Friday, August 31, 2012

Makna sebuah amanah

Berfikir membutuhkan sebuah kecerdasan yang sederhana, sebuah kecerdasan yang lepas dari unsur kesombongan dan watak tercela. Sehingga super ego yang masuk akan membentuk sebuah pribadi yang arif, pribadi yang selalu menghargai siapapun yang berdiri berbicara di depannya. Memang akan sangat sulit diciptakan kondisi demikian karena semua akan terbentuk dengan sendirinya sesuai naluri dan kedewasaan. Bahkan seorang yang dewasa sekalipun akan sering terkecoh untuk membuat sebuah analisa yang terbaik tentang sebuah pemikiran dan keputusan. Inilah sebuah wacana yang sering dianggap remeh oleh banyak orang sehingga setiap manusia sering merasa takabur dan lupa akan jati diri seorang manusia yang hanya untuk tunduk dan patuh serta beribadah kepada Allah SWT.
Akar dari permasalahan yang ada adalah berawal dari kondisi dan situasi yang sering muncul dimana ketidak sesuaian antara harapan dan sebuah kenyataan, baik kenyataan dalam wujud nyata ataupun kenyataan dalam wujud yang tidak terlihat. Sebuah ekosistem ataupun lembaga yang mempunyai banyak komunitas merupakan lahan yang indah untuk memupuk adanya ketidakharmonisan dalam segala kepentingan dan keadaan. Banyak hati yang terluka, banyak darah yang tercecer, banyak kedzaliman yang muncul dan banyak pula kemunafikan yang sering hadir, namun banyak pula silaturahim yang bisa dijalin (bila sedang sadar tentunya). Mengapa demikian?

Setiap watak manusia tumbuh dengan berjalannya waktu yang membesarkan jasad maupun kedewasaannya. Adanya berbagai faktor yang menyebabkan perubahan watak dan perangai manusia sering ditengarai oleh semakin banyanknya manusia memperoleh tambahan ilmu, wawasan dan pengalaman. Kondisi tersebut prosentase besar mengapa manusia bisa merubah perangai dan wataknya bahkan bisa berubah sifat dan karakter. Semakin bertambah ilmu akan susah setiap manusia menerima masukan dan wacana dari orang lain karena pada dasarnya manusia punya ambisi ingin jauh lebih dari siapapun dan yang sering dilalui adalah menghalalkan banyak cara untuk mencapai suatu tujuan. Inilah yang menyebabkan kedewasaan seseorang akan lebih cepat dibandingkan usia yang ada hingga muncullah sebuah ketimpangan otak dan kearifan.

"Semakin jauh mata memandang akan semakin jauh mata bisa menangkap hamparan lautan hingga titik sebuah kapal bisa mendekat secara perlahan seolah datang dari dasar samudra yang luas". Istilah ini bisa di manifestasikan seorang manusia dalam menjelajahi perjalanan hidupnya. Semakin manusia meraih apa yang diinginkan akan semakin jauh jarak yang harus dilalui. Sesuatu yang diinginkan bisa saja datang dari arah yang berlawanan ataupun berjalan searah lalu menjauh dengan diri kita ataupun kita tertinggal tidak bisa menaikinya. Namun inti sebuah kiasan ini adalah menggambarkan sebuah wacana antara manusia dan kebiasaan, kecakapan, dan keberuntungannya. Keberuntungan bisa saja timbul karena kerja keras ataupun hanya kebetulan saja. Semakin jauh jangkauan tujuan akan semakin banyak halangan dan perubahan yang akan terjadi. Hingga akan muncul kematangan untuk menjalani takdir yaitu ketajaman dalam membela hati nurani terhadap status yang aktif sedang dijalani. Adalah setia dan jujur serta arif dalam menjalani hidup dengan sandaran deskripsi tugas yaitu kesamaan antara mulut dan hati untuk sebuah keberkahan hidup.
Banyak contoh yang muncul di bumi. keterbalikkan yang merupakan ujian hidup. Seorang pejabat  mempunyai isteri merasa ningrat, seorang jendral mempunyai isteri merasa seorang malaikat, seorang pengusaha mempunyai isteri merasa seorang rentenir, seorang ulama mempunyai isteri merasa seorang bidadari dan seterusnya. Dan sebetulnya kejadian ini sudah tahu adanya namun tidak bisa menahan gejolak rasa jatidiri dan kehedonisan ataupun gengsi dan sejenisnya. Inilah wahana watak manusia yang mudah berbaur dengan bisikan makhluk lain. Sebuah ilusi yang menggambarkan warna aura seseorang yang sudah dalam taraf tertinggi sedang mengalami pola ujian yang jauh dari perasangka dan perasaannya sendiri hingga faktor amanah bergeser sedikit demi sedikit membentuk arti yang lain. Yang ada adalah kecerdasan spiritual yang bergeser dari pemahaman bathinnya menerima kehendak Allah SWT (kitab). Sehingga banyak air tawar berubah menjadi asin bahkan pahit ataupun getir.
Marilah selalu berdo'a dengan sabar bahwa karunia Allah SWT terhadap perjalanan hidup kita hanya sepenuhnya milik_Nya. Kemanapun kita melangkah jadilah pribadi yang berguna untuk kemaslahatan sistem, bukan kepentingan yang di kedepankan untuk sebuah tujuan yang justru akan memperhambat sistem untuk berkembang. Dan apapun tujuan hidup anda harus berupaya menjadi seorang yang tahu akan prinsip dan deskripsi tugas yang sudah diemban dan bekerjalah dengan hati nurani. Insyaallah nilai materiil akan membentuk berjuta kemegahan bangunan dan tumpukan harta amal di akherat.
Hasbunallah wanikmal wakil nikmal maula wanikmal nashir
Wallahu'alam Bishowwab
penulis,
Chie Zhoen

