Monday, August 27, 2012

Istighfar sebelum mengucap syukur


Mimpi seringkali menghanyutkan apalagi kenyataan bahkan jauh dari sebuah hayalan ataupun mimpi yang tak terfikirkan. Mimpi sebuah ilusi yang sangat membahagiakan, tak terduga dan penuh dengan keadaan yang mengejutkan. Walaupun mimpi jatuh ke jurang yang dalam ataupun bertemu binatang buas ataupun bertemu syetan sekalipun ada perasaan yang sangat menakutkan tapi juga membahagiakan. Mimpi terjelek, tersadar dari mimpi akan sangat bahagia karena lepas dari kenyataan yang sebenarnya. Mimpi yang sangat indah, tersadar dari mimpi akan juga sangat bahagia walaupun beda dengan kenyataannya. Itulah gambaran antara rasa syukur dan istighfar. Sebuah sebab akibat yang akan menemani manusia dalam suka dan duka hidup dalam dunia.

Yang penulis garisbawahi adalah sebuah latar dari istighfar yang selalu akan menemani setiap manusia mengalami keadaan dalam rutinitasnya menjalani kehidupan. Tolak ukur manusia yang mencapai derajat mutaqin adalah sebuah jiwa manusia yang lepas dari unsur yang memabukkan. Mabuk dengan harta benda, mabuk dengan jabatan, mabuk dengan kemulyaan, mabuk dengan kecerdasan, mabuk dengan ilmu yang tinggi, mabuk dengan semua yang berbau mistis alias kesombongan. Mabuk dengan menilai orang lain lebih rendah dengan dirinya tanpa menoleh Allah SWT yang memberi sebuah penilaian lain terhadap hambaNya. Sebuah contoh; seorang Islam menjadi Imam sholat terhadap beberapa jamaah lainnya, imam tersebut orang yang masih muda kurang faseh dalam membaca Al-Qur'an apalagi berjenggot tak terfikirkan sedikitpun memanjangkan jenggotnya. Dia ikhlas dengan sholatnya dengan membawa jamaahnya menghadap Allah SWT serta merta niat dengan baik. Sementara nun jauh disana, dipojok tempat wudlu datanglah seorang Alim membasuh muka hingga sampai ke seluruh kakinya dengan khusuk berwudlu. Sampailah dia dibarisan makmum, bersegera dia mengangkat tangannya, namun dia bimbang dan ragu melihat dan mendengar apa yang dilakukan sang Imam sambil gusar dia bergumam, "Imam masih muda, bacaannya kurang benar dan faseh. Bagaimana dia memimpin sholat, aku yang lebih baik kenapa harus makmum ke dia." Bisiknya dalam hati yang sedikit keluar lewat gerakan bibir. Sambil gusar dia mengangkat tangannya.. Padahal di mata Allah SWT beda, kalau di mata Allah seorang imam yang  masih muda, jelek bacaan qur'annya bahkan banyak salahnya namun hatinya siap bertemu denganNya, insyaallah ridlo Allah akan sampai ke hamba yang yakin dan tidak takabur ataupun sombong hatinya.

Inilah contoh kecil setiap upaya manusia yang baik sekalipun tidak akan lepas dari sebuah keraguan dan kesalahan yang ujung dan pangkalnya akan menyisakan amaliah bolong yaitu menyisakan sebuah dosa dan kesombongan. Sehingga dia lupa akan mengucapkan "astaghfirullahaladzim". Yang banyak dijumpai adalah kata "alhamdulillahirobbil 'alamin" hambar tanpa rasa syukur yang lebih dalam masuk ke sanubari. Sebuah ilustrasi yang tidak pernah terfikirkan bahwa kita seorang insan yang penuh salah dan lupa. Bahwa apa yang kita miliki haruslah imbang dengan ucapan lisan dan hati yang selalu dzikrullah (ingat) untuk selalu berucap istighfar dalam setiap persendian kita. 

Jabatan mutaqin akan cepat sekali luntur walaupun telah bertatap muka dan mengucapkan minal aidin wal faizin. Tanpa disadari akan menguap ibarat air terkena panas teriknya matahari hilang tanpa bekas sehingga menyisakan kembali jabatan mukmin lemah ketaqwaan ataupun nilai taqwa luntur menyisakan kembali kotoran-kotoran hati lambat dan merayap seperti macet dalam suasana mudik alias pulang kampung.
Jualan es dalam terik matahari akan sangat menyejukkan, namun menikmati es dalam suasana dingin dan hujan lebat adalah sebuah kenyataan yang tidak membahagiakan alias kurang nyaman. Sama hal berucap satu dua patah kata akan menyisakan doa dan pahala dibanding dengan ocehan dan omongan panjang lebar yang akan menyisakan dosa dan kesalahan sedikit demi sedikit, menghasilkan penyakit hati dan menyisakan penyakit bagi yang mendengarnya. Berlebihan dalam bertuturkata menipiskan nurani mempertebal kesombongan dan kemunafikan. Jargon hidup 'air beriak tanda tak dalam', atau 'tong kosong berbunyi nyaring', akan sangat menyiksa manakala hati sendiri sakit tanpa disadari hingga muncul penyakit-penyakit hati yang menyedihkan mengikis amaliah yang baik dan menghabiskan sisa pahala yang sudah ditabung. Semua arah pembicaraan penuh dengan kenyataan yang harus diungkapkan, namun justru seringkali kenyataan yang diungkapkan terlebih kenyataan jelak selalu diputar seperti menikmati permen dalam mulut, lempar sana lempar sini seolah tidak ada kata indah dan baik terdengar. Dan justru tidak pernah dicari kenapa hal tersebut bisa terjadi? Inilah sebuah gambaran manusia yang haus akan kasih sayang Allah SWT setiapkali diberikan kenikmatan, dan hanya kata syukur yang selalu diucapkan sebelum ber_istighfar. 
Semoga kita selalu jeli dalam menjaga amal-amal kita yang terbaik karena akan sangat berharga besok saat kita menghadap Allah SWT. Besar harapan kita menjadi insan yang sukses, bahagia dan tentram hidupnya dalam glamournya dunia. Namun alangkah selamat dan sejahtera kita manakala semua harapan yang sudah diraih di dunia akan jauh lebih dihargai dimata Allah dengan balasan-balasan berlipat gunung di akherat kelak.
Wallahu'alam Bishowwab.
penulis,
Chie Zhoen

No comments:

Post a Comment

 
back to top