Monday, August 29, 2011

Vitamin di Idul Fitri

Saat berkumandang adzan maghrib, muncul duka di antara sepanjang perjalanan umat manusia yang mengalami dan mengikuti derasnya aliran bulan ramadhan. Penat dan lelah menjalani puasa di bulanNya terasa lenyap dengan terdengarnya lantunan takbir. Allahu akbar.. allahu akbar.. allahu akbar..Walillahilhamdu. Gundah gulana hilang berganti dengan duka yang bercampur senang. Berduka telah meninggalkan puasa dan bergembira dengan datangnya tarbir, tahmid dan tahlil. Siapakah yang merasa senang akan datangnya Aidil Fitri dan siapa pula yang berduka atas lenyapnya ramadhan dan juga sebaliknya. Manusia hanya bisa melanjutkan hidup hanya Allah yang akan berkehendak melangsungkan kehidupan kita. Semoga amal ibadah kita mendapatkan berkah dan rahmatNya. Duka berkepanjangan akan melahirkan kesedihan sepanjang hayat dan kesenangan yang berlebihan akan membuat diri lupa akan syukur nikmatNya.

Vitamin di Idul Fitri adalah bentuk manifestasi hubungan antara makhluk dan Allah SWT. Idul fitroh berharap dalam kubangan kenikmatan untuk menjadi manusia baru yang melepaskan dan mengurangi sifat kemanusiaannya untuk mendekati ke arah sifat anbiya' wal mursalin. Berfisik rakyat jelata berhati umaro' dan ulama. Mengapa tidak bisa demikian, toh manusia akan mendekati kesempurnaan jasadnya manakala selalu ingat atas semua keberadaannya di muka bumi. Bukan tidak mungkin menjadi surga dalam hati kenyataan di akherat. Berlombalah kembali menjadi manusia baru yang semakin fitroh ke depannya walaupun sangat susah akan terlaksana dalam wujud nyata, namun baju yang sudah bersih hendaklah di jaga agar tetap bersih dan wangi setiap saat selalu dicuci kembali supaya bertahan lama sebelum mengalami rusak. 
Teringat pesan singkat Rasulullah Muhammad SAW, nasehat kepada sahabatnya Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman bin Jabal,  “Bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada dan perbaiki kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji.” HR. Tirmidzi.
Sebuah renungan hidup dan kelanjutan setelah bertitel takwa di Idul Fitri memasuki Syawal semakin merapatkan barisan membentuk wadah baru dalam ukhuwah Islam yang semakin erat. Hendaknya saudara semakin ingat saudaranya, rekan semakin baik sesamanya, karyawan semakin giat bekerja, pejabat semakin arif kepada rakyatnya dan seterusnya. Nilai jual anda menghadap Allah dalam sebulan berpuasa adalah perubahan karakter anda ke arah 360 derajat menjadi insan yang berbudi. Melepaskan ikatan jahat dan rakus alias serakah, iri dengki, ujub dan riya. Berbalik arah menuju Ka'bah Allah SWT. Kemanapun kita akan berjalan tetaplah akan sampai tujuan yaitu tanah yang tandus. Saudara sesama muslim intisari nikmat adalah berbuat baik kepada sesama dan buahnya kenikmatan adalah rasa syukur atas kenikmatan yang di rasakan oleh orang lain berharap kita akan lebih baik mendapatkannya.. Amien

