Saturday, January 21, 2012

Puncak Kenikmatan

Jika semua menilai hitam adalah netral. Kenapa bentuk hitam, selalu berwatak jahat dan penuh kegelapan. Apabila semua menganggap putih itu suci mengapa tidak pernah menjaga supaya jangan cepat terkena kotoran. Kenapa warna merah itu keras dan garang tetapi mengapa indah dan sangat digemari. Itulah bentuk intuisi warna yang menggambarkan aura setiap wajah manusia menembus lubuk hati yang paling dalam. Jujur atau tidak setiap hari kita akan merubah setiap aura wajah kita supaya lebih beda dibanding kemarin. Ingin tampil beda, lebih menarik, lebih bersemangat dan lebih membawa arti bagi semua orang. Di sini manusia pada dasarnya suka menerima perbedaan dan suka menjadi pribadi yang lain dan bukan bentuk dari diri sendiri. Sekarang mengapa manusia sering mengelak akan kelebihan orang lain. Padahal satu hal baik yang di nilai orang lain dari diri kita akan membawa perubahan besar yang membawa manusia pada taraf sosio emosional prinsipal. Merubah pandangan dan kebiasaan yang berawal baik menjadi samar akhirnya hilang menjadi tidak berdaya.

Apaseh bentuk yang terkandung dalam diri setiap insan. Adalah sebuah jasad dan nyawa yang selalu berubah dalam setiap hitungan detik. Saat ini mengatakan kalau saudara kita baik, beberapa detik berubah setelah mendengar ucapan orang lain tentang saudaranya. Bahkan sangat membencinya sehingga hilang lenyap semua unsur dalam dirinya. Bentuk inilah yang merupakan energi relaksasi yang salah arah atau energi sosio degradasi emosional yang membawa setiap manusia merubah semua prinsip yang telah di miliki fatalnya merubah harga sebuah hukum yang ditawarkan oleh Tuhan yaitu Allah SWT. Percaya atau tidak anda selalu melakukannya tanpa tersadar bahkan sudah menjadi kebiasaan yang tak pernah dikoreksi sedikitpun. Dalam ibadah, sholat dan semua hal yang berbau penambahan amaliah tidak mampu mencerna isi dari kondisi ini. Kenapa? Karena dalam hati kita hanya muncul kepribadian yang baik. Tanpa mampu ndi koreksi oleh diri kita sendiri.

Semua manifestasi yang saya paparkan adalah wujud nyata dari selisih antara hitam dan putih. Selisih mengapa putih akan sangat cepat memudar menjadi hitam dan sebaliknya hitam tidak pernah bahkan tidak berusaha melirik untuk merubahnya menjadi putih. Itulah aura manusia yang lelah dan dahaga dengan puncak kenikmatan. Tak pernah mengalaminya bahkan susah untuk meraihnya. Apakah itu semua?
Adalah ibarat dua telapak tangan yang berbeda kiri dan kanan. Puncak kenikmatan saat menerima anugrah Allah dalam dua bentangan tangan kanan dan kiri saat berdoa dan langsung dikabulkan dalam hitungan waktu yang pendek. Puncak kenikmatan saat telapak tangan luar kita di cium oleh buah hati kita berangkat untuk sekolah dan mengaji. Puncak kenikmatan saat telapak tangan kita menyuapi buah hati kita dengan masakan sendiri. Puncak kenikmatan saat membelai buah hati kita yang tertidur dengan telapak tangan halus penuh kelembutan. Puncak kenikmatan saat berjabat tangan dengan orangtua kita memohon ampun atas semua kesalahan-kesalahan kita. Puncak kenikmatan saat kita bersalaman dengan sahabat-sahabat kita. Puncak kenikmatan saat jari-jari pada telapak halus kita mengusap pasangan kita saat menangis. Puncak kenikmatan apabila telapak tangan halus kita membelai tangan dan mengecup telapak tangan pasangan kita. Banyak hal yang terbaik terlain lewat sentuhan-sentuhan aura dalam sebuah kenikmatan. Hanya sebuah gambaran tangan dalam tubuh kita. Bagaimana bentuk gambaran kenikmatan manusia yang lainnya.
Sungguh indah Allah menciptakan kesempurnaan fisik kita. Manakala tersadar anda sekalian sudah lupa kenapa baru menyadarinya. Bagaimana mungkin kita bisa saling menyakiti satu sama lain. Justru akan sangat tersiksa anggota badan kita kalau orang lain tersakiti oleh diri kita. Hal ini akan tersadar saat setiap dari kita sabar dalam berdialog dengan orang lain. Namun hanya segelintir orang yang tahu akan maknanya. Mungkin selebihnya adalah manusia-manusia yang acuh tak acuh terhadap semua bentuk aura dalam tubuhnya. Mudah-mudahan kita selalu dalam lindungan Allah SWT sehingga telapak tangan kita berbanding lurus dengan bibir kita.
Wallahu'alam bishowwab
by Chie Zhoen

No comments:

Post a Comment

 
back to top