Sunday, November 25, 2012

Guru Semar

Angin linglung, bumine peteng gludug makantar-kantar..
Iku pertondo anane goro-goro.. .. AAaaaa..
Semar : Eeee.. Nolo Gareng, Petruk lan koe Bagong, mreneo koe kabeh..!!
Gareng  : Iyo mo..
Petruk   : Nggeh mo..
Bagong : Ana apa ramane semar..
Semar  : Kene tolee kabeh.. kumpul bareng njagong silo madep mantep ngrungokno pituturku..!!

Kisah yang sering dilakoni oleh pencipta wayang yaitu para wali pembawa syareat Islam masuk ke tanah Jawa. Saat itu masih mudah mengumpulkan manusia untuk menjadi insan yang mampu menemukan arti hidup dalam dunia ini. Banyak orang bodoh namun banyak sekali orang yang mudah menjadi Islam karena keyakinannya sepenuh hati. Mudah bertobat dan mendengarkan kata-kata bijak dan kebenaran. Suka melakukan perubahan setelah mendapat contoh langsung baik dan buruk. Jaman yang sangat masih perawan dengan hiruk pikuknya internet dan kapal terbang. Manusia yang hanya makan dari hasil bumi dan sangat sederhana. Namun, kala itu dalam dada mereka sangat mudah mendapat pencerahan tentang Dhien Islam. Kisah wayang yang merubah tatanan Hindu menjadi Islam dengan tahapan yang penuh kemanfaatan. Sebuah peradaban yang berbeda dari jaman sekarang walaupun serba sederhana. Bagaimana dengan sekarang? Bila ditinjau sejarah memang sudah jauh berbeda dan sudah sangat pesat perkembangannnya. Kita lihat di sepanjang pesisir Jawa Timur dari Tuban sampai Surabaya nuansa Islam warisan para Wali masih kentara menjadi pilar perkembangan masyarakat Islam secara majemuk namun masih tetap guyub. Sebuah wacana yang perlu di acungkan jempol dimana umat yang besar adalah penuh dengan persatuan bukannya semakin besar semakin pecah.

Lakon sejarah Islam menggambarkan bagaimana manusia menemukan Tuhannya lewat pembelajaran. Sebuah teka-teki yang menunjukkan bagaimana sebenarnya hidup di dunia. Apa yang kita cari?. Setelah kita menjadi pandai apa yang kita raih?, pasti pada umunya kekayaan dan limpahan berkah sepanjang hayat di kandung badan bahkan sampai 7 turunan ke depan. Namun banyak sekali persepsi yang salah tentang mencari ilmu, salah satunya istilah yang bernama 'Sekolah'. Sekolah istilah orang jawa 'kur nggo mbuang bodho'. Memang ada benarnya bagaimana sekolah hanya untuk membebaskan dari istilah buta aksara dan angka. Setlah tahu kita jelas akan mencari penghidupan dengan bekerja. Nah, dalam memperoleh pekerjaan di jaman sekarang idealnya dengan berbekal sebuah ijasah. Fatalnya terakhir adalah ijasah tak mempan karena sudah terkena takdir. Takdirnya kaya jadi orang kaya, takdirnya jadi pejabat jadilah pejabat. Bagaimana konsep ilmu dalam pembelajaran di sekolah?
Rujukannya adalah sebuah sistem yang mengatur metode untuk kematangan di dalam lingkungan sekitar dan kesempatan dalam berkembang di lingkungan masyarakat yaitu dengan melampaui serangkaian pembelajaran terstruktur sesuai bentuk kematangan pada taraf aspek kognisi, afeksi dan psikomotorik. Akankah semuanya butuh bantuan? Jelas. Muncullah disiplin ilmu pada spesialisasi yang memberi jabatan pada seseorang yaitu GURU.
Guru Semar adalah gambaran Lukman memberikan wejangan kepada anak-anaknya untuk meneruskan akhlak nabi yaitu Iqro'. Nasehat Lukman pada anak-anak adalah wujud nyata kesempatan Allah bagi hamba-hambanya yang ingat akan negeri akherat. Bagimana Lukman mengajarkan agar jangan mempersekutukan Allah SWT, mengajarkan tentang adab kepada kedua orangtua, mengajarkan tentang tanggungjawab hidup, mengajarkan untuk selalu mendirikan sholat dan mendekatkan amal baik menjauhi kemungkaran dan selalu mencari kesabaran, mengajarkan akhlakul karimah (menghindari kesombongan), mengajarkan tentang sikap (attitude). Begitulah garis hidup manusia dalam balutan Dhien Islam sebuah penalaran yang punya bukti nyata akan tuntunan hidup lewat pembelajaran. Muncullah nuansa pembelajaran dalam jaman modern sekarang ini yaitu sekolah, pondok pesantren, balai latihan dan sebagainya. Sebuah wujud dan upaya untuk menyelaraskan akan kemajuan dan peradaban. Hendaknya wejangan dan petuah yang sudah ada dan di firmankan (Al Qur'an) menjadi bahan renungan kembali untuk selalu utuh menjadi pribadi dan manusia yang hidup khususnya di jalan pendidikan. Adalah guru yang berarti digugu lan di tiru, wagu tur saru, nek minggu turu dan segunang plesetan lainnya dari jaman Oemar Bakri sampai jaman Ustadz Jefri. Ustadz adalah guru dalam gambaran Islam terhadap keluarga dan masyarakatnya, bagaimana menjadi ustadz yang baik bagi keluarga, ustadz yang baik terhadap santrinya, ustadz yang baik kepada masyarakat dan bangsanya. Semoga kita menjadi pribadi yang sabar dan qona'ah menerima semua masukan yang baik dan selalu menjadi pribadi yang arif.
Lain ladang lain belalang lain lubuk lain ikannya. Semua boleh mengartikan beda tentang apa yang namanya guru, ustadz, pendidik dan sebagainya. Namun intinya, setiap yang lahir menjadi pondasi hendaknya selalu bersikap arif dan bersahaja.
Wallahu'alam Bishowwab
robbana atina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah wakina 'adza bannar
penulis,
Muhshonu Rohman, ST

No comments:

Post a Comment

 
back to top