Saturday, January 28, 2012

Ketika Allah suka padamu

Manusia sekedar berjalan di atas muka bumi seperti minum kopi sejenak. Ibarat tubuh akan lemas saat nyawa tidak lagi berada di dalamnya. Kelihatan sekali bagaimana rupa manusia ketika akan menghadap TuhanNya. Gelisah, gundah, resah, galau, sedih, marah, dahaga, pucat dan semua hal yang berbau tanah. Berbagai contoh manusia sudah sering kita saksikan seperti contoh tadi, keadaan tersebut tergantung bagaimana amaliahnya ketika sebelum detik-detik ajal menjumpai. Bagaimana sepak terjang selama hidup di dunia akan jelas saat menjelang akhir hayat. Semua manusia tidak pernah akan menyadarinya selebihnya ataupun sekurangnya. Jawabnya itu semua karena dalam diri manusia belum paham arti hidup yang semestinya. Sering kita tidak sadar kalau menyakiti orang lain demikian dalamnya. Sehingga muncul rasa benci sampai tidak pernah mau memaafkan. Padahal banyak sekali kesalahpahaman yang kadang di lemparkan orang lain. Itulah kelemahan kita mudah percaya orang lain dibanding keyakinan ataupun keluarganya sendiri. Justru seringkali menyakiti diri dan keluarganya.
  
Perjalanan hidup manusia ada batasannya dan semua memang sudah ada aturannya. Namun setiap keuputusan manusia pastilah punya jawaban kejelasan untuk merubahnya. Yang jelas nyata adalah kesadaran untuk merubahnya adalah sebuah fatamorgana karena egoisme sesaat dan kurang percaya akan nilai keharmonisan hidup. Inilah mengapa mengapa terkadang Allah tidak suka padamu. Dan juga terkadang Allah memberikan kecintaan kepada hamba-hambaNya. Rahasia Allah bukan atas nasib seseorang, namun bagaimana Allah mencintai hambaNya dari kondisi yang akan menyesatkan jalan hidup ke depannya. Kecintaan Allah terhadap hamba-hambanya justru lebih besar dibanding segunung kesalahan insan.
Nikmat seleuruh anggota tubuh dan jiwa BUKANLAH nikmat memegang setumpuk uang di tangan, namun sejauhmana kecintaan Allah padamu. Uang di tangan akan habis di makan KEINGINAN demi keinginan dan kemauan. Akan habis di makan usia yang semakin berkurang, akan habis oleh anak cucu kita yang menghamburkannya. Akan lenyap di makan rayap dan anai-anai. Raib di belanjakan dalam Mall dan Toserba. Akan hilang menjadi debu dengan ilmu yang terbuang yaitu menafkaih anak isteri dengan uang kesombongan sehingga hanya akan menjadi segumpal daging tanpa makna. BEDA dengan sejauhmana Allah suka padamu. Allah akan menegurmu ketika engkau lalai akan SHOLAT. Allah akan menegurmu ketika manusia suka MENGGUNJING, Allah akan menyadarkanmu ketika kamu lupa akan Tuhanmu. Allah akan berbisik saat engkau lupa berkata BIJAK.
Umur, jodoh, nasib dan semua hal yang terlepas setelah kalian lahir adalah keutamaan dari rahasia Allah karena Dia selalu suka padamu. Bila ini salah persepsi adalah sebuah nilai yang akan melunturkan amaliah kita dalam hitungan sangat tipis antara amal dan dosa. Wajahmu akan memerah ketika bertemu dengan pacarmu. Namun bagaimana wajahmu akan berkata ketika Allah menemuimu dalam waktu setelah kamu di bangkitkan. Sebuah jawaban yang tidak mempunyai warna subyektifitas. Namun akan memberikan sebuah denyut nadi yang bergetar dalam seluruh jasad. 
Wallahu'alam bishowwab
by Chie Zhoen

Saturday, January 21, 2012

Puncak Kenikmatan

Jika semua menilai hitam adalah netral. Kenapa bentuk hitam, selalu berwatak jahat dan penuh kegelapan. Apabila semua menganggap putih itu suci mengapa tidak pernah menjaga supaya jangan cepat terkena kotoran. Kenapa warna merah itu keras dan garang tetapi mengapa indah dan sangat digemari. Itulah bentuk intuisi warna yang menggambarkan aura setiap wajah manusia menembus lubuk hati yang paling dalam. Jujur atau tidak setiap hari kita akan merubah setiap aura wajah kita supaya lebih beda dibanding kemarin. Ingin tampil beda, lebih menarik, lebih bersemangat dan lebih membawa arti bagi semua orang. Di sini manusia pada dasarnya suka menerima perbedaan dan suka menjadi pribadi yang lain dan bukan bentuk dari diri sendiri. Sekarang mengapa manusia sering mengelak akan kelebihan orang lain. Padahal satu hal baik yang di nilai orang lain dari diri kita akan membawa perubahan besar yang membawa manusia pada taraf sosio emosional prinsipal. Merubah pandangan dan kebiasaan yang berawal baik menjadi samar akhirnya hilang menjadi tidak berdaya.

