Sunday, November 25, 2012

Guru Semar

Angin linglung, bumine peteng gludug makantar-kantar..
Iku pertondo anane goro-goro.. .. AAaaaa..
Semar : Eeee.. Nolo Gareng, Petruk lan koe Bagong, mreneo koe kabeh..!!
Gareng  : Iyo mo..
Petruk   : Nggeh mo..
Bagong : Ana apa ramane semar..
Semar  : Kene tolee kabeh.. kumpul bareng njagong silo madep mantep ngrungokno pituturku..!!

Kisah yang sering dilakoni oleh pencipta wayang yaitu para wali pembawa syareat Islam masuk ke tanah Jawa. Saat itu masih mudah mengumpulkan manusia untuk menjadi insan yang mampu menemukan arti hidup dalam dunia ini. Banyak orang bodoh namun banyak sekali orang yang mudah menjadi Islam karena keyakinannya sepenuh hati. Mudah bertobat dan mendengarkan kata-kata bijak dan kebenaran. Suka melakukan perubahan setelah mendapat contoh langsung baik dan buruk. Jaman yang sangat masih perawan dengan hiruk pikuknya internet dan kapal terbang. Manusia yang hanya makan dari hasil bumi dan sangat sederhana. Namun, kala itu dalam dada mereka sangat mudah mendapat pencerahan tentang Dhien Islam. Kisah wayang yang merubah tatanan Hindu menjadi Islam dengan tahapan yang penuh kemanfaatan. Sebuah peradaban yang berbeda dari jaman sekarang walaupun serba sederhana. Bagaimana dengan sekarang? Bila ditinjau sejarah memang sudah jauh berbeda dan sudah sangat pesat perkembangannnya. Kita lihat di sepanjang pesisir Jawa Timur dari Tuban sampai Surabaya nuansa Islam warisan para Wali masih kentara menjadi pilar perkembangan masyarakat Islam secara majemuk namun masih tetap guyub. Sebuah wacana yang perlu di acungkan jempol dimana umat yang besar adalah penuh dengan persatuan bukannya semakin besar semakin pecah.

Lakon sejarah Islam menggambarkan bagaimana manusia menemukan Tuhannya lewat pembelajaran. Sebuah teka-teki yang menunjukkan bagaimana sebenarnya hidup di dunia. Apa yang kita cari?. Setelah kita menjadi pandai apa yang kita raih?, pasti pada umunya kekayaan dan limpahan berkah sepanjang hayat di kandung badan bahkan sampai 7 turunan ke depan. Namun banyak sekali persepsi yang salah tentang mencari ilmu, salah satunya istilah yang bernama 'Sekolah'. Sekolah istilah orang jawa 'kur nggo mbuang bodho'. Memang ada benarnya bagaimana sekolah hanya untuk membebaskan dari istilah buta aksara dan angka. Setlah tahu kita jelas akan mencari penghidupan dengan bekerja. Nah, dalam memperoleh pekerjaan di jaman sekarang idealnya dengan berbekal sebuah ijasah. Fatalnya terakhir adalah ijasah tak mempan karena sudah terkena takdir. Takdirnya kaya jadi orang kaya, takdirnya jadi pejabat jadilah pejabat. Bagaimana konsep ilmu dalam pembelajaran di sekolah?
Rujukannya adalah sebuah sistem yang mengatur metode untuk kematangan di dalam lingkungan sekitar dan kesempatan dalam berkembang di lingkungan masyarakat yaitu dengan melampaui serangkaian pembelajaran terstruktur sesuai bentuk kematangan pada taraf aspek kognisi, afeksi dan psikomotorik. Akankah semuanya butuh bantuan? Jelas. Muncullah disiplin ilmu pada spesialisasi yang memberi jabatan pada seseorang yaitu GURU.
Guru Semar adalah gambaran Lukman memberikan wejangan kepada anak-anaknya untuk meneruskan akhlak nabi yaitu Iqro'. Nasehat Lukman pada anak-anak adalah wujud nyata kesempatan Allah bagi hamba-hambanya yang ingat akan negeri akherat. Bagimana Lukman mengajarkan agar jangan mempersekutukan Allah SWT, mengajarkan tentang adab kepada kedua orangtua, mengajarkan tentang tanggungjawab hidup, mengajarkan untuk selalu mendirikan sholat dan mendekatkan amal baik menjauhi kemungkaran dan selalu mencari kesabaran, mengajarkan akhlakul karimah (menghindari kesombongan), mengajarkan tentang sikap (attitude). Begitulah garis hidup manusia dalam balutan Dhien Islam sebuah penalaran yang punya bukti nyata akan tuntunan hidup lewat pembelajaran. Muncullah nuansa pembelajaran dalam jaman modern sekarang ini yaitu sekolah, pondok pesantren, balai latihan dan sebagainya. Sebuah wujud dan upaya untuk menyelaraskan akan kemajuan dan peradaban. Hendaknya wejangan dan petuah yang sudah ada dan di firmankan (Al Qur'an) menjadi bahan renungan kembali untuk selalu utuh menjadi pribadi dan manusia yang hidup khususnya di jalan pendidikan. Adalah guru yang berarti digugu lan di tiru, wagu tur saru, nek minggu turu dan segunang plesetan lainnya dari jaman Oemar Bakri sampai jaman Ustadz Jefri. Ustadz adalah guru dalam gambaran Islam terhadap keluarga dan masyarakatnya, bagaimana menjadi ustadz yang baik bagi keluarga, ustadz yang baik terhadap santrinya, ustadz yang baik kepada masyarakat dan bangsanya. Semoga kita menjadi pribadi yang sabar dan qona'ah menerima semua masukan yang baik dan selalu menjadi pribadi yang arif.
Lain ladang lain belalang lain lubuk lain ikannya. Semua boleh mengartikan beda tentang apa yang namanya guru, ustadz, pendidik dan sebagainya. Namun intinya, setiap yang lahir menjadi pondasi hendaknya selalu bersikap arif dan bersahaja.
Wallahu'alam Bishowwab
robbana atina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah wakina 'adza bannar
penulis,
Muhshonu Rohman, ST

