Sunday, December 16, 2012

Hakekat Indera Keenam Manusia

Mendengarkan musik larut dalam dawai hidup, itulah gambaran setiap manusia dalam keseharian dari masa demi masa. Banyak hal yang dapat dilukiskan tentang kisah setiap anak manusia yang dilahirkan oleh penciptanya. Mengapa dan bagaimana manusia diciptakan tentunya sudah menjadi tahapan takdir yang melekat dan patut untuk selalu disyukuri. Alangkah indah hidup ini bila setiap dari manusia mau merasa menjadi insan yang penuh kesadaran dalam bersyukur, ini adalah sebuah kata yang mudah dituliskan atau diungkapkan namun sangat susah di praktekan dalam tutur kata dan tingkah laku. Semua manusia lahir terus menjalani hidup dan terakhir adalah maut. Dalam tangan Allah SWT detik dan hari telah ditentukan bagaimana setiap manusia akan menjalani takdirnya dalam dunia dan akherat. Beruntunglah diciptakan menjadi manusia, bisa dibayangkan tidak bisa dirasakan apabila kita semua terlahir jadi sebuah makkluk hidup tanpa punya pikiran hanya punya otak tapi tidak bisa berfikir seperti makhluk lain contohnya hewan dan tumbuhan. Bagaimana mereka bisa merasakan keadaan sedih, senang dan lainnya. Mungkin kalau kita mengerti bahasa mereka bisa menyatakan kalau mereka punya hati dan perasaan, namun sayangnya kita tidak bisa mendengarkan itu semua.

Konsep hidup akan terlahir bagi manusia yang mau mengerti akan sebuah penderitaan, bagaimana manusia satu sama lain bisa saling mengenal tentunya karena bertemu, bila mereka bisa mempunyai empati tentunya karena mereka saling bertutur kata dan saling mengerti dan apabila mereka bisa menyatukan hati karena mereka tahu akan komunikasi dengan khalikNya yaitu Allah SWT. Apakah itu semua akan bisa mencukupi kalau mereka bisa saling membutuhkan? jawabnya adalah setiap orang saling bisa membutuhkan dan dibutuhkan namun apabila pada diri mereka bisa mencerna akan sebuah penderitaan sesamanya. Tapi yang banyak disaksikan di manapun dalam pergaulan dan masyarakat sekitar dan sekelilingnya, bagaimana hidup mereka dikejar oleh budaya yang kurang bisa membiasakan saling tukar fikiran dan melengkapi. Yang sering terjadi di lapangan atau komunitas adalah hanya berbagi kepentingan dan bisnis selebihnya adalah nilai spiritual sangat kecil bisa dicerna dan melahirkan tingkahlaku yang memanusiakan sesamanya. Bagaimana teman suka mengecek temannya, rekan menjatuhkan rekan kerjanya, tetangga setiap hari menggunjing tetangganya, saudara setiap kali menyakiti saudaranya dan sebagainya.
Ada 5 (lima) indera kita yang sudah disiapkan oleh Allah SWT untuk menemani hari-hari hidupnya di bumi. Indera penglihatan, dimana dengan indera ini manusia bisa melihat. Indera pendengaran, dengan indera ini kita bisa mendengar suara apapun, Indera penciuman, dengan indera ini manusia bisa merasakan segala macam bau. Indera pengecap rasa, diberikan untuk menikmati sebuah kenikmatan yang masuk dalam tubuh. Indera peraba, dengan indera tersebut kita semua bisa merasakan sakit yang mengenai tubuh kita. Ada 1 (satu) indera lagi yaitu indera ke-6 manusia, apakah bentuk indera tersebut. Inilah sebuah rahasia Allah SWT yang setiap dari manusia yang lahir sampai ajal menjemput tidak bisa menerjemahkannya secara batiniah atau spiritual.
Indera ke enam adalah Islam. Bagaimana Islam memberikan persepsi hdup yang utuh dari lahir, hidup, mati dan alam akherat. Dengan indera ini manusia bisa melihat wajah manusia lain dibalik topeng apakah manusia tersebut baik atau culas; dengan indera ini manusia bisa mendengar suara hati manusia lain diselilingnya; dengan indera ini manusia bisa mencium harum semerbak bunga mawar walaupun letaknya di surga. Dengan indera ini manusia bisa meraba tubuh kita sendiri dan membersihkan dari kotoran badan serta kotoran hati terlebih kita bisa meraba orang lain dengan jiwa empati bagi sesama manusia dan makhluk hidup di sekelilingnya. Dengan indera ini manusia manusia bisa merasakan nikmatnya minum secangkir kopi surga minum keringat jerih payah kita menjadi manusia. Alangkah indahnya apabila setiap dari penduduk bumi bisa merasakan Panca + Indera ke-6 kita dengan sebaik-baiknya. Bila hidayah ini bisa dinikmati insyaallah surga adalah tempat kembali sebagai manusia baru di akherat yaitu Manusia Surga (fi ahsani taqwim). Bagaimana manusia yang salah satu indera kelimanya tidak bisa dirasakan? jawabnya mungkin bisa jadi indera keenamnya telah rapuh. Semoga kisah hidup kita yang penuh liku-liku akan menjadikan diri kita kuat menjadi itu semua. Beruntunglah hidup di dunia apabila sudah memiliki indera keenam sebagai kesempurnaan jasad manusia dan bersabarlah bila belum memiliki hidayah mendapatkan indera tersebut dengan terus membaca dengan hati dan berfikir dengan jiwa tentang hidup ini.
Kembalilah manusia menjadi insan yang tawakal sepanjang perjalanan hidup dan sampai ajal menjemput karena hanya Allahlah tempat meminta pertolongan dan hanya Allah SWT tempat kita akan kembali. Apa yang sudah diterima dan yang akan diambil kapanpun adalah hakNya. Sehingga nilai ikhlas akan bersamaan dengan indera keenam kita menjalani hidup ini.
laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu minalzhaalimiin

