Sunday, August 7, 2011

Tolak Ukur Cinta dalam Ramadhan

Jika manusia akan berbuat baik pastilah selalu di ukur kepada siapa hal yang baik akan disampaikan, apakah pada orang yang tepat atau tidak. Derma/shodakohpun akan demikian, jika ada sebuah imbalan pahala pastilah akan berbondong-bondong menyatakan kesediannya bersedekah. Tak urung nilai yang menyertainya bertahan dalam taraf stagnan menjadi ikhlas? tanpa sebuah makna. Sama antara sebuah cinta dan benci. Manusia yang mencintai sesama adalah pribadi yang sama antara hati dan bibirnya dan tidak akan pernah memilah-milah cinta dan benci kepada sesama. Apabila hal ini belum bisa dilakukan, jelas bahwa orang tersebut belum bisa dikatakan sebagai seorang pemimpin sejati apalagi kategori alim dan baik. Ramadhan, sebuah kalimat yang menjadikan tolak ukur cinta dan benci terungkap. Apakah manusia tersebut telah membenci saudaranya, temannya, sahabatnya ataupun dirinya sendiri. Di sinilah semua akan terungkap dengan nyata, bahwa nilai kebaikan, kejelekan, watak dan pribadi serta karakter orang adalah sebuah ketidakberdayaan di hadapan Allah azza wajalla. Karena tidak semua hal yang terjelek pada pribadi musuhmu selalu nampak, tetapi justru sebaliknya bahwa cinta yang terabaikan adalah dari orang yang kamu benci dan kamu buang.

Semakin dalam rutinitas Ramadhan haruslah menjadi sebuah penanaman karakter seseorang ke arah yang lebih arif dan bijaksana. Bahwa apa yang kita punya adalah milik Allah SWT, tiada daya dan upaya kita menjadi seorang manusia yang tak lepas dari salah dan khilaf. Apakah anda lebih baik dari orang lain?, tentunya jawaban ini ada pada diri dan pribadi kalian semua. Sudah pantaskah anda menilai diri sendiri dengan lebih bijak dan sederhana. Semua akan ditorehkan dalam nilai dan cinta di bulan ini. Apakah anda mencintai keluargamu, apakah anda mencintai suami/istrimu, apakah anda mencintai rekan/sahabat/karibmu, apakah anda mencintai buah hatimu, apakah anda rela saudaramu menangis?. Semua akan teruji manakala anda sukses menjadi pribadi yang taqwa di hitungan hari pada Ramadhan. Inilah bentuk kultur puasa Ramadhan yang sengaja dilupakan banyak orang karena semakin sibuknya menjelang lebaran dan semakin getolnya mengejar finansial yang justru itu semua demi kelangsungan cinta kasih orang yang kita cintai. 
Buah dari cinta Ramadhan adalah sebuah kaligrafi hati yang tulus mencintai sesama tanpa sebuah tendensi apapun dan bentuk kejelekan siapapun. Apakah anda selalu ingat akan cinta rasul kepadamu, bahwa beliau sudah berjanji akan menolong umatnya dari kejamnya api neraka Allah. Cinta rasulmu akan berbuah menjadi kenyataan saat kamu juga mampu menerjemahkan buah dari tolak ukur cinta dalam Ramadhan. Belas kasihan Allah kepada hambaNya adalah bentuk cintaNya kepadamu sekalian. Laa illaaha illallah muhammadur rasulullah.
Cintamu akan dipertanyakan pada awal ramadhan dan akan berbuah pada ujung ramadhan dalam balutan fitroh. Namun semua itu butuh waktu dalam hatimu dapat melupakan masa lalumu atau tidak bisa menjadi pribadi yang utuh semua adalah indah di mata Allah. Jerih payahmu selama berpuasa, menjalankan aktivitas kebaikan di ramadhan akan berbuah kebaikan pula setelahnya walaupun dalam kualitas yang lemah di mata Allah SWT. Jika anda mau jujur apakah anda mencintai dengan tulus saudaramu, anak istrimu, tetanggamu, rekan dan sahabatmu, kekasihmu. Inilah wajahmu kelak dalam akherat dalam binar atau suram aura cahaya yang terpancar setiap melalui Ramadhan dengan sebuah cinta yang sesungguhnya.
Wallahu'alam bishowwab
penulis
by Crowja Garichu
Muhshonu Rohman, ST
ghostnaruto@gmail.com

No comments:

Post a Comment

 
back to top