Friday, November 23, 2012

Menoreh di atas Luka

Pernakah anda bermimpi yang sama dalam waktu yang berbeda. Atau apakah pernah suatu hari menemukan sebuah mimpi yang sama persis di alami saat-saat mimpi yang lalu? Itulah gambar kehidupan manusia, ada kalanya setiap yang hidup akan merasakan sebuah perubahan hidup, bahkan hidup terasa mati, atau mati ibaratnya hidup. Sekarang hujan besok panas, sekarang senang besok menangis. Itulah riwayat hidup dan perjalanan hidup umat manusia di bumi. Yang lebih menyakitkan lagi bila manusia masih tinggal di bumi namun sudah tertimbun di tanah. Apa yang bisa mereka rasakan jelas tidak ada sama sekali. Bermimpipun tidak bangunpun jelas tidak akan bisa. Apa yang mereka fikirkan tentang diri mereka? Jelas tidak bisa memikirkan sesuatu tentangnya, yang ada adalah suasana yang entah apa yang dialami tidak bisa di rasa dan tidak akan bisa diungkapkan. Alam bawah sadar adalah ibarat alam kubur yang tidak bisa di fikirkan oleh akal yang naluri kita.

Mengantuk dan tidur sudah jadi tradisi, bangun dan bekerja sudah jadi kebiasaan. Namun tersenyum dan menangis jarang sekali menjadi bahan perenungan. Kenapa bisa tersenyum dan kenapa kita bisa menangis. Andaikan sebuah jiwa sudah sampai taraf kesatuan titik apa yang menjadi kegalauan hidup bukanlah suatu hal luar biasa melainkan sebuah senyuman yang tertunda meraih kebahagiaan. Unsur yang lupa dan sering sekilas di jamah adalah pejaman mata. Bila dan saat kita memejamkan mata sejenak ataupun lebih lama akan terasa sebuah batasan antara hak dan bathil, sebuah renungan yang membawa alam bawah sadar kita mencari sebuah ketajaman fikir dan naluri. Ketajaman akan sebuah pola hati yang ingin menuju sebuah kebahagiaan, apalah itu tentunya akan kembali pada siapa yang memajamkan mata dan untuk apa mata kita ingin dipejamkan, setelah menangis ataukah mau tidur bahkan baru tertidur dari mimpi indah atau sebaliknya mimpi yang buruk. Naluri sebagai manusia yang ingin merambah dan mencapai sebuah taraf yang jauh dari jangkauan fikiran yaitu alam yang penuh intuisi dan khayalan. Berbicara dengan hati sendiri, tersenyum memandang jasad dan mata hati sendiri. Mencoba meraih bahagia dengan sekedipan mata kita.