penulis
Muhshonu Rohman, ST

Saturday, December 8, 2012

Belajar Hidup

Seperti diterpa angin malam yang dingin sejenak hembusan nafas indah dan sesak. Indah bila hari demi hari kurang bisa menikmati aktifitas, sesak dada bila harus meluruskan aktifitas dan menghentikannya. Sejenak kembali alam bawah sadar ingin meraih dan protes karena ketidakadilan. Marah dan sangat kecewa. Nilai mentalitas sengaja diletakkan demi nama baik semua. Sebuah penalaran arif menjadi bahan renungan dalam hitungan detik, bahwa Allah SWT masih berada di dekat tubuh ini. Bila semua tidak bisa mendengarkan dan membenarkan masih ada iman di dada yang memang dipasang kuat olehNya.. Amien. Sebetulnya semua rancangan sudah bisa ditebak di depan mata. Siapa yang ber-orasi ataupun siapa yang bermain sudah terpampang di mata, namun semua adalah satu tubuh. Bila sakit tangannya pastilah anggota tubuh yang lain ikut merasakan. Yang terfikir terakhir suatu saat hal ini akan terbalaskan dan akan selalu siap terbalaskan ibarat bom waktu yang bisa meledak entah besok atau lusa. Mundur bukanlah kalah dari perang namun upaya untuk membenahi diri menjadi pribadi yang lebih kuat, kuat menjadi manusia lemah dan kuat menjadi manusia baru. Dalam benak hidup hanya satu kali selebihnya pastilah ruang dalam kubur dan rumah di akherat kelak. Semua manusia tidak bisa membalikkan putaran jam tapi setiap manusia akan mampu mencari upaya perbaikan untuk menumbuhkan semangat baru dalam dentangan lonceng tiap jamnya.

