membuat lingkungan sekitar menjadi resah dan penuh dengan sengketa. Senyuman diubah menjadi kilatan dendam, tangisan di rubah menjadi senyuman penuh lecehan, gelak tawa di rubah menjadi rayuan dan sapaan berubah menjadi ledekan begitulah seluk beluk kehidupan setelah para nabi dan rasul tiada. Sosok pimpinan bumi telah tiada yang tinggal hanyalah batu nisan. Bila boleh di buka untuk umum, pastilah makam rasulullah Muhammad penuh dengan tangisan penduduk bumi minta syafa'at di dunia walaupun berupa makam. 


Puasa ramadhan penuh dengan segarnya minuman saat berbuka, penuh dengan sautan mercon dan kentongan saat sahur. Dan tak lupa penuh dengan hujatan manusia dengan manusia yang lain saat siang dan malam, walaupun malam menata shof untuk taraweh dan tadarus. Aroma bau mulut tak menghentikan untuk selalu menggunjing dan menikmati indahnya nikmat membicarakan orang lain seolah setiap dari mereka tak mempan dosa. Memang anugrah puasa akan membentuk manusia satu sama lain menjadi pribadi yang semakin jauh dari silaturahmi, kenapa?. Namun hakekat sebenarnya adalah anugrah puasa haruslah menjadikan pribadi semakin arif menyikapi hidup yang sederhana. Sederhana tanpa harta, sederhana tanpa jabatan, sederhana tanpa apa yang melekat di badan. Taraf mabrur puasa hanya milik Allah SWT. Jika setiap manusia berhenti berbicara diganti dengan dzikrullah pastilah mulut semakin terkunci dengan lidah yang bersih dan bau mulut yang sehat.


Setiap hal pasti ada sebab dan akibat bagaimana manusia berbicara terhadap diri dan lingkungannya. Banyak manusia yang ada di lingkungannya selalu dihardik dan dipandang sebelah mata, sehingga enggan untuk berinteraksi dengan sekelilingnya, bersosialisasi di acuhkan, berbicara selalu di sepelekan dan sebagainya. Singkat cerita jenuh terhadap lingkungan sosial yang semakin tidak bergairah. Inilah jawaban mengapa setiap dari ekosistem akan memunculkan manusia pilihan di mata Allah SWT dan manusia biasa di mata Allah walaupun ibadahnya setinggi langit. Nun jauh di sana Allah sudah menjanjikan kenikmatan yang tiada tara apabila setiap dari kita bersabar dan meletakkan kesabarannya dengan ibadah dan amal sholeh. Entah esok atau lusa manusia akan selalu mendapat nikmat walaupun dalam upaya ujian yang dimunculkan sedikit oleh_Nya.
Menghujat dan sejenisnya pada puasa ramadhan akan membentuk akhir dari fitroh manusia baru yang haus hati walaupun banyak nikmat di sekelilingnya. Hati yang sedikit dimiliki banyak orang dan hanya segelintir orang yang lulus dalam bulan penuh berkah. Air wudlu yang kita kumur di mulut hendaknya menjadikan mulut bersih dari kata-kata mubah, makruh serta ghibah yang setiap detik diucapkan. Air wudlu yang dicurahkan di kedua tangan hendaknya mencuci tangan dari virus hati yang mendorong tangan berbicara lain. Air wudlu yang terbasuh di hidung hendaknya membersihkan saringan hidung dari sisa bau tidak sedap yang membuat hati berbicara lain. Air wudlu yang membasuh wajah hendaknya menjadikan wajah aura yang segar sehingga wajah tentram tanpa keras menatap orang lain. Air wudlu yang kita curahkan ke tangan dan sikut hendaknya membuat kedua tangan sampai sikut kuat sehingga mampu berjuang di jalan Allah dengan arif. Air wudlu yang dicurahkan ke kening dan kepala hendaknya membuat pola fikir kita secanggih nabi dan rasul mampu menjadi khalifah di muka bumi dengan manajemen qolb yang jenius. Air wudlu yang kita basuhkan pada telinga hendaknya menanamkan pengertian untuk mendengarkan hal-hal yang baik dari bentuk suara-suara di muka bumi ini. Air wudlu yang kita basuhkan di kaki hendaknya menjadikan kaki ini setia menemani dalam suka dan duka serta mampu menuntun ke jalan yang tidak becek.
Setiap insan akan mampu menerjemahkan berbagai macam kepedihan hidup, namun setiap orang tidak akan pasti bisa memahami kanikmatan hidup dan kejamnya hidup hanya manusia yang sholeh mampu menjawab semua ajaran agama dengan nuansa yang berbeda. Subhanallah wa ni'mal wakhiil ni'mal maula wa ni'mannasiir.
Wallahua'lam Bishowwab
Penulis,
Chie Zhoen