Galau, sedih dan gundah tak ubahnya rasa senang dan gembira. Banyak fatamorgana di dalamnya. Bagaimana kita menajamkan hati tentunya akan terbentur dengan kuatnya pemahaman kita akan takdir dan Dhien Allah. Seberapa kuatkan batasan antara kepuasan dan keikhlasan. Kepuasan akan nilai yang melekat pada tubuh selama ini dan keikhlasan akan semua hal yang sudah pernah di raih sampai saat ini.
Banyak sudah luka di atas luka yang tumbuh datang dan pergi di alami oleh fisik dan hati kita. Bagaimana kita sendiri melukai perasaan kita dan bagaimana orang sekitar memperlakukan kita. Semuanya akan membentuk super ego kita menjadi seorang anak manusia yang tumbuh penuh dengan kedengkian, dendam dan airmata. Bagaimana kita selama hidup sampai saat ini sudah mengalami pahit getirnya keadaan hingga lupa akan jalan keluar dan pintu keluar. Saat luka tertoreh pada luka yang lama muncullah alibi yang salah akan berbagai hal di sekeliling kita, enggan bersahabat lupa menyapa. Hingga muncullah menoreh luka di atas luka terulang dan berulang kali mencapai titik kritis kekuatan ruh kita.
Andaikan kita adalah jiwa yang tawadlu' akankah semua hal yang sudah terjadi merupakan hal yang wajar?. Tentunya saat itu datang kita sudah punya bekal menjadi manusia baru yang siap melakukan perbedaan dan merubah segala kebiasaan untuk menjadi manusia biasa yang akan melahirkan hal yang luar biasa dalam perjalanan hidup kita. Maybe no or yes.

laa haula wala malja'a minallahi illa ilaihi

penulis,
chiezhoen

Tuesday, November 13, 2012

Format Pemimpin Masa Depan

Kata khalifah sebuah makna yang membuat semangat untuk menunjukkan iktikad baik supaya selalu berupaya menyembah kepada sang khalik yaitu Allah SWT. Manusia diberikan anugrah sedemikian besar jelas mempunyai maksud yang dalam, sebagaimana Dia menciptakan kodrat manusia lewat Adam As. Gambaran wujud manusia pertama yang dilahirkan penuh kesempurnaan dibandingkan makhluk yang lain. Upaya Allah menciptakan manusia adalah untuk keseimbangan alam semesta. Seimbang dalam sebab akibat dan seimbang untuk memenuhi fitroh bumi. Jalan hidup Adam As dan Siti Hawa sudah terencana Allah SWT, turunnya mereka menandakan adanya tonggak menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna sehingga perlu adanya uji coba yang bisa menunjukkan bentuk kesempurnaan setelah mengalami penderitaan di dalam alam fana yaitu bumi. Selanjutnya dengan akal, budi dan ilmunya manusia bisa meraih derajat muttaqin dan sempurna di mata Allah SWT. Apakah bisa tercapai selama hidup di dunia? Jawabnya bisa iya ataupun tidak.