Api yang telah dikobarkan tidak akan pernah padam sampai kapanpun. Waktupun tidak akan pernah mampu menembusnya karena semua sudah ditawarkan dengan damai dan manusiawi namun tolak ukur egolah yang membuat hati ini berubah fikiran bahwa saudara akan menjadi darah seperti kisah anak Adam bahwa darah tertumpah dalam bumi pada kematian pertama di dunia. Setiap saat ujung keris akan menerobos masuk sampai menemui jantung entah esok atau lusa. Dalam mimpi, dalam kenyataan dan dalam titik keseharian hidup ini akan membayangi tanpa pernah menyerah sampai ajal menerpa. Inilah pilihan hidup yang harus dijalani karena sebuah nilai silaturahim sudah tidak bisa diluruskan ibarat pedang Umar siap menembus dan meluruskan garis yang bengkok. Kematian adalah sebuah warna yang susah ditebak sehingga banyak orang enggan memberi hati nuraninya demi kemaslahatan. 
Dan kematian tidak pernah membuat manusia berfikir bahwa mati adalah gambaran kepedihan tiada tara. Dengan kematian kita tidak bisa membeli keindahan dunia, dengan kematian keluarga tidak bisa lagi berkumpul, dengan kematian tidaklah ada harapan yang tertuang jadi kenyataan. Kalau berfikir itu semua, kenapa kita selalu mempersulit orang lain dan menganiayanya. Apakah kita akan kekal di dunia dengan segudang kemewahan dan kefanaan jabatan dan seabreg emblem di tubuh.. Musrik dan takabur adalah jawaban bila kita lebih baik dari orang lain. Bid'ah yang sesungguhnya kalau kita lebih unggul dari orang lain dan melupakan teman, saudara dan orang-orang terdekat yang justru membela eksistensi orang lain daripada diri pribadi. Inilah mengapa alasan darah yang sudah tertumpah tidak akan bisa ditampung lagi. Sakit akan menyusul dan menyamai sakit dalam hitungan waktu dalam istilah 'Belajar Hidup'
Semoga Allah SWT memberikan ampunan pada hamba ini yang lemah dalam balutan jalan yang menyempit, semoga jalan yang lebih lapang bisa meredam hembusan pedang yang setiap saat terhunus siap diluncurkan. Langit memerah beranjak membawa awan berlari dan kerarak seperti laju asap kereta membumbung tinggi kian menepi dan muncul lagi di belakangnya. Hingga senja yang indah kembali akan menerima sinar rembulan ikut menemani dunia dan manusia. Malam bergetar menerima erengan dan rengkuhan hamba yang dhoif. Malam adalah saksi kenapa manusia bisa menangis, malam adalah teman indah kenapa manusia bisa tersenyum dan malam adalah sahabat terbaik kenapa manusia sekarang hanya bisa terdiam tanpa sepatah kata, membisu penuh bara api. Mimpi beranjak naik kembali menjadi sinar terang subuh.. Fajar merekah ibarat sekuntum bunga wijaya kusuma merona putih semerbak harum indah dan anggun. Mulailah badan terkena sengatan mentari pagi muncul kembali semangat yang sudah lelah. Entah sampai kapan akan berakhir menjadi semangat beda menjadi manusia baru.. Bisa iya atau tidak.

Belajar hidup hanyalah istilah dari ucapan seseorang dan bukan tidak mungkin yang mengucapkan bahkan tidak pernah mau dan mampu belajar hidup untuk bisa menjadi manusia arif ataupun manusia baru..
Wallahu'alam Bishowwab


ya nabi salam alaika ya rasul salam alaika ya habib salam alaika sholawatullah alaika
penulis,
Muhshonu Rohman, ST

Sunday, November 25, 2012

Guru Semar

Angin linglung, bumine peteng gludug makantar-kantar..
Iku pertondo anane goro-goro.. .. AAaaaa..
Semar : Eeee.. Nolo Gareng, Petruk lan koe Bagong, mreneo koe kabeh..!!
Gareng  : Iyo mo..
Petruk   : Nggeh mo..
Bagong : Ana apa ramane semar..
Semar  : Kene tolee kabeh.. kumpul bareng njagong silo madep mantep ngrungokno pituturku..!!

Kisah yang sering dilakoni oleh pencipta wayang yaitu para wali pembawa syareat Islam masuk ke tanah Jawa. Saat itu masih mudah mengumpulkan manusia untuk menjadi insan yang mampu menemukan arti hidup dalam dunia ini. Banyak orang bodoh namun banyak sekali orang yang mudah menjadi Islam karena keyakinannya sepenuh hati. Mudah bertobat dan mendengarkan kata-kata bijak dan kebenaran. Suka melakukan perubahan setelah mendapat contoh langsung baik dan buruk. Jaman yang sangat masih perawan dengan hiruk pikuknya internet dan kapal terbang. Manusia yang hanya makan dari hasil bumi dan sangat sederhana. Namun, kala itu dalam dada mereka sangat mudah mendapat pencerahan tentang Dhien Islam. Kisah wayang yang merubah tatanan Hindu menjadi Islam dengan tahapan yang penuh kemanfaatan. Sebuah peradaban yang berbeda dari jaman sekarang walaupun serba sederhana. Bagaimana dengan sekarang? Bila ditinjau sejarah memang sudah jauh berbeda dan sudah sangat pesat perkembangannnya. Kita lihat di sepanjang pesisir Jawa Timur dari Tuban sampai Surabaya nuansa Islam warisan para Wali masih kentara menjadi pilar perkembangan masyarakat Islam secara majemuk namun masih tetap guyub. Sebuah wacana yang perlu di acungkan jempol dimana umat yang besar adalah penuh dengan persatuan bukannya semakin besar semakin pecah.