Apaseh bentuk yang terkandung dalam diri setiap insan. Adalah sebuah jasad dan nyawa yang selalu berubah dalam setiap hitungan detik. Saat ini mengatakan kalau saudara kita baik, beberapa detik berubah setelah mendengar ucapan orang lain tentang saudaranya. Bahkan sangat membencinya sehingga hilang lenyap semua unsur dalam dirinya. Bentuk inilah yang merupakan energi relaksasi yang salah arah atau energi sosio degradasi emosional yang membawa setiap manusia merubah semua prinsip yang telah di miliki fatalnya merubah harga sebuah hukum yang ditawarkan oleh Tuhan yaitu Allah SWT. Percaya atau tidak anda selalu melakukannya tanpa tersadar bahkan sudah menjadi kebiasaan yang tak pernah dikoreksi sedikitpun. Dalam ibadah, sholat dan semua hal yang berbau penambahan amaliah tidak mampu mencerna isi dari kondisi ini. Kenapa? Karena dalam hati kita hanya muncul kepribadian yang baik. Tanpa mampu ndi koreksi oleh diri kita sendiri.

Semua manifestasi yang saya paparkan adalah wujud nyata dari selisih antara hitam dan putih. Selisih mengapa putih akan sangat cepat memudar menjadi hitam dan sebaliknya hitam tidak pernah bahkan tidak berusaha melirik untuk merubahnya menjadi putih. Itulah aura manusia yang lelah dan dahaga dengan puncak kenikmatan. Tak pernah mengalaminya bahkan susah untuk meraihnya. Apakah itu semua?
Adalah ibarat dua telapak tangan yang berbeda kiri dan kanan. Puncak kenikmatan saat menerima anugrah Allah dalam dua bentangan tangan kanan dan kiri saat berdoa dan langsung dikabulkan dalam hitungan waktu yang pendek. Puncak kenikmatan saat telapak tangan luar kita di cium oleh buah hati kita berangkat untuk sekolah dan mengaji. Puncak kenikmatan saat telapak tangan kita menyuapi buah hati kita dengan masakan sendiri. Puncak kenikmatan saat membelai buah hati kita yang tertidur dengan telapak tangan halus penuh kelembutan. Puncak kenikmatan saat berjabat tangan dengan orangtua kita memohon ampun atas semua kesalahan-kesalahan kita. Puncak kenikmatan saat kita bersalaman dengan sahabat-sahabat kita. Puncak kenikmatan saat jari-jari pada telapak halus kita mengusap pasangan kita saat menangis. Puncak kenikmatan apabila telapak tangan halus kita membelai tangan dan mengecup telapak tangan pasangan kita. Banyak hal yang terbaik terlain lewat sentuhan-sentuhan aura dalam sebuah kenikmatan. Hanya sebuah gambaran tangan dalam tubuh kita. Bagaimana bentuk gambaran kenikmatan manusia yang lainnya.
Sungguh indah Allah menciptakan kesempurnaan fisik kita. Manakala tersadar anda sekalian sudah lupa kenapa baru menyadarinya. Bagaimana mungkin kita bisa saling menyakiti satu sama lain. Justru akan sangat tersiksa anggota badan kita kalau orang lain tersakiti oleh diri kita. Hal ini akan tersadar saat setiap dari kita sabar dalam berdialog dengan orang lain. Namun hanya segelintir orang yang tahu akan maknanya. Mungkin selebihnya adalah manusia-manusia yang acuh tak acuh terhadap semua bentuk aura dalam tubuhnya. Mudah-mudahan kita selalu dalam lindungan Allah SWT sehingga telapak tangan kita berbanding lurus dengan bibir kita.
Wallahu'alam bishowwab
by Chie Zhoen