Wednesday, August 29, 2012

Maling teriak maling

Manusia sudah semakin canggih, semua bisa dihalalkan dari makanan sampai harga diri. Manusia sudah semakin pintar bermain sinetron, dari sinetron percintaan sampai sinetron laga alias cari muka dan adu domba. Kenapa ini bisa terjadi? Jawabnya adalah kurang rasa syukur, syukur yang bagaimana? Syukur yang bisa merubah akhlak/watak ke arah yang lebih nalar/baik. Setiap manusia pada jaman ini sudah banyak yang berpendidikan tinggi bahkan setinggi langit ilmunya susah ditiru dan di copy paste. Semua banyak yang bermain game, dari play station sampai game pada level yang tinggi yaitu berpolitik ria bermain di air keruh dan menumpuk harta di air susu. Semua ingin menjadi publik figur dan terkenal, up to date dari informasi internet sampai perkembangan tetangga yang kurang baik, semua ingin dijamah bahkan hak milik orang lainpun ikut dijamah dan yang lebih fatal lagi adalah menjamah harga diri saudara, teman kerabat bahkan sahabat sendiri. Inilah lunturnya sebuah peradaban karena gengsi dan nilai krusial yang semua berujungpangkal kesenangan dan kepuasan. Kesenangan diri sendiri atas semua keinginan yang ada. Kepuasan diri sendiri yang lupa akan mulut dan perut teman sendiri.

Manusia hidup tinggal menerima ketentuan Allah SWT. Entah kapan Dia akan memberikan batas waktu akan hidupnya di dunia. Setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dst_nya Allah akan merampas kembali jatah hidupnya di dunia dan tidak bisa ditawar siapapun. Kalau kesadaran ini bisa dipupuk oleh semua penduduk bumi, insyaallah tidak ada manusia yang merasa dirinya unggul di depan orang lain. Tidak ada manusia yang merasa dirinya paling cerdas, paling tinggi ilmunya, paling alim, paling kaya, paling berkuasa dan paling segalanya. Inilah faktor kesadaran yang tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Sebuah pilihan hidup yang memang harus di jalani oleh masing-masing dari mereka, pilihan yang akan membawa kemana arah hidupnya setelahnya atau setelah berkalang tanah. Pilihan manusia yang akan memberikan ekses yang berbeda satu sama lain. Manusia yang bergelimang harta tentunya akan lebih memilih jiwa yang tenang walaupun banyak keinginan yang akan merubah watak dan perangai menjadi jiwa yang tidak tenang alias takabur dan sombong. Manusia yang lemah dan miskin selalu menyalahkan Allah SWT tidak adil atas semua keinginan hatinya. Dan seterusnya.
Maka janganlah jadi 'maling teriak maling'. Berbicara kanan padahal hati dan bathinnya kiri, ibarat berpolitik sekarang A besok menjadi B. Hanya kerugian yang akan diperoleh, kerugian sekarang yaitu mereka tidak akan berkah terhadap ilmu dan hartanya, Selalu merasa was-was dan tidak jujur serta pengecut. Imbasnya adalah lunturnya daya keimanan secara perlahan, hingga munculnya sifat ujub, riya, iri dan dengki atau penyakit-penyakit hati yang lain dan parah. Kerugian masa depan yaitu rugi amal yang keropos, tumpukkan amaliah yang baik selama hayat dikandung badan akan hangus dicabut Allah SWT entah sodaqoh ataupun amaliah non mahdhoh lainnya. Kerugian yang akan membawa timbangan amal yang tidak di timbang karena tumpukkan gunung amaliahnya di dunia menguap dan bocor diterpa angin. Hingga cuma kelihatan dosa yang menumpuk pada timbangan sebelahnya. Inilah bentuk pilihan hidup manusia yang tidak mendapatkan hidayah dari Rabb. Tidak dapat petunjuk ke jalan yang lurus, bahkan boro-boro jalan yang lurus malah jalan tidak terlihat gelap tertutup awan dan pekatnya malam hanya kunang-kunang yang berbau anyir menyengat dan sinarannya yang menyilaukan mata bisa diterima mata.
Mau kapan lagi kita menjadi pribadi yang santun, santun dan mengasihani fisik dan jasad serta hati sendiri untuk keselamatan yang dijanjikan Allah tidak dari sekarang atau mau menunggu jasad bermain congklak di alam kubur?. Jawabnya marilah berteriak lantang bukan berteriak maling-maling ke telinga orang lain. Berteriak dengan sopan bibir dan hatinya bukan tangan bermain api menjarah hak milik orang lain ataupun mulutnya merampas kebebasan orang lain. Jadilah pribadi yang sama antara bibir dan hatinya, bukan probadi yang error karena kelemahan sendiri tidak bisa di atasi dan menjadikan orang lain kambing hitam.
Semoga jalan hidup manusia yaitu kita dan orang lain menjadi pribadi yang sholeh, sholeh dan santun tidak berkacak pinggang di atas penderitaan orang lain demi menutupi kelemahan sendiri. Naudzubillah.
Saaltuka Ya Ghaffar 'Afwan Wa Taubatan Wa Bil Qahri Ya Qahhar Khuz Man Tahayyala
Wallahu'alam Bishowwab.