Thursday, July 19, 2012

Adab dan Budaya menjelang Ramadhan

Kilas balik kepenatan manusia dengan pengurasan fikiran dan tenaga adalah menjalani sebuah ritual yang berkesinambungan. Ini memang sudah digariskan oleh pemberi hidup Allah SWT dalam takaran antara khalik dan makhluk. Setiap ada kejadian akan memunculkan sebuah angan dan harapan sebuah pendekatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan Allah SWT atas semua dosa manusia adalah sebuah hari per hari dalam sebulan dalam kurun waktu setahun sebuah area koloni bumi nikmat dan anugrah. Hanya untuk manusia bulan ini diciptakan, bukan untuk malaikat ataupun setan. Ini adalah bentuk komunikasi antara makhluk dan Tuhannya dalam ruh dan jasad yang akan melahirkan sebuah warna muslim dalam kadar taqwa, dimana sebuah kadar yang sering dilupakan banyak orang dipandang sebelah mata bahkan tidak pernah terfikir oleh hati. Apakah warna ini mampu menjabarkan sebuah karakter baru dari manusia baru yang setiap tahun dilahirkan? jawabnya adalah bisa IYA ataupun TIDAK. Kita berupaya penuh dalam kurun waktu sebulan padahal dalam kurun waktu bulan sisanya kita hanya bermimpi untuk memikirkan orang lain, hanya diri dan pikiran sendiri yang diketengahkan.

Mencoba menelaah sebuah kondisi yang booming setiap tahunnya, banjir rejeki bagi pedagang, kesedihan dan kegembiraan bagi pemudik, saling silaturahim, dan sama-sama menahan lapar (red).  Akan membuat sebuah ungkapan baru dimana saling memaafkan jadi sebuah dalih untuk lulus sensor di awal ramadhan dan sukses mabrur dalam derajat taqwa di akhirnya dalam wujud jasad dan ruh fitroh. Sebuah kesempurnaan manusia yang dilahirkan untuk mengagungkan asma Allah SWT. Namun perlu di simak akan arti pentingnya kebutuhan hati dan jasad terhadap komunikasi sesama insan dan Tuhannya, bahwa sebuah adab dan harapan menjadikan sebuah budaya yang kadang sering di salah artikan. Di sempatkan meminta maaf menjelang Ramadhan dan melupakan sebuah alibi terhadap kesucian bulan Ramadhan. Hingga akan melahirkan sebuah wacana bahwa yakin akan lulus dalam kurun waktu sebulan. Kenapa ini dimunculkan bukan jauh hari di luar bulan ini.
Memang wujud dan warna aura manusia akan muncul saat siapapun yang menyatakan dirinya manusia saling berkomunikasi. Hiruk pikuk pertikaian, permusuhan, kedhaliman dan perpecahan sementara akan terhambat dengan dalih menghormati bulan suci Ramadhan. Insan setiap saat akan mengalami sebuah kesalahan, bahkan akan lebih parah saat bulan ini. Bulan penuh ampunan sekaligus bulan yang berat untuk menciptakan wajah Rahwana berubah menjadi Arjuna. Derajat taqwa tak semudah membalikkan telapak tangan namun derajat taqwa akan muncul begitu saja bila Allah menghendaki tidak terkecuali yang berlumuran dosa. Subhanallah, semoga hati dan raga berubah warna secara perlahan atas karunia Allah SWT dalam indahnya ramadhan.
Setulus hati pasti siapapun akan terdiam saat dalam dua sisi keadaan. Keadaan akan kebaikan dan kejelekan. Hingga adab menjelang Ramadhan bukanlah ajang untuk menjelaskan kedua sisi tersebut namun adab ini seharusnya di luruskan menjadi cara terbaik mencoba meluruskan tali silaturahmi yang terkoyak-koyak dengan berbagai keadaan dan kepentingan. Bukan alasan untuk melakukan ta'aruf menjelang hari dan bulan baik sementara hanya ucapan kosong tanpa darah.
Marhaban Yaa Ramadhan, semoga bisa mabrur dalam wujud fitroh dan kesabaran untuk menikmati anugrah Allah SWT sepanjang hayat. Nilai ketaqwaan manusia akan di uji dalam awal menjelangnya untuk menambah sisa ketaqwaan berikutnya pada hari-hari penting dalam sebulan. Amal dan ibadah hanya milik_Nya dan akan pasti nyata terhitung tanpa tercecer sedikitpun dengan sebuah niat yang jelas pada awalnya.
Wallahu'alam Bishowwab