Selamat Idul Fitri semoga menjadi pribadi takwa
Minal Aidin wal Faizin

by Crowja Garichu
Muhshonu Rohman, ST

Sunday, August 28, 2011

Jembatan Iman dan Ikhlas

Amaliah manusia sangat rentan dengan riya dan bid'ah. Kemana manusia akan melihat sosok dirinya di masa depan? Tentunya setelah mereka semua mengalami masa sulit di belakangnya. Jika masa sulit telah melilit setiap yang belajar, pastilah semua akan menjadi cambuk supaya tidak akan pernah melewatinya kembali. Namun berbeda dengan puasa dan bulan ramadhan. Banyak manusia merasa sakitnya terobati di bulan ini. Banyak manusia mengalami kesedihan dalam bulan ini. Dan banyak manusia merasa sedih di tinggal bulan ramadhan. Indah nian apa kata manusia. Figur bulan ini adalah dasar mengapa manusia bisa tambah beriman dan bisa berubah ingkar akan nikmat Allah SWT. Setelah semua merasa yakin akan mengalami perjalanan fitroh dari_Nya, kemudian mereka bertebaran dengan saudara, teman dan handai taulan bertatap muka saling berkata maaf. Sungguh indah dan menyakitkan terdengar di telingga. Kenapa demikian? Indah manakala kita sama-sama saling memaafkan. Menyakitkan kenapa baru sekarang bersamaan dengan lebaran kata maaf terucapkan.

Bukti cinta Allah kepada manusia adalah bagaimana Dia memberikan semua yang dikatakan manusia dalam doa dan meminta. Meminta maaf akan semua dosa, memohon ampunan atas semua kesalahan, menangis meminta rejeki yang melimpah, bersimpuh karena selalu didholimi, menengadah memohon rahmat. Dan banyak upaya manusia ingin dekat karena faktor kesalahan dan kelemahan. Apa yang dikatakan manusia tentang pelajaran hidup manusia kepada Tuhannya? Bahwa setiap yang hidup akan mengalami akhir perjalanan hidup. Dan saat itu sudah melekat pada pemahaman jasad dan ruh, sampailah manusia pada jiwa iman dan ikhlas. Sepanjang hidupnya akan merendah laksana padi, semakin berat dan berisi semakin merunduk. Semakin banyak usia akan semakin sadar kalau bukannya banyak amal namun sebaliknya banyak dosa dan kesalahan yang sengaja dilupakan. Seperti kita melupakan akan kesalahan kita terhadap orang lain dan enggan berkata ikhlas dalam sanubari. 
Unsur terbaik yang dimiliki umat Islam adalah selalu tunduk akan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Mencoba menjadi umat yang utuh dalam tuntunan yang benar. Tetapi yang sering dilupakan banyak orang Islam adalah ukhuwah dalam jembatan iman dan ikhlas. Iman akan persepsi keyakinan akan perintah rasulnya yang fleksibel. Ikhlas menerima anugrah Islam dalam ibadah yang mabrur.
Jika, manakala, kapan dan dimana akan menjalaninya, tergantung pada perubahan pribadi umat sekalian yang sudah mengalami pahit getirnya bulan ramadhan menuju syawal. Melangkahlah dalam jembatan iman dan ikhlas di antaranya. Semoga kita semua mendapat berkah dan selalu mendapat pertolongan Allah SWT di dunia dan akherat. Tanah yang baru sudah di siapkan dalam kurun waktu ke depan. Jika kita akan menanaminya dengan jagung atau padi atau semuanya, pasti sudah siap akan terkena hama dan penyakit. Bersiplah bersabar akan petunjukNya.. 
Wallahu'alam bishowwab
by Crowja Garichu

Saturday, August 27, 2011

Fitroh di Akhir Ramadhan

Kapan suasana hati bisa menjadikan diri kita seorang yang merasa mempunyai kekurangan. Saat apa dan bagaimana fikiran kita tersadar akan pentingnya sebuah persaudaraan. Jikalau usia kita tersadar apa yang telah dilakukan dalam hitungan detik kehidupan. Jika jantung merasa lelah akankah pikiran, jiwa dan semangat akan terus bisa digerakkan untuk aktifitas, keindahan dan sesama. Terjawab ataupun terlintas bukan sebuah jawaban atau renungan yang perlu dijawab sekarang ataupun lusa. Yang perlu direnungkan adalah sebuah pembelajaran yang baik tentang sebuah nikmat yang susah dijabarkan dengan kata-kata. Setiap hari kita tersenyum, setiap hari kitapun bisa menangis dan setiap haripun kita akan bisa tertawa. Saat tersenyum apabila kita menyaksikan suasana yang damai ada pada fikiran dan hati kita. Apabila menangis karena datangnya sebuah kesedihan yang masuk ke sanubari yaitu apabila tersadar kita belum mampu menjadi pribadi yang baik di mata keluarga, teman, sahabat, ataupun Allah SWT. Setiap pribadi yang sadar pasti akan menangis setiap saat apabila garis hidup kita berlari tidak sesuai dengan harapan dan angan kita. Apabila tertawa adalah gambaran sanubari kita yang trenyuh terhadap nikmat yang terlihat oleh mata. Puas hati kita dengan anugrah hidup yang kita rasakan selama ini dan sebagainya.