Lakon sejarah Islam menggambarkan bagaimana manusia menemukan Tuhannya lewat pembelajaran. Sebuah teka-teki yang menunjukkan bagaimana sebenarnya hidup di dunia. Apa yang kita cari?. Setelah kita menjadi pandai apa yang kita raih?, pasti pada umunya kekayaan dan limpahan berkah sepanjang hayat di kandung badan bahkan sampai 7 turunan ke depan. Namun banyak sekali persepsi yang salah tentang mencari ilmu, salah satunya istilah yang bernama 'Sekolah'. Sekolah istilah orang jawa 'kur nggo mbuang bodho'. Memang ada benarnya bagaimana sekolah hanya untuk membebaskan dari istilah buta aksara dan angka. Setlah tahu kita jelas akan mencari penghidupan dengan bekerja. Nah, dalam memperoleh pekerjaan di jaman sekarang idealnya dengan berbekal sebuah ijasah. Fatalnya terakhir adalah ijasah tak mempan karena sudah terkena takdir. Takdirnya kaya jadi orang kaya, takdirnya jadi pejabat jadilah pejabat. Bagaimana konsep ilmu dalam pembelajaran di sekolah?
Rujukannya adalah sebuah sistem yang mengatur metode untuk kematangan di dalam lingkungan sekitar dan kesempatan dalam berkembang di lingkungan masyarakat yaitu dengan melampaui serangkaian pembelajaran terstruktur sesuai bentuk kematangan pada taraf aspek kognisi, afeksi dan psikomotorik. Akankah semuanya butuh bantuan? Jelas. Muncullah disiplin ilmu pada spesialisasi yang memberi jabatan pada seseorang yaitu GURU.
Guru Semar adalah gambaran Lukman memberikan wejangan kepada anak-anaknya untuk meneruskan akhlak nabi yaitu Iqro'. Nasehat Lukman pada anak-anak adalah wujud nyata kesempatan Allah bagi hamba-hambanya yang ingat akan negeri akherat. Bagimana Lukman mengajarkan agar jangan mempersekutukan Allah SWT, mengajarkan tentang adab kepada kedua orangtua, mengajarkan tentang tanggungjawab hidup, mengajarkan untuk selalu mendirikan sholat dan mendekatkan amal baik menjauhi kemungkaran dan selalu mencari kesabaran, mengajarkan akhlakul karimah (menghindari kesombongan), mengajarkan tentang sikap (attitude). Begitulah garis hidup manusia dalam balutan Dhien Islam sebuah penalaran yang punya bukti nyata akan tuntunan hidup lewat pembelajaran. Muncullah nuansa pembelajaran dalam jaman modern sekarang ini yaitu sekolah, pondok pesantren, balai latihan dan sebagainya. Sebuah wujud dan upaya untuk menyelaraskan akan kemajuan dan peradaban. Hendaknya wejangan dan petuah yang sudah ada dan di firmankan (Al Qur'an) menjadi bahan renungan kembali untuk selalu utuh menjadi pribadi dan manusia yang hidup khususnya di jalan pendidikan. Adalah guru yang berarti digugu lan di tiru, wagu tur saru, nek minggu turu dan segunang plesetan lainnya dari jaman Oemar Bakri sampai jaman Ustadz Jefri. Ustadz adalah guru dalam gambaran Islam terhadap keluarga dan masyarakatnya, bagaimana menjadi ustadz yang baik bagi keluarga, ustadz yang baik terhadap santrinya, ustadz yang baik kepada masyarakat dan bangsanya. Semoga kita menjadi pribadi yang sabar dan qona'ah menerima semua masukan yang baik dan selalu menjadi pribadi yang arif.
Lain ladang lain belalang lain lubuk lain ikannya. Semua boleh mengartikan beda tentang apa yang namanya guru, ustadz, pendidik dan sebagainya. Namun intinya, setiap yang lahir menjadi pondasi hendaknya selalu bersikap arif dan bersahaja.
Wallahu'alam Bishowwab
robbana atina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah wakina 'adza bannar
penulis,
Muhshonu Rohman, ST

