Monday, January 2, 2012

Apakah jamannya ulama ingin menjadi umaro' ataukah Umaro' ingin menjadi mubaligh?

Tradisi dan runtinitas menjadi publik figur adalah persoalan yang akan menjadi jatah hidup setiap manusia dalam kurun waktu hidupnya di dunia. Sudah kaya raya ingin memperoleh anak, sudah mendapat anak ingin mencari isteri lagi. Sudah punya istri empat ya pingin nambah lagi anak istri yang lucu-lucu dan sebagainya berbagai aroma turut mencapai derajat demi kenaikan taraf hidup setiap orang. Akankah setiap dari mereka selalu menjadi pribadi yang arif terhadap kepentingan dan keinginan mereka? Jawabnya adalah marilah menjadi diri sendiri saja. Menjadi apa adanya tanpa embel-embel orang lain yang ikut menjadikan kita menjadi seorang yang besar. Baju boleh banyak aktribut menempel namun hati haruslah tulus terhadap kepentingan semua orang di atas kepentingan pribadi atau golongan. Akankah ada semacam ini manusia hidup di dunia? Jawabnya kembali adalah tidak ada. Karena tidak satupun manusia di dunia yang sempurna kecuali para nabi dan rasul pilihan Allah SWT.

Apakah kita betah hidup di dunia? Jawabnya betah, apabila kita semua bergelimang harta dan kemewahan, ketercukupan rezki, gelamour jabatan, anak istri yang lucu-lucu, pekarangan dan rumah yang luas serta kendaraan yang setiap hari berganti-ganti. Sebaliknya jawabnya sangat tidak betah, tidak nyaman bahkan pingin mati saja. Apabila setiap dari mereka lontang lantung di dunia tidak punya sanak saudara, hartapun tiada, rumah di pinggir kali, anak istri datang silih berganti bahkan sering meninggalkan kita, pagi makan malam puasa dan seterusnya. Dalam benak meraka kematian lebih baik daripada hidup penuh derita. Sungguh mengenaskan. 
Akankah kita bisa merasakan sampai demikian keberadaan manusia di dunia ini. Salah siapa dan dosa siapa bila Allah sudah memberikan yang trebaik bagi kita semua. Jawabnya kembali adalah pandai-pandailah kita mensyukuri nikmat hidup yang disandang di setiap kedipan mata kita. Berupaya mencari rasa syukur adalah sebuah perjalanan panjang yang tidak cukup hanya dilaksanakan dalam kurun waktu pendek namun membutuhkan naluri yang sabar dan jangka yang cukup panjang. Semoga kita semua mampu mencapai derajat syukur bagi kehidupan kita saat ini dan mendatang atau kelak.
Bila saat ini setiap dari kita menjadi publik figur yang membawa umat, akankah gelar yang diberikan umat bagi kita akan ditinggalkan begitu saja demi mengejar sebuah halusinasi kehidupan jangka pendek tanpa melihat kenikmatan jangka panjang di akherat? Ataukah yang sudah bergelimang kemewahan dan kenikmatan jabatan akan semakin naik menikmati hidupa ataukah turun kebawah namun naik ke atas mendekati surganya Allah. Dalam bahasa kiasannya "Akankah kita sebagai publik figur umat (ulama) akan turun derajat kita demi sebuah kemewahan di dunia? Ataukah bagi yang sudah menikmati kemewahan bertahun-tahun akan sadar dan menjalani tapa brata (melepaskan ubuddunya) menjani fitrohnya di akherat kelak". Semoga kita bisa menjadi inovasi bagi umat-umat yang mau berfikir tentang jatah hidupnya di dunia.
Semoga kita akan selalu menjadi keindahan di mata keluarga dan kerabat. Dan menjadi kindahan pula di mata teman-teman terdekat. Dan juga menjadi siraman kesejukan bagi sekeliling kita.
Wallahu'alam bishowwab.

by Chie Zhoen

No comments:

Post a Comment

 
back to top