penulis,
Chie Zhoen (Muhshonu Rohman, ST)

Monday, August 27, 2012

Istighfar sebelum mengucap syukur


Mimpi seringkali menghanyutkan apalagi kenyataan bahkan jauh dari sebuah hayalan ataupun mimpi yang tak terfikirkan. Mimpi sebuah ilusi yang sangat membahagiakan, tak terduga dan penuh dengan keadaan yang mengejutkan. Walaupun mimpi jatuh ke jurang yang dalam ataupun bertemu binatang buas ataupun bertemu syetan sekalipun ada perasaan yang sangat menakutkan tapi juga membahagiakan. Mimpi terjelek, tersadar dari mimpi akan sangat bahagia karena lepas dari kenyataan yang sebenarnya. Mimpi yang sangat indah, tersadar dari mimpi akan juga sangat bahagia walaupun beda dengan kenyataannya. Itulah gambaran antara rasa syukur dan istighfar. Sebuah sebab akibat yang akan menemani manusia dalam suka dan duka hidup dalam dunia.

Yang penulis garisbawahi adalah sebuah latar dari istighfar yang selalu akan menemani setiap manusia mengalami keadaan dalam rutinitasnya menjalani kehidupan. Tolak ukur manusia yang mencapai derajat mutaqin adalah sebuah jiwa manusia yang lepas dari unsur yang memabukkan. Mabuk dengan harta benda, mabuk dengan jabatan, mabuk dengan kemulyaan, mabuk dengan kecerdasan, mabuk dengan ilmu yang tinggi, mabuk dengan semua yang berbau mistis alias kesombongan. Mabuk dengan menilai orang lain lebih rendah dengan dirinya tanpa menoleh Allah SWT yang memberi sebuah penilaian lain terhadap hambaNya. Sebuah contoh; seorang Islam menjadi Imam sholat terhadap beberapa jamaah lainnya, imam tersebut orang yang masih muda kurang faseh dalam membaca Al-Qur'an apalagi berjenggot tak terfikirkan sedikitpun memanjangkan jenggotnya. Dia ikhlas dengan sholatnya dengan membawa jamaahnya menghadap Allah SWT serta merta niat dengan baik. Sementara nun jauh disana, dipojok tempat wudlu datanglah seorang Alim membasuh muka hingga sampai ke seluruh kakinya dengan khusuk berwudlu. Sampailah dia dibarisan makmum, bersegera dia mengangkat tangannya, namun dia bimbang dan ragu melihat dan mendengar apa yang dilakukan sang Imam sambil gusar dia bergumam, "Imam masih muda, bacaannya kurang benar dan faseh. Bagaimana dia memimpin sholat, aku yang lebih baik kenapa harus makmum ke dia." Bisiknya dalam hati yang sedikit keluar lewat gerakan bibir. Sambil gusar dia mengangkat tangannya.. Padahal di mata Allah SWT beda, kalau di mata Allah seorang imam yang  masih muda, jelek bacaan qur'annya bahkan banyak salahnya namun hatinya siap bertemu denganNya, insyaallah ridlo Allah akan sampai ke hamba yang yakin dan tidak takabur ataupun sombong hatinya.

Inilah contoh kecil setiap upaya manusia yang baik sekalipun tidak akan lepas dari sebuah keraguan dan kesalahan yang ujung dan pangkalnya akan menyisakan amaliah bolong yaitu menyisakan sebuah dosa dan kesombongan. Sehingga dia lupa akan mengucapkan "astaghfirullahaladzim". Yang banyak dijumpai adalah kata "alhamdulillahirobbil 'alamin" hambar tanpa rasa syukur yang lebih dalam masuk ke sanubari. Sebuah ilustrasi yang tidak pernah terfikirkan bahwa kita seorang insan yang penuh salah dan lupa. Bahwa apa yang kita miliki haruslah imbang dengan ucapan lisan dan hati yang selalu dzikrullah (ingat) untuk selalu berucap istighfar dalam setiap persendian kita. 