Kembali kepada sebuah falsafah hidup. Ada siang ada malam, ada wanita ada pria. Ada syetan dan manusia. Sudah jadi takdir hidup manusia, kita semua penuh dengan dosa dikarenakan hati yang berjalan bersamaan dengan akal dan fikiran. Sementara ruh setelah di tiupkan di jasad pada kandungan seorang wanita, dia (ruh) tidak akan berdaya menerima bisikan siapapun termasuk hati dan fikirannya. Dengan bertambah pola fikir dan akal budi, setiap dari manusia yang terus beranjak naik dewasa mereka semua akan menemukan hidayahnya masing-masing sesuai dengan nilai hati. Bila ada suara merdu dia akan menirukannya, demikian pula bila ada suara keras dia akan mendengarkan dan juga apabila ada suara sumbang dan galau dia juga akan merasakannya. Jadinya manusia secara individu akan terbentuk oleh pola asuh orangtua dan sekitarnya. Bila orangtua menghendaki kafir, dia akan terintervensi menjadi kafir, jelas jalan menuju masa depan adalah suram tak bertuan.
Bila orangtua mengarahkan Dhien Islam, insyaallah anak yang dibesarkannya menemukan hidayah sedikit ataupun banyak dan akan jelas menemukan jalan yang akurat menuju surga Allah SWT. Bagaimankah menciptakan khalifat masa depan bumi dan akherat?. Tentunya kita akan berfikir sanggupkah raga, fikiran, hati, jiwa maupun harta kita mampu menciptakannya?. Yang mungkin bisa terjawab adalah insyaallah. Semua akan kembali kepada upaya untuk mewujudkan yaitu sebuah jalan menuju pemimpin masa depan yang membawa surga saat di dunia dan menaruh surga itu pada alam akherat secara harfiah. Apakah jalan tersebut masih panjang, apakah jalan itu mudah di lalui, apakah jalan tersebut memang ada?. Semua akan kembali pada kesadaran kita untuk selalu tepat memilih jalan Allah yaitu Dhien Islam secara terang-terangan dan haqqul yaqin beribadah secara istiqomah.
Sering kita mendengar istilah dalam masyarakat "sekolah kur nggo buang bodho". Sebuah peradaban yang semakin menurun dari tahun ke tahun setelah adalah Islam muncul. Setelah semakin pesatnya teknologi apakah semua itu sudah berubah? Yang ada adalah semakin masuk menjadi jaman jahiliyah kembali, dimana jaman akhir akan muncul menjadi sebuah kebinasaan umat dalam skala besar yaitu umat Islam besar penuh perpecahan dan akhirnya datanglah hari kiamat.
Kata pemimpin masa depan adalah jiwa khalifah atau pemimpin yang mampu memimpin banyak orang dan juga tetap mampu memimpin dirinya sendiri sepanjang jatah hidupnya bukan jatah waktu kepemimpinannya telah usai. Inilah sebuah format pemimpin masa depan yang susah dicari di jaman sekarang bahkan ibarat kata sudah punah di makan hiruk pikuknya penduduk bumi yang sarat dengan glamournya dollar.
Semoga apa yang kita inginkan akan sesuai dengan kenyataan. Diberikan jatah umur yang panjang untuk bertobat dan mengejar amal sholeh serta ibadah yang mabrur kepada Allah SWT. Idiomnya adalah menjadikan kita pemimpin bagi diri kita sendiri untuk keselamatan diri dan keluarga. Syukur menjadi pengayom bagi pribadi yang lain ataupun sekelilingnya. Besarnya menjadi suri tauladan yang baik di kalangan saudara, teman, sahabat ataupun handai taulan yang mengenal kita.
Wallahu'alam Bishowwab
 
Laqod  jaakum rosulun min anfusikum azizun alaihima anittum harishun alaikum bil mukminina roufur rohiim
Fain tawallau faqul hasbiyallahu laa khaulla wala quwwata illabillahil 'aliyyin 'adzim

penulis,
Muhshonu Rohman, ST

Wednesday, November 7, 2012

Jalan Kehidupan

Pilihan hidup setiap manusia akan membawa manusia dalam sebuah kedewasaan, kedewasaan dalam memahami pergaulan, kedewasaan dalam menelaah setiap kebaikan dan kejelekan, kedewasaan yang menempatkan manusia dengan bijaksanaan, kedewasaan yang membuat satu sama lain menyenangkan, kedewasaan yang selalu membuat istiqomah hati untuk khusnudhon terhadap orang lain, kedewasaan untuk selalu berani mengahdapi setiap persoalan dengan mata kepala tegar. Mungkin sangat sederhana apabila setiap dari manusia mengalami pasang surut hidup, namun tidak sesederhana bagaimana manusia melakukan perbaikan saat surut dan tak berdaya. Mengalami semua ejekan, sindiran, kehilangan teman dan sahabat, tidak ada dukungan dan semua yang berbau tidak sedap masuk dalam rongga hidung. Hingga sejarah hitam selalu hadir di setiap perjalanan hidup manusia. 
Pertanyaan yang muncul apakah Allah SWT akan menilai sama terhadap hambanya yang tegar dan sabar?, tolak ukur manusia yang bagaimanakah dapat dikatakan sabar?. Inilah sebuah cermin yang akan menunjukkan kualitas pemahaman manusia terhadap indahnya kasih sayang Allah terhadap hambanya. Bagaimana hambanya disingkirkan, dibuang, dilecehkan, jatuh terseok tak berdaya. Tidak satupun teman, sabahat, saudara melihat yang menemani bahkan justru menertawakan. Hanya Allah SWT yang bisa mengerti akan kesusahan hambanya, dimata orang lain di pandang sebelah mata bahkan ingin meludahinya. Apakah demikian dengan Allah? Jawabnya hanya Allah SWT yang tahu persis bagaimana perasaan hambanya, suara hatinya dan perangai serta akhlaknya. Dalam laut bisa dijamah tapi hati orang siapa tahu. Jawabnya hanya Allah SWT yang tahu akan isi hati manusia. Bagaimana Dia tahu akan kebaikan ataupun keculasan hamba-hambanya.