Friday, November 23, 2012

Menoreh di atas Luka

Pernakah anda bermimpi yang sama dalam waktu yang berbeda. Atau apakah pernah suatu hari menemukan sebuah mimpi yang sama persis di alami saat-saat mimpi yang lalu? Itulah gambar kehidupan manusia, ada kalanya setiap yang hidup akan merasakan sebuah perubahan hidup, bahkan hidup terasa mati, atau mati ibaratnya hidup. Sekarang hujan besok panas, sekarang senang besok menangis. Itulah riwayat hidup dan perjalanan hidup umat manusia di bumi. Yang lebih menyakitkan lagi bila manusia masih tinggal di bumi namun sudah tertimbun di tanah. Apa yang bisa mereka rasakan jelas tidak ada sama sekali. Bermimpipun tidak bangunpun jelas tidak akan bisa. Apa yang mereka fikirkan tentang diri mereka? Jelas tidak bisa memikirkan sesuatu tentangnya, yang ada adalah suasana yang entah apa yang dialami tidak bisa di rasa dan tidak akan bisa diungkapkan. Alam bawah sadar adalah ibarat alam kubur yang tidak bisa di fikirkan oleh akal yang naluri kita.

Mengantuk dan tidur sudah jadi tradisi, bangun dan bekerja sudah jadi kebiasaan. Namun tersenyum dan menangis jarang sekali menjadi bahan perenungan. Kenapa bisa tersenyum dan kenapa kita bisa menangis. Andaikan sebuah jiwa sudah sampai taraf kesatuan titik apa yang menjadi kegalauan hidup bukanlah suatu hal luar biasa melainkan sebuah senyuman yang tertunda meraih kebahagiaan. Unsur yang lupa dan sering sekilas di jamah adalah pejaman mata. Bila dan saat kita memejamkan mata sejenak ataupun lebih lama akan terasa sebuah batasan antara hak dan bathil, sebuah renungan yang membawa alam bawah sadar kita mencari sebuah ketajaman fikir dan naluri. Ketajaman akan sebuah pola hati yang ingin menuju sebuah kebahagiaan, apalah itu tentunya akan kembali pada siapa yang memajamkan mata dan untuk apa mata kita ingin dipejamkan, setelah menangis ataukah mau tidur bahkan baru tertidur dari mimpi indah atau sebaliknya mimpi yang buruk. Naluri sebagai manusia yang ingin merambah dan mencapai sebuah taraf yang jauh dari jangkauan fikiran yaitu alam yang penuh intuisi dan khayalan. Berbicara dengan hati sendiri, tersenyum memandang jasad dan mata hati sendiri. Mencoba meraih bahagia dengan sekedipan mata kita.

Galau, sedih dan gundah tak ubahnya rasa senang dan gembira. Banyak fatamorgana di dalamnya. Bagaimana kita menajamkan hati tentunya akan terbentur dengan kuatnya pemahaman kita akan takdir dan Dhien Allah. Seberapa kuatkan batasan antara kepuasan dan keikhlasan. Kepuasan akan nilai yang melekat pada tubuh selama ini dan keikhlasan akan semua hal yang sudah pernah di raih sampai saat ini.
Banyak sudah luka di atas luka yang tumbuh datang dan pergi di alami oleh fisik dan hati kita. Bagaimana kita sendiri melukai perasaan kita dan bagaimana orang sekitar memperlakukan kita. Semuanya akan membentuk super ego kita menjadi seorang anak manusia yang tumbuh penuh dengan kedengkian, dendam dan airmata. Bagaimana kita selama hidup sampai saat ini sudah mengalami pahit getirnya keadaan hingga lupa akan jalan keluar dan pintu keluar. Saat luka tertoreh pada luka yang lama muncullah alibi yang salah akan berbagai hal di sekeliling kita, enggan bersahabat lupa menyapa. Hingga muncullah menoreh luka di atas luka terulang dan berulang kali mencapai titik kritis kekuatan ruh kita.
Andaikan kita adalah jiwa yang tawadlu' akankah semua hal yang sudah terjadi merupakan hal yang wajar?. Tentunya saat itu datang kita sudah punya bekal menjadi manusia baru yang siap melakukan perbedaan dan merubah segala kebiasaan untuk menjadi manusia biasa yang akan melahirkan hal yang luar biasa dalam perjalanan hidup kita. Maybe no or yes.