Jabatan mutaqin akan cepat sekali luntur walaupun telah bertatap muka dan mengucapkan minal aidin wal faizin. Tanpa disadari akan menguap ibarat air terkena panas teriknya matahari hilang tanpa bekas sehingga menyisakan kembali jabatan mukmin lemah ketaqwaan ataupun nilai taqwa luntur menyisakan kembali kotoran-kotoran hati lambat dan merayap seperti macet dalam suasana mudik alias pulang kampung.
Jualan es dalam terik matahari akan sangat menyejukkan, namun menikmati es dalam suasana dingin dan hujan lebat adalah sebuah kenyataan yang tidak membahagiakan alias kurang nyaman. Sama hal berucap satu dua patah kata akan menyisakan doa dan pahala dibanding dengan ocehan dan omongan panjang lebar yang akan menyisakan dosa dan kesalahan sedikit demi sedikit, menghasilkan penyakit hati dan menyisakan penyakit bagi yang mendengarnya. Berlebihan dalam bertuturkata menipiskan nurani mempertebal kesombongan dan kemunafikan. Jargon hidup 'air beriak tanda tak dalam', atau 'tong kosong berbunyi nyaring', akan sangat menyiksa manakala hati sendiri sakit tanpa disadari hingga muncul penyakit-penyakit hati yang menyedihkan mengikis amaliah yang baik dan menghabiskan sisa pahala yang sudah ditabung. Semua arah pembicaraan penuh dengan kenyataan yang harus diungkapkan, namun justru seringkali kenyataan yang diungkapkan terlebih kenyataan jelak selalu diputar seperti menikmati permen dalam mulut, lempar sana lempar sini seolah tidak ada kata indah dan baik terdengar. Dan justru tidak pernah dicari kenapa hal tersebut bisa terjadi? Inilah sebuah gambaran manusia yang haus akan kasih sayang Allah SWT setiapkali diberikan kenikmatan, dan hanya kata syukur yang selalu diucapkan sebelum ber_istighfar. 
Semoga kita selalu jeli dalam menjaga amal-amal kita yang terbaik karena akan sangat berharga besok saat kita menghadap Allah SWT. Besar harapan kita menjadi insan yang sukses, bahagia dan tentram hidupnya dalam glamournya dunia. Namun alangkah selamat dan sejahtera kita manakala semua harapan yang sudah diraih di dunia akan jauh lebih dihargai dimata Allah dengan balasan-balasan berlipat gunung di akherat kelak.
Wallahu'alam Bishowwab.
penulis,
Chie Zhoen

Thursday, August 16, 2012

Merdeka dalam hati

Jikalau dulu jaman nenek moyang kita tidak mengalami penjajahan tentunya tidak ada istilah HUT Kemerdekaan. Rasa nasionalisme mungkin tidak seheboh jaman ini, era milenium yang memungkinkan banyak perubahan dalam segala aspek kehidupan. Dari jaman telepon koin, telepon warung, telepon rumah hingga kini di saku baju dan celana penuh dengan telepon genggam alias HP. Kemerdekaan bukanlah makan enak tidur nyaman tanpa dentuman meriam dan tembakan atau bukannya ledakan mercon bersautan, kemerdekaan bukanlah mengajak merasakan nasionalisme, kemerdekaan bukannya ikut merasakan bagaimana situasi saat perang dahulu atau kemerdekaan bukanlah sebuah kekejaman revolusi dalam memperjuangkan kebebasan. Kemerdekaan adalah bentuk ritme atau suasana menuju sebuah kedamaian, damai dalam bersosialisasi dengan rekan, teman, sahabat, saudara, tetangga dan damai dalam bermasyarakat dan bernegara. Damai dalam mencari nafkah, damai dalam mencari ilmu dan damai dalam membina keluarga. Bagaimana kondisi sesungguhnya dalam masyarakat?

Semua jawaban ada pada ekosistem sebuah komunitas dari lingkup keluarga, tetangga, masyarakat dan bangsa ini. Jikalau slogan hanya berbau tidak sedap dan menyengat bukanlah sebuah makna yang lugas dari sebuah kemerdekaan. Manakala kita menengok sekeliling kita banyak dijumpai berbagai kehidupan yang jauh dari makna kemerdekaan. Bahkan semua di ukur dengan nilai komersil, image serta gengsi. Hidup dalam bertetangga dalam bangsa ini banyak yang umum dimana semua bersosialisasi dengan maksud yang berbeda. Ingin mempunyai nama besar, dihargai oleh sekelilingnya dan selalu terdepan dalan segala hal. Banyak dijumpai kultur yang kurang homogen antara keseimbangan budaya dan kebiasaan. Banyak lingkungan yang ambisius dalam bersosialisasi, ambisi pribadi, ambisi lingkungan dan ambisi kehidupan.Warna sudah berbaur tidak beraturan, hijau, merah, kuning, hitam dan sebagainya. Apa arti sebuah kemerdekaan?