Banyak sekali manusia menyerukan kebaikan saat manusia lain jatuh. Namun apakah hal tersebut sudah menunjukkan solusi atau bahkan semakin menunjukkan kegalauan bagi yang di nasehati. Bagaimana batasan dalam memberikan kesadaran?. Yaitu bagaimana kita bisa memberikan respon baik atas apa yang menimpa saudara kita. Seolah tidak ada masalah yang berarti dengan sebuah tanggapan bukan sebuah nasehat yang justru akan semakin memilukan bagi yang menjalani. Renungan akan tidak mendapat arti apapun bagi yang menjalaninya karena jelas akan berbeda yang terkena musibah dengan yang menasehatinya. Baiknya adalah bagaimana jiwa kita bisa melapangkan hatinya dengan gembira dan mengajak dengan indah. Inilah obat yang mujarab bagaimana manusia satu sama lain saling memperbaiki bukannya satu sama lain saling bertepuk tangan dan meludahi. Bagaimana bila hal yang sama menimpa anda?, apakah mampu beban itu dipundak anda?..
Semoga manusia mampu menilai kebaikan orang lain dengan sebenar-benarnya. Dan sebaliknya bagaimana manusia bisa menilai kejelekan orang lain yang tersembunyi diantara berjuta mulut manisnya. Janganlah tertutup mata hati kita menerima penilaian baik terhadap orang yang kita benci. Bagaimana kita hidup tentunya atas saling menasehati dalam kebaikan bukannya menasehati dalam kemungkaran dan kehancuran. Dan siapapun akan bisa menilai atas semua apa yang telah dilakukan baik yang nyata ataupun telah lama dilupakan. Jika kalian salah menilai orang lain jelas akan membahayakan masa depan amal dalam akherat kelak. Di sadari ataupun tidak banyak sekali kegalauan hidup yang menunjukkan jalan kehidupan setiap manusia di bumi. Sehingga nilai kesuksesan bukanlah semata bisa di nilai dengan uang dan kemegahan kekayaan. Namun bagaimana kita bisa menilai orang lain sukses yaitu bagaimana kita melihat saat mereka menjadi sebuah panutan dan saat mereka jatuh menjadi debu. Dan bagaimana setelah keadaan mereka terjatuh mampu untuk bertahan yang bangkit menjadi manusia yang tegar tanpa menoleh ke belakang lagi. Dan harusnya penghormatan yang setinggi-tingginya kita sampaikan terhadap manusia yang bisa menjalani itu semua. Beginilah cara manusia meluruskan amaliahnya di dunia dengan hiruk pikuknya pergaulan yang saling menjatuhkan satu sama lain.
Semoga kita menjadi pribadi yang amanah, tangguh dalam menjalani hidup, sabar dalam meneruskan hidup serta istiqomah melalui jalan kehidupan yang diberikan Allah SWT dengan selalu beribadah dengan baik. Semoga kita menghadapi kematian dengan tersenyum puas saat menjalani jalan kehidupan sesuai jatah umur kita.
Allahumma salli ‘ala sayyidina Muhammadin 
salatan tunjina bi-ha min jami‘i-l-ahwali wa-l-afat 
Wa taqdi lana biha jami‘i-l-hajat 
Wa tutahhiruna biha min jami‘i-s-sa’iyat 
Wa tarfa‘una biha ‘ala-d-darajat 
wa tuballighuna biha aqsa-l-ghayati min jami‘i-l-khayrati 
fi-l-hayati wa ba‘ada-l-mamat
 
Wallahu'alam Bishowwab..
 