Nikmat apakah yang membuat kita tidak bisa merasakan tersenyum, tidak mampu berkata-kata bahkan menangis dan lebih parah kita tidak mampu tertawa.. Adalah sebuah nikmat yang diakui bahwa kita manusia telah mampu menjalani jalan fitroh. Apakah keadaan yang menjembataninya?. Yaitu sebuah keadaan yang mampu melemaskan urat nadi kita sehingga kita tidak bisa berkata-kata. Sebuah mabrurnya nilai pendekatan total jasad, jiwa dan ruh kita kepada Allah SWT. Jalan yang panjang menempuh lautan dan badai kenikmatan dalam sebuah bulan keindahan yaitu Ramadhan. Bukan bulan yang kita tangisi, bukan puasa yang kita lepaskan, bukan pula i'ktikaf yang kita lakukan dalam malam-Mu. Bukan pula malam kenikmatan 1000 bulan yang selalu ditunggu. Melainkan masuknya ruh kita sehingga tersadar bahwa selama ini jalan hidup kita perlu diperbaharui atau diperbaiki. Apa artinya apabila kita melewati ramadhan dengan segala aktifitasnya tetapi tidak mampu membekas dan memberi amanah pada sanubari kita untuk berubah menjadi pribadi yang siap dalam fitroh dan tercoreng kembali dengan dosa kita kelak dalam 11 bulan ke depan. Apa artinya mendapatkan lailatul qadar apabila jasad kita tidak mampu menampung ruh dari malam itu menerpa sanubari kita?.
Sebuah keyakinan fitroh tidak bisa dan tidak harus dipaksakan oleh siapapun. Namun sebuah pola fikir yang baik adalah jembatan menjadi pribadi fitroh dalam hentangan waktu yang panjang dalam hidup kita ke depan. Tolak ukurnya adalah bagaimana rutinitas ibadah pada bulan Ramadhan menjadi keyakinan utuh menjadi figur yang berubah dalam radius total. Menyamakan kembali antara bibir dan hati, meluruskan kembali akan shof yang terberai dan menjadi pribadi yang santun dan berhati nurani. Sebuah jawaban inilah yang menjadikan ibadah puasa kita membekas dalam relung jasad, hati dan ruh. Bukan hati seperti bayi yang baru dilahirkan namun sebuah hati baru bukan lahir dari jasad tetapi dari ruh kita yang sesungguhnya.
Bukanlah manusia yang merasa sombong apabila kita tidak berkata kita telah fitroh karena telah masuk dalam Ramadhan-Mu. Tetapi yang lebih akurat adalah Yaa Allah yaa rabb, terima kasih, sujud dan syukur aku haturkan untuk-Mu atas semua nikmat pada bulan ini, sehingga aku mampu melihat-Mu. Subhanallah, kapan kita akan tersadar demikian. Saat sebuah hati terketuk untuk merubah pondasi hati yang berbeda di tubuh dan fisik kita. Semua ada pada diri handai taulan semua, anda_lah yang paham akan bibir dan hati masing-masing dan pertanyaannya adalah apakah akan berubah ucapan dan hati anda menjelang dan sesudah ramadhan? Marilah kita tengok perjalanan dan niat kita sebelum ramadhan dan sesudahnya. Semoga limpahan sholawat dan salam tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sehingga beliau bisa melirik dan melihat niat kita menjadi manusia yang baik berharap beliau memberikan syafaatnya. Dan rasa syukur ini semoga selalu ada pada sanubari setiap saat tanpa terhenti hanya kepada-Mu yaa Allah rabbul 'alamin.. Alhamdulillah.
Wallahu'alam bishowwab.
penulis
by Crowja Garichu
Muhshonu Rohman, ST