Chie Zhoen

Monday, July 16, 2012

KOnsep hidup manusia bernyawa dan manusia tanpa nafas


Kodrat manusia adalah memenuhi panggilan dan seruan Tuhannya baik saat hidup maupun beranjak menemuinya atau sudah terkubur di tanah. Kodrat hidup bertalian dengan kewajiban dan hak saat masih mempunyai hisapan nafas di raga. Sementara hak dan kewajiban setelahnya atau almarhum/almarhumah hilang tanpa bekas hanya menungu mukjizat akan keutuhan semua nilai amal dan semua nilai ibadah saat di alam fana. Jasad akan hilang kembali menjadi tanah, ruh akan kembali menghadap Allah SWT, ilmu, amal dan ibadah akan digantung menunggu hisab di alam keabadian (akherat). Pertanyaannya, apakah amal dan ibadah kita akan bertambah setelah kita tidak di dunia? Jawabnya adalah tidak, penambahan amal ibadah untuk bekal hanya sebuah ilusi ketentraman kewajiban si mayit yang belum usai saat di dunia atau saat di meninggalkan dunia. Hak telah putus sementara kewajiban mengikutinya namun sudah bukan kewajiban si mayit untuk menjalankannya, melainkan sebuah dasar hukum yang menjadikan sebuah kewajiban anak untuk meneruskan semua kewajiban yang tertinggal di sana disebabkan ajal yang tidak pernah bisa di duga oleh si mayit.
Bukan sebuah warna apabila manusia belum mampu menerjemahkan sebuah pembelajaran hukum yang berhubungan harkat dan martabat si mayit terhadap Tuhannya. Atau dalam istilah lugasnya manusia yang hidup tidak akan bisa mampu merasakan penderitaan si mayit dalam alam yang berbeda. Banyak konsep yang meniadakan hubungan antara jasad yang bernyawa dan tubuh yang masih bisa berfikir. Konsep doa, amaliah ataupun keringanan hukuman dalam alam barzah tidak bisa disamakan dengan komunikasi non verbal keduanya. Namun menilik lebih jelas akan kedekatan ruh dan jasad bisa difikir oleh akal manusia biasa bahwa alam fana akan selalu bertemu dengan akherat. Inilah yang dinamakan rasionalisasi akal manusia yang tidak bisa menjangkau hakekat ke_Esaan Allah SWT. Bagaimana mungkin orangtua yang dalam hidupnya berlumuran dosa dan tidak punya sedikitpun atau sesenpun amal kebaikan bisa terjun bebas ke surga tanpa hisab hanya berkat anak yang sholeh?.. 
Berjalan setapak demi setapak menyusuri jalan amaliah, baik itu dengan kaki ataupun perantara (motor, mobil dll) akan terasa nyaman apabila sebuah konsep manusia saat hidup berhubungan terus keterbalikkan dalam lamunan andaikan telah tidak ada di dunia. Contoh kecil kewajiban orang hidup terhadap orangtuanya yang telah tiada : 1). Memandikan, 2). Men_sholati, 3). Menguburkan dan 4). Membagikan warisan. Hak si mayit yang diteruskan menjadikan kewajiban yang hidup untuk mengurusnya sering di anggap remeh dan sepele yang akan memutuskan kewajiban yang belum terselesaikan saat si mayit masih hidup di dunia. Ujung dan pangkalnya empat perkara tersebut menjadi bahan gunjingan yang menyengsarakan si mayit dalam barzah. Bukanlah kewajiban meng_qodho sholat ataupun yang lain yang katanya lebih mulia apabila empat perkara tersebut masih menggantung penuh kontradiksi konsep dan pandangan religi dengan anak-anak yang di tinggalkan si mayit masih dalam keadaan sederhana dan sabar. Inilah contoh kecil bentuk komunikasi antara jasad (orang yang di tinggalkan) dan si mayit. Istighfarlah saat tersadar, tersenyumlah saat mendergarkan adzan dan iqomah, tertawalah saat syetan masuk neraka, menangislah saat amal kita tidak cukup saat di alam kubur (bagaimana di akherat?) Jargon hidup (kekayaan, kemulyaan, kemakmuran) saat hidup di dunia hanya istilah selebihnya hanya omong kosong saat berada di kuburan. Monyetpun akan tersenyum melihat jasad kita tergeletak tanpa nyawa miskin dengan amal di lupakan oleh keluarganya dengan empat perkara tadi. Astaghfirullahal adzim, semoga kita menjadi pribadi yang sholeh dengan membawa iman dan amal ibadah sebanyak-banyaknya di akherat.
Berat hati ini melihat sebuah nilai yang luntur karena hakekat fitroh hati yang tercampur dengan ubudunya sehingga melupakan nilai sakral akan hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan tetangga, saudara dan umat, hubungan manusia dengan makhluk lain. Penemuan hidayah dengan sabar dan sholat akan di uji dengan kenaikan amaliah kita dengan cobaan nikmat yaitu do'a yang dikira akan mustajab untuk menambah kekurangan amal ibadah orangtuanya saat di dunia.. Akankah ini sering di mengerti manusia? semoga akan bertambah sabar kita menjalani deru debunya hidup dalam menilai amal ibadah kita.
Wallahua'alam Bishowwab

