Wednesday, April 17, 2024

SURAT KEPADA ALLAH

Bahasa jiwa manusia kadang akan mengalir seperti riak air, akan mengalir seperti derasnya air, akan syahdu laksana hembusan angin, akan kencang seperti pusaran air, akan indah seperti senyuman bunda, akan asyik seperti sentuhan kekasih, akan merana seperti kehilangan kekasih. Akan musnah seperti asap rokok, akan mudah menguap seperti air dalam bajana panas, akan membara laksana api dihembuskan angin blower, akan dingin seperti es yang melilit tubuh, akan sedih seperti anak angsa kehilangan induknya. Jiwa yang meronta adalah gambaran mata hati yang oleng karena keadaan fisik dan psikis yang sakit karena tersentuh sesuatu yang menjatuhkannya. Sesuatu yang membuat kebaikan jadi keburukan bahkan kebaikan dibalas keburukan. Dan sesuatu itu membuat kepasrahan hati menuju sang khalik. Akankah jiwa yang rapuh atau sengaja rapuh untuk bisa beribadah kepadaNya. Gambaran hal-hal ini adalah nuansa jiwa manusia dalam ekosistem dunia, ekosistem nafas yang berjalan bersama fisik yang berupaya hidup ditengah hiruk pikuknya dunia. Sehingga ujaran kata akan mucul bersama dawai nafas yang muncul karena lelah dalam keadaaan yang tidak jauh beda yaitu antara iktikad dan alibi manusia kepada Tuhannya. Adalah wajar bilamana manusia sudah terjatuh dan tidak berdaya bahkan terjatuh lagi untuk bisa dijatuhkan kembali sebagai figur yang salah. Apakah pernah Tuhan menyalahkan makhlukNya. Jawaban inilah yang merobah nilai menjadi sanggahan manusia kepada TuhanNya manakala tidak ada kebaikan yang dimunculkan oleh manusia kepada sesamanya.
Sungguh tragis manakala sebuah perubahan disanggah untuk melupakan perubahan itu karena dinilai tidak tepat bahkan katanya melanggar adab sesama insan. Apalagi figur saat berupaya merubah nilai menjadi berumerang. Sungguh sangat disayangkan apabila untuk meluruskan kebaikan justru dijatuhkan sebagai sebuah kesalahan.
Hingga apakah surat kepada Nya, Allah SWT harus diluncurkan .. Sunguh ironis, tapi tetap manusia harus meluncurkan..
Astaghfirullahal adhim
Yaa Rabb, ampunkan dosa-dosa hambamu ini
Yaa Rabb, bila hati ini rapuh kencangkanlah
Yaa Rabb..
Bila raga ini melemah kuatkanlah
Bila jasad ini tergores duri sembuhkanlah
Bila badan ini tersentuh api taburkanlah hembusan es
Bila nyawa ini masih panjang jadikan satu kebaikan untuk memanjangkannya
Bila bibir ini dibilang berdusta, satukanlah bibir dengan mata kaki
Bila ketikan tangan ini salah hapuskan dan ralat kembali
Yaa Rabb,
Manakala tatapam hati tidak bisa melihat lewat mata fana jelaskanlah dengan kacamataMu..
Bila mata hati salah menilai kebaikan jadikan satu kebaikan yang ada meluruskannya
Bila seumur hidup tidak pernah ada kebaikan di jasad ini ampunkanlah lenukkan lidahku untuk beristighfar atas namaMu
Sujudkan kepalaKu untuk Mu Yaa Allah..
Hancurkan mata hati yang mencoba menilaiMu
Hancurkan jiwa yang tidak beradab di hadapanMu
Yaa Allah,
Banyak manusia yang menilai salah dalam lembaran nyawa ini
Padahal semenjak kecil hati ini terjaga dalam kemurnian untuk menilai sesama
Terjaga untuk tidak berprasangka tidak tepat ke sesama
Namun dalam perjalalan hidup ini, jalan yang sama terlubangi sampai jiwa ini masuk
Yaa Allah,
Hingga yang terkasih menilai salah
Yang menimang juga menilai keliru
Yang mengasuh membaca beda
Yang bersama setiap waktu melupakan ku
Selalu jiwa dan raga ini terbuang menjadi satu kembali dengan rahmatMu
Yaa Rabb, Allah semesta alam
Tidak pernah jiwa ini menangis, tidak pernah raga ini menjerit
Namun kali ini, maafkanlah hambaMu ini bila aku terlena dalam jiwa yang berderai air mata
Walaupun hati tenang, tapi jiwa ini tergeletak pilu
Luruskan sisa nyawa ini untuk selalu mengingatMu
Tiada lembaran surga di dunia akan menaklukan hati yang terluka
Tiada bait kata yang mampu melerai tangisan jiwa
Tiada luka hati yang mengering bila selalu tergores
Maafkanlah Yaa rabb

Semoga surat ini salah kepadaMu ..