Saturday, August 20, 2011

Pilar Bangsa Merdeka 66 Tahun

Sebuah batasan nilai antara hak dan martabat bangsa terhadap kelangsungan hidup masyarakat dan kebebasan dalam kehidupan kemerdekaan adalah dambaan bangsa ini waktu terjajah. Sudah lama sekali kita merasakan merdeka tak terasa sudah 66 tahun Indonesia merdeka. Sudah lama sekali bangsa ini berubah generasi ke generasi. Limpahan kemerdekaan sudah sangat terasa dirasakan dengan tidur nyenyak, makan enak dan menikmati aktifitas hidup dan pekerjaan dengan nyaman dan damai. Apakah semua sudah terasa dalam kubangan kehidupan berbangsa dan bertanah air?. Marilah kita koreksi bersama bagaimana tujuan bangsa ini menjadikan masyarakat sejahtera. Sudahkah anda menjadi pribadi yang mampu memberikan sumbangsih terhadap kelangsungan bangsa ini atau anda masih menjadi figur yang menyisakan kesengsaraan banyak orang?. Pertanyaan ini tidak akan terjawab manakala setiap dari kita belum mampu menerjemahkan hakekat kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh berjuta nyawa. Akankah nyawa pejuang bangsa hanya onggokan jasad tanpa arti dalam Republik ini.

Bangunlah badannya.. bangunlah jiwanya.. untuk Indonesia Raya..
Jika bangsa ini sampai detik ini belum mengalami merdeka mungkin saya akan angkat senjata, setiap hari pegang senjata dan membunuh orang dengan santainya. Andaikan bangsa ini belum mengalami merdeka apakah kita bisa makan dan tidur nyenyak dalam suasana perang. Andai bangsa ini masih terjajah, apakah nyawa kita punya arti setiap harinya. Nyawa manusia ibarat nyawa nyamuk, keluar sarang terkena raket elektrik nyamuk tewas tanpa bekas. Akankah masyarakat bisa mengenyam pendidikan, pergi ke pasar, swalayan, mall, main catur, mancing mania, menikmati ramadhan dengan indah dan sebagainya. Intinya bagaimana situasi kita bila semua belum bisa merasakan damainya alam kemerdekaan. Jika semua belum terasa hidup di bumi ibarat berkubang di neraka. Pagi masih punya nafas, siang atau malam sudah masuk tanah. Apakah semua ini terfikir oleh penguasa dan handai taulan wahai rakyat Indonesia??..

Situasi Peringatan HUT NKRI ke-66 tahun di Sampang
Tanah dan tumpah darah Indonesia berisikan tumpahan darah nenek moyang kita. Ada yang mati syahid dan ada yang mati sangit. Dan sekarang kita berdiri di sini bersama anak cucu kita, dengan tenang dan santainya bermimpi dalam keindahan malam dan lalu lalang serta hiruk pikuk dalam keramaian siang. Ada yang jadi pejabat sampai jadi penjahat. Ada yang menjadi aparat sampai menjadi keparat. Ada yang menjadi ustadz ada yang menjadi preman. Datang silih berganti seperti kulit ular yang selalu berganti dari lama ke baru setiap saat pertumbuhannya. Adakah kita senantiasa mengingat itu semua?? jawabnya ada pada sanubari kita semua. Sanubari masyarakat dan bangsa Indonesia. Kapan akan menjadi sebuah bangsa yang bebas dari asupan paham kolonialisme, dulu dan sekarang?. Semua juga akan terserah kemauan para pemimpin dan masyarakat Indonesia. Apakah mau merubah keadaan untuk menjadi bangsa yang baik atau mau menghancurkan bangsanya sendiri setelah di rintis sekian lama.

Selamat HUT Kemerdekaan NKRI ke-66 Tahun
Semoga Amal Ibadah Pejuang Mendapat Kemulyaan di sisi-Nya
Dan masyarakat, bangsa dan negara kita mampu melanjutkan perjuangan mereka

