Monday, August 13, 2012

Plesetan Lebaran

Paiman : "Mun, wes gole puasa kaeh ana takbir kowh..!!"
Paimun : "Gari nganah kowh rika seng arep mbakar entog mbok wes kebelet arep nyakot pu2.."
Paimin  : "Aku seh manut jragane, jragane seng aweh duit THRan, soale kabeh mau ya weteng judule?.. Priben mumet2 temen. Durung karuan ulih Lailatur qodar malah dadi kedeer ra karuan.."
Paiman : "Aja padha mbajug padha karo Gusti Allah kueh mbok hora uman badha ngesuk..jiand!!"
Paimun : "Mbajug seh hora lik,  lah wong cilik bisa ngapa sega mateng keprok, jangan mateng surak, koleke mateng ya mak cess campur es.."
Paimin : "Aku arep wudlulah mbok kesambet anu mandan ora ilok gole ngomong, seng guru agamane be ora mumet malah gawe rukun dewek, puasa 37 dina alias tambah puasa sawalan mangsude kueh.. Aring pasar manuk baelah nggolet manuuuk...!!??" Badaa liiik, seng penting nabuh mercon wkwkwk...


Begitulah kisah sebuah kedamaian hidup. Seperti semilir angin di pingin pantai damai menyejukkan. Ibarat hembusan angin spoi di tengah ladang ilalang. Ingat kisah para syuhada selepas Nabi wafat. Hampir sebagian umat dilanda kemurtadzan oleh tipu daya syetan. Umat hilang kendali seolah anggapan mereka bahwa Muhammad adalah seorang Tuhan yang tidak bisa mati. Hati mereka gusar, lidah yang telah terkena sambaran kalimah Syahadat musnah terkena besetan pedang berbau mistis. Kenapa nabi bisa mati, apakah benar dia seorang nabi. Dan singkat cerita hampir merajalela kemurtadzan di seantero Mekkah. Hingga muncullah nabi-nabi palsu yang mengikrarkan bahwa mereka adalah nabi penerus Muhammad.

Kiranya kisah sebuah perjuangan hamba manusia yang bernama nabi mengingatkan kita akan pentingnya sebuah ukhuwwah yang murni. Sebuah ukhuwwah yang tidak pernah dilandasi oleh sebuah batasan. Batasan antara miskin dan kaya, batasan antara budak dan majikan, batasan antara langit dan bumi, batasan antara hitam dan putih. Di mata Allah SWT kita hamyalah hamba yang dhaif yang harus selalu bersabar dalam menerima cobaan namun juga harus tetap bersyukur di antaranya. Ada hal yang bisa di nalar oleh manusia, tapi jelas ada hal yang tidak bisa di nalar oleh akal fikir manusia itu sendiri yaitu Dhienul Islam. Saudara sebangsa dan setanah air. Sebuah nilai hidup apapun bentuknya akan berakar dari pencarian sebuah makna hidup. Sebagaimana turunnya wahyu  Al-Qur'an sudah di ukur seberapa kuat umat Islam mampu menerjemahkan isi kandungannya untuk tuntunan dan pedoman hidup di dunia dan akherat.
Syukur adalah jawaban itu semua, syukur telah diberi kebenaran agama yaitu Islam, syukur telah menemani keluarga dalam indahnya ramadhan, syukur akan menjelang aidil fitroh, syukur telah datang rezki yang melimpah ruah. Teringat petuah Almukarom berpesan dalam tausiahnya, ada lima kebahagiaan hidup manusia di dunia, pertama, dikaruniai anak, kedua dikaruniai anak dan anak tersebut mirip dengan dia, ketiga, mempunyai tempat tinggal alias rumah, keempat, mempunyai pekarangan yang luas, kelima, mempunyai kendaraan. Syukur adalah manifestasi bentuk manusia yang beriman, ditambah lagi akan meninggalkan bulan ramadhan tentunya tambah lagi predikatnya yaitu mukmin yang bertaqwa. Sebuah jabatan yang susah disandarkan dalam tubuh dan gampang raib hanya terkena debu yang berterbangan. Indahnya bersyukur akan menambah gaya hidup taqwa selalu bertahta dan enggan lepas dari tubuh dan hati. Syukur dan bersegera masuk ramadhan dan bersyukur untuk bersegera memasuki bulan kemenangan dan perjuangan yang sesungguhnya. Semoga Allah SWT menambah rasa syukur setiap dari kita hingga bertambah lagi nikmat yang akan disandang dalam jangkauan yang lebih luas yaitu akherat.
Kapan kita akan sabar menghadapi tuntunan Islam. Sesabar kita menunggu datangnya bedug maghrib saat puasa. Seolah darah telah mengering, lidah telah lengket dengan mulut dan kedua kaki lemah tak berdaya. Tersiram tetesan air sirna menjadi sebuah kenikmatan yang luar biasa yaitu indahnya kenikmatan surga dalam rasa syukur. Illahi anta maksudi waridoka matlubi a'tini mahabbataka wamakrifatak.
Wallahu'alam Bishhowab.
Penulis
Chie Zhoen

No comments:

Post a Comment

 
back to top