Qālụ sub-ḥānaka lā 'ilma lanā illā mā 'allamtanā, innaka antal-'alīmul-ḥakīm
Manusia hanya titipan Allah, tatkala sedang beriman, mereka akan mengejar kebaikan dan keselamatan dunia dan akherat. Apabila sedang jauh dari iman hanya takabur yang dipertemukan dengan sesama. Manakala sedang bertabur kenikmatan dan kebaikan, terkadang lupa biji yang jatuh dari tumpukan tangannya. 
Semoga Allah mengampunkan jasad dan hati ini.
Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad wa Ala Ali Sayyidina Muhammad

Wallahu'alam Bishowwab

Penulis,
Muhshomu Rohman, ST

Wednesday, May 19, 2021

Perjalanan Menuju Rahmat-Mu


Sekilas memandang hamparan sawah yang mulai beranjak menunjukan kehidupan setelah benih padi tersemai dan ditanam dalam petakan-petakan berderet sebelah gedung sekolah. Desir angin membawa lamunan setelah selesai menghadap-Mu dalam rengkuhan dhuhur yang indah. Dawai kegalauan sedikit beranjak manakala tidak dijumpainya teman-teman dekat seperjuangan. Mereka sudah terlebih dahulu pulang dengan urusannya masing-masing. Sambil menghela nafas rendah penulis merenung apa yang telah terlampaui selama ini. Merenung pula inikah perjalanan yang telah penulis lalui hingga saat ini. Berjuang untuk hidup dan menikmati hidup bersama dawai pekerjaan. Sambil duduk bersandar di pojok timur masjid Asma' Bin Abu Bakar penulis menghela nafas sambil melihat status WA seseorang yang lucu, disitu tertulis ada ucapan resmi dari Dirjen terkait Idul Fitri, penulis tersenyum ada seseorang yang gundah akan sebuah ucapan, tapi sudahlah penulis berfikir terlewat dulu apa yang tergiang di hati. Nikmati dulu sepoy angin menghembus masjid pada terik matahari setelah dhuhur. Ada getir yang punah entah apa yang ada dalam benak. Entahlah.
            Penulis tersentak manakala ada percakapan antara 3 orang jamaah sholat dhuhur sebelum turun dari masjid. Mereka asyik berbicara mengenai aktifitas di masjid. Asyik kedengarannya, namun lambat laun apa yang mereka argumenkan menaik menjadi sebuah bahasan yang lebih urgen yaitu tentang sholat, sholat berjamaah yang yang mengharuskan mengikuti ucapan imam untuk meluruskan dan merapatkan shof. Terdengar hal tersebut adalah hal yang umum sudah dibicarakan seorang muslim. Sudah semua orang mengetahui akan perihal tersebut, bahwasannya meluruskan dan merapatkan shot saat sholat berjamaah adalam merupakan salah satu kesempurnaan sholat. Namun yang penulis tergerak untuk mendengarkannya bahwa nuansa tema tersebut melemahkan siapapun yang tidak patuh akan hal tersebut seolah melemahkan seorang jamaah yang kurang mematuhi aturan tersebut. Apalagi kalau melihat kondisi masjid saat ini yang harus mematuhi protokol kesehatan karena efek pandemi Covid-19. Yang mengharuskan di masjidpun harus menjaga jarak dalam sholat. Sahkah meraka dalam bahasan tersebut, inikah yang membuat penulis galau mendengarkan pembicaraan tersebut terlebih ada yang keras berbicara seolah hal utama dalam sholat harus dipatuhi tidak boleh tidak. Akhir pembicaraan mereka turun serambi masjid dan beranjak pulang, satu orang pergi melangkah, kebeteulan melalui jalan depan penulis bersandar tembok. Penulis hentikan langkahnya.
Berhenti saudara, ada yang mau saya tanyakan. Begini, tadi jamaah yang sholat di masjid ini semuanya apakah anda tahu siapa sholatnya yang diterima Allah SWT?, Sambil bingung dia menjawab, Wah, kalau hal itu urusan Allah SWT. Terus sambil gusar penulis meneruskan, Kalau memaang seperti itu kenapa dipermasalahkan, sholat itu urusan Allah dalam menerima sekaligus pahalanya, sekarang begini sholat haruslah lurus dalam niatnya, menghadap Allah tidak terkecuali. Lepas itu lupakan hal yang lain satu tujuan menghadap Allah SWT. Sambil bergeser penulis menempelkan tangan yang terhunus seperti pedang menempel di sebelah leher orang tersebut. "Sekarang begini, kalau ini pedang apakah anda mampu berjihad seandainya ini siap menebas dan malaikat maut datang. Apakah anda siap untuk mati saat ini. Sambil gusar orang tersebut kaget, Maaf saya tidak siap. Sambil gusar penulis menyanggah. Kalau memang sholatmu itu sudah yaqin akan membawamu ke surganya Allah kenapa anda tidak sanggup. Apa yang anda bicarakan tentang sholat adalah amalan yang pertama kali dinilai, dimana kalau sholatnya baik semua amalannya baik, kenapa anda takut menghadap Allah saat ini. Bila memang kualitas sholat anda sudah yang terbaik. Sambil bingung dia diam terdiam."