by Crowja Garichu

Wednesday, August 10, 2011

Kebisingan Hidup

Setiap hari kita di sibukkan dengan berbagai aktivitas yang mengasyikkan, membosankan, menjenuhkan dan membingungkan. Entah dalam sudut pandang kenyataan ataupun sebuah hati. Tatkala ada sebuah komentar, argumen, sanggahan, diplomasi, orasi dan berbagai ocehan dan ejekkan. Sehingga muncul sebuah suasana yang tidak kondusif bahkan sangat kurang nyaman. Kenapa bisa terjadi demikian. Sudah sangat disadari namun kurang bisa dirasakan bentuknya. Namun setiap manusia yang pandai dan arif selalu akan berbicara bahwa bagaimanapun kondisi hidup kita dalam keberadaan dalam rutinitas lingkungan kita, pekerjaan, sosial dan kemasyarakatan, jika kondisi ini bisa dipertahankan mungkin kita akan bisa pada zona nyaman walaupun dipaksakan. Sebuah pembelajaran biasanya akan datang setelah ada sebuah sebab akibat yang menyebabkan setiap dari orang dalam lingkungannya tersadar bagaimana pentingnya menjaga sebuah amanah dan kebersamaan. Kebersamaan tidak datang begitu saja, tetapi hal itu muncul karena setiap dari individu sadar akan tanggungjawabnya masing-masing dan bukan saling menyalahkan.

Sebuah ilustrasi yang menyebabkan munculnya ketidaknyamanan, jurang pemisah dan dehidrasi pola fikir ekosistem pekerjaan, akan muncul seiring dengan perkembangan kemajuan sebuah institusi. Pertanyaannya adalah siapkah semua komponen di dalamnya saling bahu membahu mencapai sebuah sistem yang baik. Adalah pertanyaan yang memunculkan banyak jawaban dan akan melahirkan pro kontra pemikiran dan argumentasi yang kurang mengenakkan. Kalau di telaah dengan baik jawabnya adalah mau atau tidak. Mau menjalankan sebuah sistem yang sudah dicanangkan atau malah memilah-milah tanggungjawab dan melepaskan tanggungjawab bahkan saling melempar sana, lempar sini pekerjaan dan menyalahkan orang lain. Tidak mau atau acuh tak acuh terhadap komitmen yang sudah dicanangkan. Itulah sebuah wajah peradaban yang sudah mulai besar dan makmur. Sebuah institusi yang besar akan berimbas dengan saling adu argumen dan mengisinya dengan target tender personal. Sistem dilupakan gagasan baik dibuang dan sebagainya. Nilai ukhuwah bagaimana yang akan dijalankan dalam kondisi demikian? Jawabnya adalah terserah anda, terserah pemegang kebijakkan dan terserah apa kata dunia menyikapinya.

Teringat kisah tentang nabi Adam as terakit pesan pada anak-anaknya. Salah satu pesan yang bisa didengar anak-anak mereka adalah sebuah ungkapan kebaikan bersama, keharmonisan hidup dalam bisingnya persalahan yang selalu muncul dalam beragumentasi. 
Pesan Adam as pada anaknya, "Bermusyawarahlah dalam bertindak. Sebab jika saja aku bermusyawarah terlebih dahulu dengan malaikat, maka aku tak kan tertimpa masalah ini". Terkandung maksud bahwa komunikasi yang terbaik adalah dengan memberikan kebebasan dalam komunikasi dan bersosialisasi, setiap hal harus dirujuk dengan damai dalam sebuah ikatan ukhuwah yang baek. Konkritnya nilai yang akan diputuskan adalah sebuah wacana yang membangun dan menjadikan indahnya ketenangan dan keharmonisan semua kondisi dalam sebuah institusi.
Jikalau semua akan terwujud, marilah beristighfar bersama dalam memulai sebuah keputusan, sehingga akan diperoleh sebuah wadah yang tepat dalam setiap hasil keputusan yang diharapkan. Ujung dan pangkalnya tidak akan membuat sebuah warna yang lain dari retaknya silaturahmi. Besar dan kecilnya keindahan dan ketenangan jiwa berangkat dari tatanan yang baik dan sejuk dipandang mata, tanpa beban dan mengalir laksana air pegunungan.
Wallahu'alam bishowwab
penulis
by Crowja Garichu