Penulis,
Chie Zhoen

Thursday, July 5, 2012

Ikhlas

Sejenak alam bawah sadar kita mencari sebuah alibi menuju sinar yang terang, sebuah sinar dalam dekapan ruh. Lebih pastinya adalah cahaya menuju ketajaman fikir dan hati. Sederet aktifitas dan segudang kenikmatan dalam dunia akan membuat setiap dari insan mendengar sebuah rengkuhan. Rengkuhan yang membawa kita tersadar akan sebuah kebosanan hidup. Bosan dengan indahnya alam sekitar, bosan dengan berlimpahnya harta benda serta bosan dengan kebisingan hidup di sekeliling kita dan tidak terkecuali bosan terhadap aktifitas sendiri sehari-hari. Dalam benak setiap insan pasti akan mengalami titik jenuh dalam hidup. Tidak bersemangat dan ingin mencari sebuah warna baru kehidupan. Namun tak jarang dari kita lupa akan sebuah istilah bahwa hidup bukanlah untuk menikmati kehidupan namun hidup hanya sebuah penantian yang tak pasti. Penantian akan ajal, penantian akan waktu, penantian akan teka-teki dan pertanyaan hidup. Kapan kita akan lebih baik dari hari ini, kapan kita akan mendapat kenikmatan lagi, kapan kita akan berubah nasibnya dan berbagai pertanyaan berkecamuk dalam sanubari.

Nun jauh di sana dalam sebuah surga yang indah, langit ke tujuh dalam hitungan langkah Muhammad Rasulullah mendapat anugrah mikraj. Kita berasumsi dan membayangkan dalam hitungan nafas yang mendalam. Sebuah tanda-tanda kebesaran Allah yang tidak bisa dirasakan oleh manusia biasa. Saat beliau hijrah dalam langit tersebut rasa gundah gulana hilang tanpa noda, seolah darah beku dalam sekam es. Apa yang bisa kita bayangkan? Apakah bisa kita merasakannya? sebuah pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban tentunya. Inilah arti pentingnya hidup dalam naungan Islam. Ada saat sesuatu bisa kita rasakan dan bayangan ada pula saat hal-hal di luar nalar dan kehendak kita muncul dengan sendirinya sesuai kehendak-Nya dan tidak bisa kita fikirkan. 
Dalam lapisan langit ketujuh di kisahkan bahwa nabi bertemu dengan Ibrahim as. Beliau berpesan, 'umatmu adalah umat terakhir dan terlalu dhaif, maka berdo'alah untuk umatmu'. Beliau berpesan, surga itu baik tanahnya, tawar airnya dan tanamannya ialah lima kalimah, "Subhanallah, walhamdulillah, wala ilaha illallah, allahuakbar dan laa haula wala quwwata illa billah". 
Sebuah pesan indah penuh kenikmatan yang sesungguhnya bila manusia selalu bisa bersyukur akan setiap nikmat yang telah di miliki di dunia. Ujung dan pangkalnya adalan limpahan dan kelipatan dalam hitungan di akherat bila lidah dan hati kita mau menerjemahkannya. Hati yang gundah akan damai, hati yang resah akan musnah, jiwa yang galau akan sejuk ibarat hembusan angin di tengah hijaunya daun. Manusia akan bisa tersenyum selamanya walaupun duka dalam hidup berkepanjangan karena akan terfikir kelak dalam langit ketujuh (akherat) mendapatkan limpahan karunia yang tidak terbatas.
Jiwa manusia akan selalu lemah manakala setiap dari diri kita mudah dalam melupakan sesuatu, lupa akan kedamaian, lupa akan keharmonisan, lupa akan hembusan nafas dalam pejaman mata. Kecuali bila setiap dari kita mampu menembus hal itu dengan nadi dzikrullah. Sholat yang berjalan akan hampa saat jiwa setelah sholat kosong tanpa nafas hati. Ibarat sebuah mata air yang tertampung dalam tempayan kecil, berbeda apabila mata air yang turun bebas ke air terjun yang indah. Akan terasa dalam dan damai jasad dan juga ruh. Mimpi gambaran tidur dalam barzah, terbangun dalam barzah ibarat mimpi dalam akherat itulah hakekat hidup dalam balutan dzikrullah.
Semoga manusia dalam dunia menjadi khalifah yang jujur dan baik menjaga amanah Muhammad rasulullah dan Allah SWT. Insyaallah. Derai airmata di bumi akan terhapus dengan butiran airmata yang berubah menjadi permata dalam surga Allah. Amin.

Wallahu'alam Bishowwab

By Chie Zhoen


 
back to top