Wednesday, August 29, 2012

Maling teriak maling

Manusia sudah semakin canggih, semua bisa dihalalkan dari makanan sampai harga diri. Manusia sudah semakin pintar bermain sinetron, dari sinetron percintaan sampai sinetron laga alias cari muka dan adu domba. Kenapa ini bisa terjadi? Jawabnya adalah kurang rasa syukur, syukur yang bagaimana? Syukur yang bisa merubah akhlak/watak ke arah yang lebih nalar/baik. Setiap manusia pada jaman ini sudah banyak yang berpendidikan tinggi bahkan setinggi langit ilmunya susah ditiru dan di copy paste. Semua banyak yang bermain game, dari play station sampai game pada level yang tinggi yaitu berpolitik ria bermain di air keruh dan menumpuk harta di air susu. Semua ingin menjadi publik figur dan terkenal, up to date dari informasi internet sampai perkembangan tetangga yang kurang baik, semua ingin dijamah bahkan hak milik orang lainpun ikut dijamah dan yang lebih fatal lagi adalah menjamah harga diri saudara, teman kerabat bahkan sahabat sendiri. Inilah lunturnya sebuah peradaban karena gengsi dan nilai krusial yang semua berujungpangkal kesenangan dan kepuasan. Kesenangan diri sendiri atas semua keinginan yang ada. Kepuasan diri sendiri yang lupa akan mulut dan perut teman sendiri.

Manusia hidup tinggal menerima ketentuan Allah SWT. Entah kapan Dia akan memberikan batas waktu akan hidupnya di dunia. Setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dst_nya Allah akan merampas kembali jatah hidupnya di dunia dan tidak bisa ditawar siapapun. Kalau kesadaran ini bisa dipupuk oleh semua penduduk bumi, insyaallah tidak ada manusia yang merasa dirinya unggul di depan orang lain. Tidak ada manusia yang merasa dirinya paling cerdas, paling tinggi ilmunya, paling alim, paling kaya, paling berkuasa dan paling segalanya. Inilah faktor kesadaran yang tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Sebuah pilihan hidup yang memang harus di jalani oleh masing-masing dari mereka, pilihan yang akan membawa kemana arah hidupnya setelahnya atau setelah berkalang tanah. Pilihan manusia yang akan memberikan ekses yang berbeda satu sama lain. Manusia yang bergelimang harta tentunya akan lebih memilih jiwa yang tenang walaupun banyak keinginan yang akan merubah watak dan perangai menjadi jiwa yang tidak tenang alias takabur dan sombong. Manusia yang lemah dan miskin selalu menyalahkan Allah SWT tidak adil atas semua keinginan hatinya. Dan seterusnya.
Maka janganlah jadi 'maling teriak maling'. Berbicara kanan padahal hati dan bathinnya kiri, ibarat berpolitik sekarang A besok menjadi B. Hanya kerugian yang akan diperoleh, kerugian sekarang yaitu mereka tidak akan berkah terhadap ilmu dan hartanya, Selalu merasa was-was dan tidak jujur serta pengecut. Imbasnya adalah lunturnya daya keimanan secara perlahan, hingga munculnya sifat ujub, riya, iri dan dengki atau penyakit-penyakit hati yang lain dan parah. Kerugian masa depan yaitu rugi amal yang keropos, tumpukkan amaliah yang baik selama hayat dikandung badan akan hangus dicabut Allah SWT entah sodaqoh ataupun amaliah non mahdhoh lainnya. Kerugian yang akan membawa timbangan amal yang tidak di timbang karena tumpukkan gunung amaliahnya di dunia menguap dan bocor diterpa angin. Hingga cuma kelihatan dosa yang menumpuk pada timbangan sebelahnya. Inilah bentuk pilihan hidup manusia yang tidak mendapatkan hidayah dari Rabb. Tidak dapat petunjuk ke jalan yang lurus, bahkan boro-boro jalan yang lurus malah jalan tidak terlihat gelap tertutup awan dan pekatnya malam hanya kunang-kunang yang berbau anyir menyengat dan sinarannya yang menyilaukan mata bisa diterima mata.
Mau kapan lagi kita menjadi pribadi yang santun, santun dan mengasihani fisik dan jasad serta hati sendiri untuk keselamatan yang dijanjikan Allah tidak dari sekarang atau mau menunggu jasad bermain congklak di alam kubur?. Jawabnya marilah berteriak lantang bukan berteriak maling-maling ke telinga orang lain. Berteriak dengan sopan bibir dan hatinya bukan tangan bermain api menjarah hak milik orang lain ataupun mulutnya merampas kebebasan orang lain. Jadilah pribadi yang sama antara bibir dan hatinya, bukan probadi yang error karena kelemahan sendiri tidak bisa di atasi dan menjadikan orang lain kambing hitam.
Semoga jalan hidup manusia yaitu kita dan orang lain menjadi pribadi yang sholeh, sholeh dan santun tidak berkacak pinggang di atas penderitaan orang lain demi menutupi kelemahan sendiri. Naudzubillah.
Saaltuka Ya Ghaffar 'Afwan Wa Taubatan Wa Bil Qahri Ya Qahhar Khuz Man Tahayyala
Wallahu'alam Bishowwab.

penulis,
Chie Zhoen (Muhshonu Rohman, ST)

No comments:

Post a Comment

 
back to top