Banyak hal yang dapat diperoleh oleh karena penjajah. Penjajah menanamkan sebuah sistem yang membuat masyarakat jauh dari pemikiran yang logis, jauh dari pemikiran yang membangun dan jauh dari pemikiran yang terbentuk oleh adanya komunikasi dan musyawarah. Penjajah juga menanamkan banyak hal yang merusak pandangan, pemikiran, gaya hidup, norma dan berbagai jiwa yang sulit dirubah. Pola fikir masyarakat yang keras susah menerima pendapat orang lain dan enggan diajak kompromi. Dan masih banyak lagi yang tertinggal dari dampak penjajahan dulu.
Namun yang perlu direnungkan bahwa dengan adanya penjajah wajah bangsa ini jauh lebih berubah. Bangsa ini mengenal sistem dan hukum dan sistematis. Bangsa ini mengalami perubahan teknologi dan bangsa ini maju pesat karena telah mengenal penjajah dengan berbagai hal sebagai peninggalan jaman penjajahan dulu. Mungkin pula orangtua kita juga produk-produk dari penjajahan dulu yang melahirkan anak cucu yang berkembang pesat sisa penjajahan. 
Berbicara kembali tentang makna kemerdekaan hendaknya pada diri kita masyarakat dan bangsa Indonesia harus selalu bersyukur dan mengencangkan ikat pinggan dan merapatkan barisan untuk selalu 'saiyeg saeko kapti' bahu membahu menjadi masyarkat yang majemuk sehingga mampu menjadi Bhinneka Tunggal Ika tanpa perpecahan yang berarti. Bukan sebuah dehidrasi dari semangat kebangsaan yang selalu mengedepankan hal-hal yang tidak rasional dan saling menjatuhkan. Bila orangtua kita mati tertembak Belanda atau Jepang dulu tentunya kita tidak akan mungkin hadir hingga sekarang menikmati pesatnya pembangunan. Merdeka dalam hati, merdeka dalam bibir dan merdeka dalam sikap dan pandangan, merdeka dalam komunitas yang majemuk, merdeka membina masyarakat yang damai, merdeka memberikan pelayanan tanpa embel-embel apapun. Siapa merasa senang tentunya tanpa sebuah paksaan dan kamuflase tindakan. Merdeka dalam arti sederhana terus membangun dengan baik.
Kemerdekaan akan terus ada dalam hati dan semua orang manakala semua hal disesuaikan dalam koridor yang baik. Menjadi yang sama antara pola fikir, hati dan tindakan. Bukanlah merdeka dalam mencari kesalahan orang lain dan merdeka memberikan solusi yang salah. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Siapapun berhak menyatakan kata "Merdeka" baik dalam hati maupun tercetus lewat ucapan yang lantang. Marilah mewujudkan masyarakat yang damai. Jauh dari sifat-sifat yang kurang baik, masyarakat yang kaya akan silaturahim bukannya masyarakat yang mudah diprovokasi dan masyarakat yang miskin kebaikan. Kapankah 'baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofur' bisa terwujud, jawabnya kapan-kapan.
Wallahu'alam Bishowwab.
Merdekaa!!!
Penulis
Chie Zhoen

Tuesday, August 14, 2012

Krisis keimanan menjelang Syawal


Ramadhan membuat semua orang berlomba dalam kebaikan dan kebajikan (fastabikhul khoirot), semua menengadah memohon berkah, rahmat dan ampunan. Semua berjanji tidak akan berdusta lagi, tidak akan berbohong lagi dan tidak akan berbuat dholim lagi. Akan dicurahkan hidup untuk selalu menjadi insan yang baik dan berbudi. Membawa tasbeh kemanapun, berkata alim dimanapun, mengajak kebaikan kapanpun dan kepada siapapun. Akan berjuang di jalan Allah dengan sebaik-baiknya. Memperjuangkan hajat hidup orang banyak, menasehati dalam kebenaran dan kebaikan, mengajak ke arah kebaikan dan kesalehan. Berbudi pekerti yang luhur dan menjadi pribadi santun. Suka berderma dan mengasihani anak yatim. Berjanji akan silaturahim dengan sanak saudara dan mempererat kembali tali silaturahim yang terputus. Dan semua hal yang berbau keindahan dan kebersihan amal ibadah di alam fana.

Allah SWT akan mendengar keluh kesah hamba-Nya walaupun hamba tersebut jauh dari gelamournya hidup, jauh dari sanak saudara, jauh dari teman dan kerabat, jauh dari kemegahan dan jabatan, jauh dari kedekatan dengan mushola dan masjid. Hakekatnya jiwa seorang santri akan selalu tertanam dalam pribadi siapapun walaupun hidup dalam serba ketercukupan. Hanya Allah yang akan memberikan seteguk air kenikmatan sepanjang hayatnya. Ramadhan bukanlah hal yang mudah dalam menggapainya, banyak suka dan duka yang harus dilengkapi. Ibadah jelas akan dihitung oleh Allah sekecil apapun dan akan dilipatgandakan sesuai janjiNya. Namun banyak hal yang membuat manusia lupa bahwa yang akan mengisi jiwa ke depan setelah ramadhan terlewati adalah isi dari amaliah kita saat sebulan adanya. Dengan warna sebulan penuh berpuasa dan bertafakur akan membuat jiwa dan raga menjadi ringan. Ringan dalam berbuat kebaikan, akan reflex memberikan kebaikan kepada orang lain, mudah berkata janji dan akan selalu berusaha menepati dan seterusnya.