Sunday, August 7, 2011

Tolak Ukur Cinta dalam Ramadhan

Jika manusia akan berbuat baik pastilah selalu di ukur kepada siapa hal yang baik akan disampaikan, apakah pada orang yang tepat atau tidak. Derma/shodakohpun akan demikian, jika ada sebuah imbalan pahala pastilah akan berbondong-bondong menyatakan kesediannya bersedekah. Tak urung nilai yang menyertainya bertahan dalam taraf stagnan menjadi ikhlas? tanpa sebuah makna. Sama antara sebuah cinta dan benci. Manusia yang mencintai sesama adalah pribadi yang sama antara hati dan bibirnya dan tidak akan pernah memilah-milah cinta dan benci kepada sesama. Apabila hal ini belum bisa dilakukan, jelas bahwa orang tersebut belum bisa dikatakan sebagai seorang pemimpin sejati apalagi kategori alim dan baik. Ramadhan, sebuah kalimat yang menjadikan tolak ukur cinta dan benci terungkap. Apakah manusia tersebut telah membenci saudaranya, temannya, sahabatnya ataupun dirinya sendiri. Di sinilah semua akan terungkap dengan nyata, bahwa nilai kebaikan, kejelekan, watak dan pribadi serta karakter orang adalah sebuah ketidakberdayaan di hadapan Allah azza wajalla. Karena tidak semua hal yang terjelek pada pribadi musuhmu selalu nampak, tetapi justru sebaliknya bahwa cinta yang terabaikan adalah dari orang yang kamu benci dan kamu buang.

Semakin dalam rutinitas Ramadhan haruslah menjadi sebuah penanaman karakter seseorang ke arah yang lebih arif dan bijaksana. Bahwa apa yang kita punya adalah milik Allah SWT, tiada daya dan upaya kita menjadi seorang manusia yang tak lepas dari salah dan khilaf. Apakah anda lebih baik dari orang lain?, tentunya jawaban ini ada pada diri dan pribadi kalian semua. Sudah pantaskah anda menilai diri sendiri dengan lebih bijak dan sederhana. Semua akan ditorehkan dalam nilai dan cinta di bulan ini. Apakah anda mencintai keluargamu, apakah anda mencintai suami/istrimu, apakah anda mencintai rekan/sahabat/karibmu, apakah anda mencintai buah hatimu, apakah anda rela saudaramu menangis?. Semua akan teruji manakala anda sukses menjadi pribadi yang taqwa di hitungan hari pada Ramadhan. Inilah bentuk kultur puasa Ramadhan yang sengaja dilupakan banyak orang karena semakin sibuknya menjelang lebaran dan semakin getolnya mengejar finansial yang justru itu semua demi kelangsungan cinta kasih orang yang kita cintai. 
Buah dari cinta Ramadhan adalah sebuah kaligrafi hati yang tulus mencintai sesama tanpa sebuah tendensi apapun dan bentuk kejelekan siapapun. Apakah anda selalu ingat akan cinta rasul kepadamu, bahwa beliau sudah berjanji akan menolong umatnya dari kejamnya api neraka Allah. Cinta rasulmu akan berbuah menjadi kenyataan saat kamu juga mampu menerjemahkan buah dari tolak ukur cinta dalam Ramadhan. Belas kasihan Allah kepada hambaNya adalah bentuk cintaNya kepadamu sekalian. Laa illaaha illallah muhammadur rasulullah.
Cintamu akan dipertanyakan pada awal ramadhan dan akan berbuah pada ujung ramadhan dalam balutan fitroh. Namun semua itu butuh waktu dalam hatimu dapat melupakan masa lalumu atau tidak bisa menjadi pribadi yang utuh semua adalah indah di mata Allah. Jerih payahmu selama berpuasa, menjalankan aktivitas kebaikan di ramadhan akan berbuah kebaikan pula setelahnya walaupun dalam kualitas yang lemah di mata Allah SWT. Jika anda mau jujur apakah anda mencintai dengan tulus saudaramu, anak istrimu, tetanggamu, rekan dan sahabatmu, kekasihmu. Inilah wajahmu kelak dalam akherat dalam binar atau suram aura cahaya yang terpancar setiap melalui Ramadhan dengan sebuah cinta yang sesungguhnya.
Wallahu'alam bishowwab
penulis
by Crowja Garichu
Muhshonu Rohman, ST
ghostnaruto@gmail.com

 
back to top