Sambil tersenyum sinis penulis berucap, "Jangan suudhon terhadap orang lain apalagi sesama jamaah yang berjejer bersama imam yang sama. Jangan beranggapan hanya kamu yang mampu menerjemahkan kualitas sholat saat menghadap Allah. Yang terhisab tidak hanya sholat semua amalan akan terhisab di sisi Allah SWT. Apakah sholatnya terbaik amalan yang lainnya baik, wallahu'lam hanya Allah yang maha Mengetahui. Seorang ibu saja bisa masuk neraka kenapa karena tidak hanya amalan sholat saja yang ternilai dihadapan-Nya, walaupun seoang ibu melahirkan anak manusia. Jangan suudhzon terhadap orang lain bila ingin amalan mu tidak hilang. Jangan mengolah akal fikiranmu namun hatimu tidak pernah diolah, sudah banyak saya lihat bagaimana seorang muslim mengolah ketajaman ilmunya lewat ketajaman otaknya, namun hatinya tidak pernah terolah dengan dzikrullah, yang ada satu sama lain saling beragumen dengan aqli mereka tanpa mau mengalah tentang semua hal apalagi tentang ilmu Allah. Ini adalah hal yang melemahkan kenapa manusia tidak menajamkan hatinya untuk memperbaiki sholatnya."

Wassalamu'alaikum, sambil berlalu jamaah tadi yang merupakan salah satu pengurus masjid tersebut berlalu, wa'alaikumsalam wr.wb ucap penulis. Semoga dia memahami apa yang telah terjadi pada dirinya. Bahwa Allah adalah maha segalanya, entah itu manusia dalam taraf tertinggi yaitu sedang dalam beribadah kepada Allah ataupun seorang manusia sedang terjerumus dalam lembah maksiat. Allah SWT selalu mengingatkan bahwasanya kita tidak boleh takabur atas kesalehan kita. Astaghfirullahal 'adhzim, penulis beristighfar semoga ini adalah kesalahan penulis atas pembicaraan tadi. Semoga Allah menunjukan jalan yang terbaik atas ucapan-capan penulis. Sepanjang jalan sampai pulang kerumah penulis berfikir dan merenung nikmat Allah memang sangat besar, "namun manusia bolehlah memikirkan akan ciptaan-ciptaan-Nya tetapi jikalau manusia selalu berfikir akan zat-zat Allah, akal fikir kitalah yang akan terlena dan hati akan lemah dan gundah akan nikmat Allah SWT. Subhanallah wabihamdi subhanallahil adhzim, Allahumma sholli'ala muhammad wa 'ala ali sholli 'ala muhammad astagfirullahal 'adhizim waatubu illaihi."

Saudaraku, saat penulis merenungi ini semua semoga menjadi bahan renungan kita akan nikmat yang terlupakan, nikmat sehat dan kesempatan. Sehat menjalani hidup dan pekerjaan serta beribadah. Sempat dalam menggapai nikmat Allah. Seolah termangu bimbang penulispun tidak mengangkat video call dari teman-teman saat menjelang sore mereka menelfon. Maaf teman-teman hati ini masih gundah dan resah akan peristiwa siang tadi, semoga Allah menunjukkan MATA HATI penulis untuk selalu istiqomah terhadap Agama Allah SWT. Astagfirullahal 'adhzim.

Wallahu'alam Bishowwab.

penulis, 

Muhshonu Rohman, ST

 
back to top