Thursday, January 19, 2012

Surat untuk Allah

Jika kita beranggapan apa yang kita miliki adalah dari usaha dan kerja keras selama memperolehnya adalah sebuah kewajaran dan anugrah. Jika kita beranggapan apa yang kita miliki adalah titipan itulah sebuah anugrah yang lebih besar. Jika kita beranggapan usaha yang membuahkan hasil adalah dari perjuangan kita dengan bantuan orang lain adalah sebuah kedewasaan yang akan membuahkan buah-buah kenikmatan yang tak lekang di makan usia. Siapakah orangnya yang mau menilai itu dengan bijaksana? Jawabnya adalah BANYAK orang bisa berbicara namun sedikit orang yang mampu menyesuaikannya dalam tingkah dan laku hidupnya sepanjang hayatnya. Apa yang kita fikirkan dan semua yang sudah menjadi milik dan hak kita dalam hidup dengan segala kemewahannya sudahkah menjadikan hati ini tentram dan damai. Semua adalah nilai yang sangat mahal apabila nasi sudah menjadi bubur. Dan tinggallah kita memakan bubur dengan kesabaran. Namun yang terjadi adalah bukannya bubur yang di makan tapi saling menyalahkan dan mengorek isi perut kenapa nasi dibiarkan jadi bubur dan seterusnya.

Siapakah yang akan mampu mencoba menjawab isi dari pengertian di atas. Bertanyalah pada pribadi masing-masing. Sudah jujurkah kita pada diri sendiri selama ini. Jujur yang bagaimana tentunya. Apakah omongan sudah sesuai dengan sikap kita, apakah bibir sudah sejalan dengan gigi kita ataukah tersenyum lebar tidak mau menyembunyikan gigi kita. Apakah minum sendiri di tengah saudara kita yang kehausan. Ataukah tidak pernah merasakan hidup susah. Apakah selalu berjalan di jalan lurus dan mulus tidak pernah menempuh hiruk pikuknya jalan penuh kemacetan, bau asap kendaraan, terik matahari yang menyengat, tidur di pinggir jalan dan semua hal yang berbau tidak sedap. Jikalau sudah dijalani itu semua, apakah jelas akan menjadi pribadi yang siap dan sadar setelah lepas dari itu semua dan duduk di kursi yang empuk. Ataukah sengaja lupa semakin terlelap tertidur tanpa merasakan lagi atau cuek tentang sekelilingnya. Suka duka hidup sudah lenyap dalam pandangan, yang ada adalah kenyangnya perut dan nyamannya tertelap dalam mimpi.
Kirim suratlah anda sekalian kepada Allah, bertanyalah untuk apa engkau sekalian dihidupkan dalam suasana yang berbeda-beda. Sampai kapankah kalian semua akan terjaga di dunia. Akankah bisa hidup kekal abadi di dunia dengan nyaman, tentram penuh kenikmatan tanpa sebuah kematian. Bertanyalah kepada Allah kapan anda sukses, punya jabatan, di hormati banyak orang, bisa beli apapun yang terfikir. Suratilah Allah kemana lagi akan melangkah demi anak dan istri. Apakah akan selalu begini perjalanan hidup kita ataukah akan mengalami perubahan demi kemajuan. Tanya kepada Allah bagaimana jatah hidup kita di dunia apakah bisa diperpanjang ataukah bisa di tawar. 
Jika anda berkirim surat pastilah berharap surat itu jatuh ke tangan orang yang di tuju dan memperoleh respon bahkan balasan yang menggembirakan. Namun apabila surat tersebut nyasar bukan ke alamat yang di tuju dan bahkan tersesat bukan ke alamat dan orangnya sungguh akan selalu tergiang-giang, tidur resah makanpun kurang enak. 
Kapankah hati ini menemukan kata-kata yang tepat untuk mengirim surat kepada Allah. Saat hati ini tidak diliputi dengan kegalauan yaitu tentramnya hati tanpa pamrih selain beribadah kepada Allah SWT. Tanpa embel-embel jabatan, kekayaan, gengsi, kemasyhuran, kenikmatan. Hanya beralaskan tikar di atas permadani rumput yang tebal dan halus. 
Jikalau itu semua ada, tentunya siapa yang bisa melupakan permusuhan. Bisa menerima kawan maupun kawan tanpa sebuah kebencian. Sungguh pekerjaan hati yang tidak akan pernah kunjung usai apabila tidak selalu direnovasi setiap saat rasa senang, suka dan sayang kepada kebencian kita semua.
Wallahu'alam bishowwab
by Chie Zhoen