Apalah semua hal tersebut bisa terlaksana?.. Jawabnya adalah kita kembalikan kepada jiwa dan hati manusia tersebut. Apakah watak kita akan kembali lagi setelah sebulan berpuasa, akankah kedzaliman kita akan musnah setelah sujud di masjid, akankah bahasa kita akan santun setelah 10 kali khatam dalam sebulan, akankah matahati kita bisa membaca setiap kesusahan orang lain dan akankah kita kembali pada jiwa yang sabar dan ikhlas. Semua akan terjawab setelah bergeraknya bulan memasuki bulan Syawal.
Hakekat puasa dan ibadah bulan ramadhan adalah membentuk insan yang beriman supaya menjadi bertaqwa. Iman memang susah dijabarkan, penjahat sekalipun atau bahkan orang kafir sekalipun akan menemukan sebuah keimanan dimanapun dan kapanpun selama pikiran dan akal mereka meraba sebuah kebenaran Illahi. Setelah merambah sebuah keimanan, taraf selanjutnya adalah menaiki sebuah ketaqwaan. Ketaqwaan hakekatnya adalah mencoba memusatkan hati dah jiwa untuk selalu taat dan patuh menjalani kehidupan. Jatah hidup manusia di dunia setelah Adam turun ke bumi, itulah nasib manusia selanjutnya. Setelah kini menjadi umat Muhammad harus sabar menjalani ketentuan hidup di dunia. Jiwa yang rapuh saat berpuasa akan kembali kuat setelah tersiram air saat berbuka menghilangkan semua keluh kesah selama seharian. Dan berlanjut selama sebulan. Nuansa ini menjadikan tertatanya kembali hati menjadi manusia baru.
Namun banyak yang lupa setelah sautan imsyak terdengar hati yang tertata saat siang dan dikuatkan dengan ibadah pada malam harinya, akan kembali luntur saat perut kembali kosong saat siangnya. Berbagai kesibukan dilalui bersama kosongnya perut membawa darah berbaur dengan keringat, maka jadilah warna yang berbaur antara iman dan amal sholeh. Lahirlah berbeda kekuatan akal fikir dan berbeda kemampuan kekuatan puasa masing-masing orang. Singkat cerita masuklah bulan kemenangan yaitu Syawal. Jadilah mereka pribadi yang berbeda-beda. Ada yang putih dan ada yang abu-abu dan sebagainya. Akhirnya harusnya menggapai ketaqwaan malah krisis keimanan karena tidak bisa dapat THR, tidak bisa membeli baju baru, tidak bisa memberikan kepuasan kepada orang lain. Bahkan ibadah yang kita lakukan sebulan tidak pernah membekas sanubari yaitu tetap menjadi pribadi yang kurang jujur, selalu menghardik sesama, tidak pernah akur dengan tetangganya dan kembali kepada wataknya semula. Bahkan semakin tinggi ilmu yang diperoleh selama sebulan membuat jiwanya naik menjadi orang berilmu yang merasa tinggi derajatnya dibanding orang lain dan menengadahkan kepalanya ke atas bila bertemu orang lain. Inilah yang menyatakan mengapa krisis keimanan justru terbuka lebar setelah menghadapi ramadhan.
Bagaimana solusi itu semua? Solusinya adalah tetap bersabar, bersabar dalam menerima nikmat Allah dan bersabar saat semakin diberi kenikmatan oleh Allah SWT yaitu dengan jalan menunduk, ibarat padi semakin menguning harusnya semakin menunduk. Semoga rahmat, berkah dan ampunan sudah diperoleh dan akan terus tertanam dalam sanubari setelah ramadhan usai. Allahumma anta robbi laa ilaha illa anta, kholaqtaniy wa ana 'abduka wa ana 'ala 'ahdika wa wa'dika mastatho'tu. A'udzu bika min syarri maa shona'tu, abu-u laka bi ni'matika 'alayya wa abu-u bi dzanbi. Faghfirlii fa innahu laa yaghfirudz dzunuba illa anta.
Wallahu’alam Bishowwab.
Penulis
Chie Zhoen

Monday, August 13, 2012

Plesetan Lebaran

Paiman : "Mun, wes gole puasa kaeh ana takbir kowh..!!"
Paimun : "Gari nganah kowh rika seng arep mbakar entog mbok wes kebelet arep nyakot pu2.."
Paimin  : "Aku seh manut jragane, jragane seng aweh duit THRan, soale kabeh mau ya weteng judule?.. Priben mumet2 temen. Durung karuan ulih Lailatur qodar malah dadi kedeer ra karuan.."
Paiman : "Aja padha mbajug padha karo Gusti Allah kueh mbok hora uman badha ngesuk..jiand!!"
Paimun : "Mbajug seh hora lik,  lah wong cilik bisa ngapa sega mateng keprok, jangan mateng surak, koleke mateng ya mak cess campur es.."
Paimin : "Aku arep wudlulah mbok kesambet anu mandan ora ilok gole ngomong, seng guru agamane be ora mumet malah gawe rukun dewek, puasa 37 dina alias tambah puasa sawalan mangsude kueh.. Aring pasar manuk baelah nggolet manuuuk...!!??" Badaa liiik, seng penting nabuh mercon wkwkwk...