Penulis,
Chie Zhoen 

Tuesday, November 6, 2012

Tampilan Sistem Pendidikan

Banyak kesulitan yang akan muncul manakala sebuah mata rantai dari siklus yang berkembang dalam sebuah ekosistem sekolah menemui sebab dan akibat. Sejauhmana pandangan ini bisa disikapi oleh komunitas sekolah dari Yayasan, Kepala Sekolah, Pejabat Sekolah dan Guru. Jawabannya adalah sejauh kita bisa mengatasinya. Apabila kendala antara komunikasi peserta didik, guru dan sekolah sudah mengalami jalan buntu yaitu ketidakseriusan siswa dalam belajar dan berbagai hal yang mempengaruhi perkembangan siswa dan menimbulkan problem yang berujang pangkal ke siswa. Pihak pemberi kebijakkan atau sekolah hendaknya memberikan batasan toleransi ataupun mengembalikan peserta didik ke pihak orangtua secara tanggap dan cepat. Hal inilah yang menimbulkan dilema, dimana untuk sekolah maju adalah barang remeh dan sepele, namun untuk sekolah yang baru merangkak dan berkembang merupakan batu sandungan yang menaik turunkan moral attitude segala sisi dan pihak. 

Hal inilah yang kurang mendapatkan respon secara cepat dan tanggap. Dikarenakan kesibukan kita dalam berbagai hal. Kesejahteraan guru dan karyawan yang jauh dari UMR, problem sistem yang susah diajak kerjasama, koloni guru dan karyawan yang beda pemikiran dan tujuan, siswa yang terbatas dan saringan dari berbagai sekolah dan yang lebih akurat adalah kebijakkan sebuah lembaga untuk cepat dan tanggap menyiapkan segala sarana dan prasarana yang mendominasi hal tersebut. Mau dibawa kemana sekolah tersebut ke depannya?, inilah yang tidak bisa dijadikan tolak ukur kemajuan, bila antara pemberi kebijakkan memaksakan kehendak, yang diberi masukkan enggan melaksanakan karena selalu kurang mendapat respon kepercayaan dan ruwetnya birokrasi terhadap sirkulasi uang dan jasa.

Kesiapan sebuah lembaga adalah bagaimana lembaga tersebut merasa dirinya biasa saja tidak istimewa, namun mampu menawarkan dan memberikan bukti nyata tentang kepuasan dan rasa memiliki dari yang menghuninya. Apakah ini semua bisa terlaksana? jawabnya tentunya apabila dalam lembaga tersebut terdapat rasa aman dan nyaman bagi si penghuninya, tidak ada intervensi dan pemaksaaan kehendak, menghargai jasa sesuai dengan bidang kompetensinya (istilah membayar upah pekerja pas sesuai pola fikir dan tenaganya). Bagaimana itu akan merayap tahap demi tahap?, tentunya kembali kepada kita semua menyikapinya.
Bila hanya berkutat tentang nilai tukar dan untung rugi jelas akan menelantarkan peserta didik yang notabene adalah pelanggan yang harus menjadi tolak ukur kemajuan sekolah. Siapa yang benar-benar memperjuangkan sekolah?, jawabannya semua komponen sekolah adalah menjadi bagian sekolah dan tidak boleh menjadi bagian yang terdepan dalam sekolah. Itulah sebuah koridor SMM ISO yang sudah banyak dilupakan di sekolah. Dan terkesan nyata sekolah yang berlisensi hanya bertujuan menggalang dana untuk memperoleh bantuan dan bantuan untuk mencari dan menambahi sarpras yang terbengkelai. Inilah momok yang menakutkan antara dedikasi dan kejujuran. Banyak sekali orang-orang yang membela sistem demi kemajuan justru disingkirkan hanya demi keinginan dan ambisi sekelompok orang dan yang lebih ironis lagi bahkan berkedok membela sistem bahkan menghancurkan dan untuk ambisi pribadi. Contoh yang sudah ada marilah dirubah dijadikan perbaikan moral dan perbaikan karakter sekolah menjadi bagian kemajuan bangsa dan negara.
Doa adalah harapan, sedikitnya banyak doa yang terbuang karena melahirkan sarana dan prasarana sekolah yang miskin akan kemajuan. Idealnya semakin pesat sarana dan prasarana akan semakin jelas tujuan yang hendak di capai bukannya semakin banyak memperebutkan hal yang kurang menjadikan rasa syukur dan keihklasan. Semoga kita semua diberikan kesabaran mendidik anak bangsa yang sekarang sudah terbalik justru ingin mendidik guru dan sekolah atas kemauan mereka. Inilah luar biasanya masyarakat Indonesia karena uang adalah tolak ukur yang susah diajak kompromi.
Lailaha illa anta subhanaka inni kuntum minadh dholimin
Wallahu'alam Bishowwab
penulis,
Muhshonu Rohman, ST

 
back to top