Monday, January 9, 2012

Restart and Next Loading

Jauh di lubuk hati yang terdalam setiap insan akan mengalami indahnya cinta. Di rasakan dan di alami mencapai sebuah taraf keindahan dalam beraktifitas. Setiap hari tersenyum dan tersipu, menikmati hangatnya udara pagi dan dinginnya malam dengan sang kekasih. Adakah setiap insan merasakan kesepian bila dekat kekasih. Bila rasa sudah naik menjadi sebuah impian dan harapan, semua akan pudar walaupun kita sangat dekat dengan orang yang mengasihi kita. Keinginan untuk menjadi pribadi yang paling sempurna, mempunyai kenaikan pola fikir, derajat, pangkat dan semua hal yang menjadikan akan menaikkan pesona bagi orang di sekeliling kita. Saat itu akan menjadi sebuah dilema kemiskinan prinsip yang menyebabkan sebuah keterbalikkan, semakin jauh dengan rasa dan kedekatan dengan orang terdekat. Apa wujud dari keadaan ini, adalah naluri insan yang membutuhkan aura penampilan menuju kesempurnaan namun tidak mendapat respon dari sekeliling kita.

Adakah pada diri kita sekalian mampu menerjemahkan kondisi demikian. Kembali pada riil statement semula bahwa prinsip menjadi insan yang lebih baik pada setiap kondisi, akan terbentur dengan keadaan yang menyebabkan jauh dan dekatnya dengan kesiapan menjadi pribadi yang sabar. Sabar dalam memperoleh ilmu, sabar dalam memperoleh rejeki, sabar dalam mencapai kenikmatan hidup. Ataupun selalu sabar terhadap keadaan di luar keingian dan harapan malah menjadi sebuah kenyataan. Letak dari pemikiran yang kondusif terletak dari bagaimana kita bisa menilai pribadi dan orang lain sebagai hal yang selalu harus disikapi secara sederhana. Berbaik sangka pada setiap orang yang berteman dan bersahabat, walaupun ujung pangkalnya mereka selalu menyakiti pribadi kita. Kesederhanaan inilah yang menjadikan letak pemikiran kita yang selalu mendapat respon bahkan menjadikan kedekatan dengan orang-orang yang terkasih. Mulailah dengan insting recharge, yang memutarbalikkan arus menjadi berlawan sehingga arus negatif akan berbalik arah positif dengan penyearah arus yang fleksible. Apa nilai yang terkandung di dalamnya?

Jika mau jujur pada kondisi bagaimana kita bisa sangat bahagian dan dalam kondisi bagaimana setiap diri kita akan mengalami krisis pemikiran dan kesedihan yang mendalam. Adalah jika dari setiap diri kita tidak mampu lagi meraba indahnya memejamkan mata sekejap dengan hembusan nafas perlahan. Tidak bisa merasakan hembusan angin yang sejuk, tidak mampu merasakan lagi segarnya siraman air dan tidak mampu lagi merasakan hisapan rokok. Tidak kuasa terdiam dalam kesendirian, tidak mampu duduk termenung dalam heningnya malam. Tidak bisa meraba permukaan telapak tangan kanan dan kiri. Tidak bisa lagi melihat wajah kita di cermin dengan aura tenang. Seolah hidup tenang namun hatinya galau dengan setumpuk aktifitas hidup yang beragam. Akankah kondisi ini bisa berubah? Restart, adalah jawaban dari setiap hati yang semakin gundah dengan ketidaknyamanan keadaan. Walaupun semua file akan lenyap dari penyimpanan otak kita setidaknya berbagai macam kepenatan hidup berangsur akan normal dengan bisa merasakan hangatkan udara pagi dengan seduhan kopi atau teh yang hangat sedap menyegarkan.
Apa yang anda fikirkan?, apa yang anda renungkan? Juga apa yang anda kecewakan? Apa kecewa dengan orang lain ataukah anda merasa mengecewakan orang lain namun tidak bisa jujur terhadap diri sendiri dan merasa anda lebih baik? Siapa teman dan sahabat anda, apakah sudah menjadi pribadi yang baik menempatkan mereka dengan senyuman ataukah selalu mencari kesalahan mereka, lalu apa yang sudah anda berikan kepada mereka? Apakah anda sudah menjadi krietria seorang yang baik? Ataukah merasa sudah baik dan melupakan mereka. Sudahkah menjadi pribadi yang baik?
Semua pertanyaan yang mengalir tidak perlu ada jawaban atau sanggahan, jujur ada pada pribadi yang sadar. Namun bila belum bisa menyadarkan diri sendiri berarti dalam diri anda belum tumbuh aura positif yang bisa menjadi es kesejukkan bagi orang-orang terdekat kalian. Sampai kapan anda egois terhadap diri sendiri dan selalu mencari kesalahan orang lain dan menilai salah orang lain. Selebihnya apakah anda sudah menjadi pribadi yang jauh lebih sempurna? Inilah yang akan menjadikan kegalauan hidup dengan kedekatan orang-orang yang terkasih akan kembali berwarna indah yang menyejukkan, menjadi pribadi yang arif terhadap warna tubuh kita.