Begitulah kisah sebuah kedamaian hidup. Seperti semilir angin di pingin pantai damai menyejukkan. Ibarat hembusan angin spoi di tengah ladang ilalang. Ingat kisah para syuhada selepas Nabi wafat. Hampir sebagian umat dilanda kemurtadzan oleh tipu daya syetan. Umat hilang kendali seolah anggapan mereka bahwa Muhammad adalah seorang Tuhan yang tidak bisa mati. Hati mereka gusar, lidah yang telah terkena sambaran kalimah Syahadat musnah terkena besetan pedang berbau mistis. Kenapa nabi bisa mati, apakah benar dia seorang nabi. Dan singkat cerita hampir merajalela kemurtadzan di seantero Mekkah. Hingga muncullah nabi-nabi palsu yang mengikrarkan bahwa mereka adalah nabi penerus Muhammad.

Kiranya kisah sebuah perjuangan hamba manusia yang bernama nabi mengingatkan kita akan pentingnya sebuah ukhuwwah yang murni. Sebuah ukhuwwah yang tidak pernah dilandasi oleh sebuah batasan. Batasan antara miskin dan kaya, batasan antara budak dan majikan, batasan antara langit dan bumi, batasan antara hitam dan putih. Di mata Allah SWT kita hamyalah hamba yang dhaif yang harus selalu bersabar dalam menerima cobaan namun juga harus tetap bersyukur di antaranya. Ada hal yang bisa di nalar oleh manusia, tapi jelas ada hal yang tidak bisa di nalar oleh akal fikir manusia itu sendiri yaitu Dhienul Islam. Saudara sebangsa dan setanah air. Sebuah nilai hidup apapun bentuknya akan berakar dari pencarian sebuah makna hidup. Sebagaimana turunnya wahyu  Al-Qur'an sudah di ukur seberapa kuat umat Islam mampu menerjemahkan isi kandungannya untuk tuntunan dan pedoman hidup di dunia dan akherat.
Syukur adalah jawaban itu semua, syukur telah diberi kebenaran agama yaitu Islam, syukur telah menemani keluarga dalam indahnya ramadhan, syukur akan menjelang aidil fitroh, syukur telah datang rezki yang melimpah ruah. Teringat petuah Almukarom berpesan dalam tausiahnya, ada lima kebahagiaan hidup manusia di dunia, pertama, dikaruniai anak, kedua dikaruniai anak dan anak tersebut mirip dengan dia, ketiga, mempunyai tempat tinggal alias rumah, keempat, mempunyai pekarangan yang luas, kelima, mempunyai kendaraan. Syukur adalah manifestasi bentuk manusia yang beriman, ditambah lagi akan meninggalkan bulan ramadhan tentunya tambah lagi predikatnya yaitu mukmin yang bertaqwa. Sebuah jabatan yang susah disandarkan dalam tubuh dan gampang raib hanya terkena debu yang berterbangan. Indahnya bersyukur akan menambah gaya hidup taqwa selalu bertahta dan enggan lepas dari tubuh dan hati. Syukur dan bersegera masuk ramadhan dan bersyukur untuk bersegera memasuki bulan kemenangan dan perjuangan yang sesungguhnya. Semoga Allah SWT menambah rasa syukur setiap dari kita hingga bertambah lagi nikmat yang akan disandang dalam jangkauan yang lebih luas yaitu akherat.
Kapan kita akan sabar menghadapi tuntunan Islam. Sesabar kita menunggu datangnya bedug maghrib saat puasa. Seolah darah telah mengering, lidah telah lengket dengan mulut dan kedua kaki lemah tak berdaya. Tersiram tetesan air sirna menjadi sebuah kenikmatan yang luar biasa yaitu indahnya kenikmatan surga dalam rasa syukur. Illahi anta maksudi waridoka matlubi a'tini mahabbataka wamakrifatak.
Wallahu'alam Bishhowab.
Penulis
Chie Zhoen

Saturday, August 4, 2012

Guru dan Orangtua

Udin : "Yah minta uang jajannya?.."
Ayah : "Itu minta sama Ibumu"
Udin : "Buu... biasa uang jajaan alias fuluuz mamake, biar bisa mikir di sekolah"
Ibu    : "Yaa. Ini 5 ribu saja, jangan dihabiskan sisanya buat ditabung"
Udin : "Yaa.. okelah. Assalamu'alaikum.."
Ayah : "Wa'alaikumsalam Warohmah"
Ibu    : "Wabarokatuh"


Siklus dialog yang sering dilupakan banyak orang namun justru berjuta kali dilakukan setiap harinya. Sebuah komunikasi verbal yang menggambarkan nuansa kontrak antara anak dan orangtua dalam balutan pendidikan. Apa yang bisa diambil dari contoh dialog di atas. Inti kalimat yang penulis kemukakan adalah menggambarkan karakter pendidikan orangtua yang menimbulkan umpan balik dari anak dan orangtua yang menimbulkan jatidiri mengapa nuansa formal belum bisa terbentuk namun membuahkan kematangan diri si anak. Ada super ego orangtua yang masuk ke sanubari si anak walaupun kecil namun menumbuhkan semangat untuk bertanggungjawab.
Bagaimakah nuansa alam ketika anak tersebut berada di sekolah?. Jawabannya adalah tidak ada sinkronisasi yang berarti saat anak tersebut masuk lingkungan sekolah. Uang jajan tidak berarti dihabiskan untuk jajan karena lelah dimarahi oleh gurunya. Atau uang jajan raib, masuk kelas hanya 2 jam pelajaran sisanya melihat burung di pasar alias mbolos sekolah. 