laa haula wala malja'a minallahi illa ilaihi

penulis,
chiezhoen

Tuesday, November 13, 2012

Format Pemimpin Masa Depan

Kata khalifah sebuah makna yang membuat semangat untuk menunjukkan iktikad baik supaya selalu berupaya menyembah kepada sang khalik yaitu Allah SWT. Manusia diberikan anugrah sedemikian besar jelas mempunyai maksud yang dalam, sebagaimana Dia menciptakan kodrat manusia lewat Adam As. Gambaran wujud manusia pertama yang dilahirkan penuh kesempurnaan dibandingkan makhluk yang lain. Upaya Allah menciptakan manusia adalah untuk keseimbangan alam semesta. Seimbang dalam sebab akibat dan seimbang untuk memenuhi fitroh bumi. Jalan hidup Adam As dan Siti Hawa sudah terencana Allah SWT, turunnya mereka menandakan adanya tonggak menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna sehingga perlu adanya uji coba yang bisa menunjukkan bentuk kesempurnaan setelah mengalami penderitaan di dalam alam fana yaitu bumi. Selanjutnya dengan akal, budi dan ilmunya manusia bisa meraih derajat muttaqin dan sempurna di mata Allah SWT. Apakah bisa tercapai selama hidup di dunia? Jawabnya bisa iya ataupun tidak.

Kembali kepada sebuah falsafah hidup. Ada siang ada malam, ada wanita ada pria. Ada syetan dan manusia. Sudah jadi takdir hidup manusia, kita semua penuh dengan dosa dikarenakan hati yang berjalan bersamaan dengan akal dan fikiran. Sementara ruh setelah di tiupkan di jasad pada kandungan seorang wanita, dia (ruh) tidak akan berdaya menerima bisikan siapapun termasuk hati dan fikirannya. Dengan bertambah pola fikir dan akal budi, setiap dari manusia yang terus beranjak naik dewasa mereka semua akan menemukan hidayahnya masing-masing sesuai dengan nilai hati. Bila ada suara merdu dia akan menirukannya, demikian pula bila ada suara keras dia akan mendengarkan dan juga apabila ada suara sumbang dan galau dia juga akan merasakannya. Jadinya manusia secara individu akan terbentuk oleh pola asuh orangtua dan sekitarnya. Bila orangtua menghendaki kafir, dia akan terintervensi menjadi kafir, jelas jalan menuju masa depan adalah suram tak bertuan.
Bila orangtua mengarahkan Dhien Islam, insyaallah anak yang dibesarkannya menemukan hidayah sedikit ataupun banyak dan akan jelas menemukan jalan yang akurat menuju surga Allah SWT. Bagaimankah menciptakan khalifat masa depan bumi dan akherat?. Tentunya kita akan berfikir sanggupkah raga, fikiran, hati, jiwa maupun harta kita mampu menciptakannya?. Yang mungkin bisa terjawab adalah insyaallah. Semua akan kembali kepada upaya untuk mewujudkan yaitu sebuah jalan menuju pemimpin masa depan yang membawa surga saat di dunia dan menaruh surga itu pada alam akherat secara harfiah. Apakah jalan tersebut masih panjang, apakah jalan itu mudah di lalui, apakah jalan tersebut memang ada?. Semua akan kembali pada kesadaran kita untuk selalu tepat memilih jalan Allah yaitu Dhien Islam secara terang-terangan dan haqqul yaqin beribadah secara istiqomah.
Sering kita mendengar istilah dalam masyarakat "sekolah kur nggo buang bodho". Sebuah peradaban yang semakin menurun dari tahun ke tahun setelah adalah Islam muncul. Setelah semakin pesatnya teknologi apakah semua itu sudah berubah? Yang ada adalah semakin masuk menjadi jaman jahiliyah kembali, dimana jaman akhir akan muncul menjadi sebuah kebinasaan umat dalam skala besar yaitu umat Islam besar penuh perpecahan dan akhirnya datanglah hari kiamat.
Kata pemimpin masa depan adalah jiwa khalifah atau pemimpin yang mampu memimpin banyak orang dan juga tetap mampu memimpin dirinya sendiri sepanjang jatah hidupnya bukan jatah waktu kepemimpinannya telah usai. Inilah sebuah format pemimpin masa depan yang susah dicari di jaman sekarang bahkan ibarat kata sudah punah di makan hiruk pikuknya penduduk bumi yang sarat dengan glamournya dollar.
Semoga apa yang kita inginkan akan sesuai dengan kenyataan. Diberikan jatah umur yang panjang untuk bertobat dan mengejar amal sholeh serta ibadah yang mabrur kepada Allah SWT. Idiomnya adalah menjadikan kita pemimpin bagi diri kita sendiri untuk keselamatan diri dan keluarga. Syukur menjadi pengayom bagi pribadi yang lain ataupun sekelilingnya. Besarnya menjadi suri tauladan yang baik di kalangan saudara, teman, sahabat ataupun handai taulan yang mengenal kita.
Wallahu'alam Bishowwab
 