Wallahu'alam bishowwab.

by Chie Zhoen

Monday, January 2, 2012

Apakah jamannya ulama ingin menjadi umaro' ataukah Umaro' ingin menjadi mubaligh?

Tradisi dan runtinitas menjadi publik figur adalah persoalan yang akan menjadi jatah hidup setiap manusia dalam kurun waktu hidupnya di dunia. Sudah kaya raya ingin memperoleh anak, sudah mendapat anak ingin mencari isteri lagi. Sudah punya istri empat ya pingin nambah lagi anak istri yang lucu-lucu dan sebagainya berbagai aroma turut mencapai derajat demi kenaikan taraf hidup setiap orang. Akankah setiap dari mereka selalu menjadi pribadi yang arif terhadap kepentingan dan keinginan mereka? Jawabnya adalah marilah menjadi diri sendiri saja. Menjadi apa adanya tanpa embel-embel orang lain yang ikut menjadikan kita menjadi seorang yang besar. Baju boleh banyak aktribut menempel namun hati haruslah tulus terhadap kepentingan semua orang di atas kepentingan pribadi atau golongan. Akankah ada semacam ini manusia hidup di dunia? Jawabnya kembali adalah tidak ada. Karena tidak satupun manusia di dunia yang sempurna kecuali para nabi dan rasul pilihan Allah SWT.

Apakah kita betah hidup di dunia? Jawabnya betah, apabila kita semua bergelimang harta dan kemewahan, ketercukupan rezki, gelamour jabatan, anak istri yang lucu-lucu, pekarangan dan rumah yang luas serta kendaraan yang setiap hari berganti-ganti. Sebaliknya jawabnya sangat tidak betah, tidak nyaman bahkan pingin mati saja. Apabila setiap dari mereka lontang lantung di dunia tidak punya sanak saudara, hartapun tiada, rumah di pinggir kali, anak istri datang silih berganti bahkan sering meninggalkan kita, pagi makan malam puasa dan seterusnya. Dalam benak meraka kematian lebih baik daripada hidup penuh derita. Sungguh mengenaskan. 
Akankah kita bisa merasakan sampai demikian keberadaan manusia di dunia ini. Salah siapa dan dosa siapa bila Allah sudah memberikan yang trebaik bagi kita semua. Jawabnya kembali adalah pandai-pandailah kita mensyukuri nikmat hidup yang disandang di setiap kedipan mata kita. Berupaya mencari rasa syukur adalah sebuah perjalanan panjang yang tidak cukup hanya dilaksanakan dalam kurun waktu pendek namun membutuhkan naluri yang sabar dan jangka yang cukup panjang. Semoga kita semua mampu mencapai derajat syukur bagi kehidupan kita saat ini dan mendatang atau kelak.
Bila saat ini setiap dari kita menjadi publik figur yang membawa umat, akankah gelar yang diberikan umat bagi kita akan ditinggalkan begitu saja demi mengejar sebuah halusinasi kehidupan jangka pendek tanpa melihat kenikmatan jangka panjang di akherat? Ataukah yang sudah bergelimang kemewahan dan kenikmatan jabatan akan semakin naik menikmati hidupa ataukah turun kebawah namun naik ke atas mendekati surganya Allah. Dalam bahasa kiasannya "Akankah kita sebagai publik figur umat (ulama) akan turun derajat kita demi sebuah kemewahan di dunia? Ataukah bagi yang sudah menikmati kemewahan bertahun-tahun akan sadar dan menjalani tapa brata (melepaskan ubuddunya) menjani fitrohnya di akherat kelak". Semoga kita bisa menjadi inovasi bagi umat-umat yang mau berfikir tentang jatah hidupnya di dunia.
Semoga kita akan selalu menjadi keindahan di mata keluarga dan kerabat. Dan menjadi kindahan pula di mata teman-teman terdekat. Dan juga menjadi siraman kesejukan bagi sekeliling kita.
Wallahu'alam bishowwab.

by Chie Zhoen

 
back to top