Pendidikan formal di sekolah bertujuan membentuk manusia yang mempunyai kemampuan pengetahuan, kemampuan mematangkan sikap dan kemampuan kreatifitas atau kecakapan hidup (life skill). Bentuk nyatanya adalah anak sekolah akan memiliki wawasan kelimuan yang homogen, memiliki sikap yang berbeda dengan anak jalanan, mempunyai kecakapan hidup yang beragam sesuai kemampuan diri masing-masing. Intinya pola fikir akan berbeda saat berinteraksi dengan warna lain dari lingkungannya. 

Warna yang dimunculkan disini adalah bagaimana pendidikan yang ditanamkan orangtua bersinergi atau searah dengan wahana yang diatur oleh aturan sekolah. Bagaimana pola asuh sekolah mampu merubah kebiasaan anak di luar jam sekolah (rumah atau lingkungan) menjadi terarah dan terstruktur seperti di sekolah. Anak mempunyai agenda kehidupan dalam aktifitas waktu yang dijalani bukan hanya sekedar pulang sekolah mengerjakan PR dari sekolah dan sesudahnya istirahat atau tidur. Ini yang perlu penulis garis bawahi, bahwa nilai intrinsik yang tertanam pada diri peserta didik di sekolah mampu menjadi super ego yang menanamkan wawasan berbeda dari gaya hidup mereka di luar sekolah. Bagaimana karakter guru bisa masuk dalam benak si anak muncul sebagai wacana untuk perubahan sikap untuk semakin pandai dalam kecakapan hidup. 
Jawabnya adalah naluri. Naluri setiap orangtua yang tahu akan karakter dan kebutuhan si anak dalam kehidupannya di luar rumah (sekolah atau lingkungan). Naluri setiap sekolah yang bisa menjembatani komunikasi antara guru dan orangtua secara stagnase. Bertahap dengan sistem umpan balik yang masuk akal dan mudah dipahami oleh siswa dan orangtua. Siswa yang nakal dan susah sekolah hendaknya dihadapkan dengan satu pilihan pasti yaitu mau sekolah atau mau tidur di rumah tanpa baju seragam, tetapi dengan pendekatan verbal orangtua, guru dan siswa. Diberikan harapan bahwa hidup tidak hanya sekejap mata namun hidup juga penuh perjuangan dan waktu muda adalah gambaran saat tuanya kelak. Bagaimana memahami anak yang patuh di depan gurunya sementara dibelakangnya mengangkat jari tengahnya alias "fuck u" apa selalu dihukum atau bagaimana dan sebagainya. Bagaimana memberikan masukan yang tepat anak usia dini/TK dengan anak yang lebih dewasa (SD/SLTA) ke orangtuanya yang lebih harmonis. Sementara orangtua diberikan masukan jelas bahwa anak tidak hanya butuh uang jajan, uang sekolah atau bahkan istilah yang ngetrend dari nenek moyang dulu, "sekolah mur nggo buang bodho". Tetapi si anak di sekolah adalah butuh pembelajaran formal untuk wawasan di masyarakat kelak, sambil mencari keberuntungan hidup selanjutnya dengan bekal kecakapan hidup dari semangat ketika bersekolah. Hingga gambaran guru dan orangtua yang biasanya selalu bentrok masalah nilai dan sikap dari peserta didik atau anak akan kembali kepada si anak sampai dimana anak sudah makan genting sekolah dan genting rumahnya. Ataukah guru dan orangtua sudah kenyang dengan genting-genting mereka hingga tertidur pulas.
Kembalikan jatidiri sekolah, orangtua dan masyarakat sebagai nuansa yang akan membentuk karakter anak yang lebih baik dari orangtuanya. Bukan membentuk atau mewariskan karakter orangtua kepada anak-anaknya dengan copy paste jasad dan wajah, tapi nilai jual anak kedepan menjalani masa depannya sendiri dan tetap membawa nama baik orang tua tentunya. Kita hanya berharap namun juga tetap semangat dalam hubungan tersebut, bahwa semua akan menjadi indah manakala seorang pengajar menanamkan komunikasi yang tepat ke orangtua, semua akan berjalan baik manakala orangtua tidak membela anaknya ketika tidak masuk sekolah, semua akan menjadi lebih kondusif saat lingkungan memberikan harapan kepada anak-anak muda untuk memberikan kesempatan kepada yang muda untuk tampil menjadi figur yang lain dari generasi di atasnya. Dan semua akan manusiawi apabila unsur tersebut mampu berjalan sesuai aturannya apabila banyak kesadaran di sekitar kita.
Wallahu'alam Bishowwab.
penulis,
Chie Zhoen

 
back to top