Laqod  jaakum rosulun min anfusikum azizun alaihima anittum harishun alaikum bil mukminina roufur rohiim
Fain tawallau faqul hasbiyallahu laa khaulla wala quwwata illabillahil 'aliyyin 'adzim

penulis,
Muhshonu Rohman, ST

Wednesday, November 7, 2012

Jalan Kehidupan

Pilihan hidup setiap manusia akan membawa manusia dalam sebuah kedewasaan, kedewasaan dalam memahami pergaulan, kedewasaan dalam menelaah setiap kebaikan dan kejelekan, kedewasaan yang menempatkan manusia dengan bijaksanaan, kedewasaan yang membuat satu sama lain menyenangkan, kedewasaan yang selalu membuat istiqomah hati untuk khusnudhon terhadap orang lain, kedewasaan untuk selalu berani mengahdapi setiap persoalan dengan mata kepala tegar. Mungkin sangat sederhana apabila setiap dari manusia mengalami pasang surut hidup, namun tidak sesederhana bagaimana manusia melakukan perbaikan saat surut dan tak berdaya. Mengalami semua ejekan, sindiran, kehilangan teman dan sahabat, tidak ada dukungan dan semua yang berbau tidak sedap masuk dalam rongga hidung. Hingga sejarah hitam selalu hadir di setiap perjalanan hidup manusia. 
Pertanyaan yang muncul apakah Allah SWT akan menilai sama terhadap hambanya yang tegar dan sabar?, tolak ukur manusia yang bagaimanakah dapat dikatakan sabar?. Inilah sebuah cermin yang akan menunjukkan kualitas pemahaman manusia terhadap indahnya kasih sayang Allah terhadap hambanya. Bagaimana hambanya disingkirkan, dibuang, dilecehkan, jatuh terseok tak berdaya. Tidak satupun teman, sabahat, saudara melihat yang menemani bahkan justru menertawakan. Hanya Allah SWT yang bisa mengerti akan kesusahan hambanya, dimata orang lain di pandang sebelah mata bahkan ingin meludahinya. Apakah demikian dengan Allah? Jawabnya hanya Allah SWT yang tahu persis bagaimana perasaan hambanya, suara hatinya dan perangai serta akhlaknya. Dalam laut bisa dijamah tapi hati orang siapa tahu. Jawabnya hanya Allah SWT yang tahu akan isi hati manusia. Bagaimana Dia tahu akan kebaikan ataupun keculasan hamba-hambanya.

Banyak sekali manusia menyerukan kebaikan saat manusia lain jatuh. Namun apakah hal tersebut sudah menunjukkan solusi atau bahkan semakin menunjukkan kegalauan bagi yang di nasehati. Bagaimana batasan dalam memberikan kesadaran?. Yaitu bagaimana kita bisa memberikan respon baik atas apa yang menimpa saudara kita. Seolah tidak ada masalah yang berarti dengan sebuah tanggapan bukan sebuah nasehat yang justru akan semakin memilukan bagi yang menjalani. Renungan akan tidak mendapat arti apapun bagi yang menjalaninya karena jelas akan berbeda yang terkena musibah dengan yang menasehatinya. Baiknya adalah bagaimana jiwa kita bisa melapangkan hatinya dengan gembira dan mengajak dengan indah. Inilah obat yang mujarab bagaimana manusia satu sama lain saling memperbaiki bukannya satu sama lain saling bertepuk tangan dan meludahi. Bagaimana bila hal yang sama menimpa anda?, apakah mampu beban itu dipundak anda?..
Semoga manusia mampu menilai kebaikan orang lain dengan sebenar-benarnya. Dan sebaliknya bagaimana manusia bisa menilai kejelekan orang lain yang tersembunyi diantara berjuta mulut manisnya. Janganlah tertutup mata hati kita menerima penilaian baik terhadap orang yang kita benci. Bagaimana kita hidup tentunya atas saling menasehati dalam kebaikan bukannya menasehati dalam kemungkaran dan kehancuran. Dan siapapun akan bisa menilai atas semua apa yang telah dilakukan baik yang nyata ataupun telah lama dilupakan. Jika kalian salah menilai orang lain jelas akan membahayakan masa depan amal dalam akherat kelak. Di sadari ataupun tidak banyak sekali kegalauan hidup yang menunjukkan jalan kehidupan setiap manusia di bumi. Sehingga nilai kesuksesan bukanlah semata bisa di nilai dengan uang dan kemegahan kekayaan. Namun bagaimana kita bisa menilai orang lain sukses yaitu bagaimana kita melihat saat mereka menjadi sebuah panutan dan saat mereka jatuh menjadi debu. Dan bagaimana setelah keadaan mereka terjatuh mampu untuk bertahan yang bangkit menjadi manusia yang tegar tanpa menoleh ke belakang lagi. Dan harusnya penghormatan yang setinggi-tingginya kita sampaikan terhadap manusia yang bisa menjalani itu semua. Beginilah cara manusia meluruskan amaliahnya di dunia dengan hiruk pikuknya pergaulan yang saling menjatuhkan satu sama lain.
Semoga kita menjadi pribadi yang amanah, tangguh dalam menjalani hidup, sabar dalam meneruskan hidup serta istiqomah melalui jalan kehidupan yang diberikan Allah SWT dengan selalu beribadah dengan baik. Semoga kita menghadapi kematian dengan tersenyum puas saat menjalani jalan kehidupan sesuai jatah umur kita.
Allahumma salli ‘ala sayyidina Muhammadin 
salatan tunjina bi-ha min jami‘i-l-ahwali wa-l-afat 
Wa taqdi lana biha jami‘i-l-hajat 
Wa tutahhiruna biha min jami‘i-s-sa’iyat 
Wa tarfa‘una biha ‘ala-d-darajat 
wa tuballighuna biha aqsa-l-ghayati min jami‘i-l-khayrati 
fi-l-hayati wa ba‘ada-l-mamat
 
Wallahu'alam Bishowwab..
 
Penulis,
Chie Zhoen 

Tuesday, November 6, 2012

Tampilan Sistem Pendidikan

Banyak kesulitan yang akan muncul manakala sebuah mata rantai dari siklus yang berkembang dalam sebuah ekosistem sekolah menemui sebab dan akibat. Sejauhmana pandangan ini bisa disikapi oleh komunitas sekolah dari Yayasan, Kepala Sekolah, Pejabat Sekolah dan Guru. Jawabannya adalah sejauh kita bisa mengatasinya. Apabila kendala antara komunikasi peserta didik, guru dan sekolah sudah mengalami jalan buntu yaitu ketidakseriusan siswa dalam belajar dan berbagai hal yang mempengaruhi perkembangan siswa dan menimbulkan problem yang berujang pangkal ke siswa. Pihak pemberi kebijakkan atau sekolah hendaknya memberikan batasan toleransi ataupun mengembalikan peserta didik ke pihak orangtua secara tanggap dan cepat. Hal inilah yang menimbulkan dilema, dimana untuk sekolah maju adalah barang remeh dan sepele, namun untuk sekolah yang baru merangkak dan berkembang merupakan batu sandungan yang menaik turunkan moral attitude segala sisi dan pihak. 

Hal inilah yang kurang mendapatkan respon secara cepat dan tanggap. Dikarenakan kesibukan kita dalam berbagai hal. Kesejahteraan guru dan karyawan yang jauh dari UMR, problem sistem yang susah diajak kerjasama, koloni guru dan karyawan yang beda pemikiran dan tujuan, siswa yang terbatas dan saringan dari berbagai sekolah dan yang lebih akurat adalah kebijakkan sebuah lembaga untuk cepat dan tanggap menyiapkan segala sarana dan prasarana yang mendominasi hal tersebut. Mau dibawa kemana sekolah tersebut ke depannya?, inilah yang tidak bisa dijadikan tolak ukur kemajuan, bila antara pemberi kebijakkan memaksakan kehendak, yang diberi masukkan enggan melaksanakan karena selalu kurang mendapat respon kepercayaan dan ruwetnya birokrasi terhadap sirkulasi uang dan jasa.

Kesiapan sebuah lembaga adalah bagaimana lembaga tersebut merasa dirinya biasa saja tidak istimewa, namun mampu menawarkan dan memberikan bukti nyata tentang kepuasan dan rasa memiliki dari yang menghuninya. Apakah ini semua bisa terlaksana? jawabnya tentunya apabila dalam lembaga tersebut terdapat rasa aman dan nyaman bagi si penghuninya, tidak ada intervensi dan pemaksaaan kehendak, menghargai jasa sesuai dengan bidang kompetensinya (istilah membayar upah pekerja pas sesuai pola fikir dan tenaganya). Bagaimana itu akan merayap tahap demi tahap?, tentunya kembali kepada kita semua menyikapinya.
Bila hanya berkutat tentang nilai tukar dan untung rugi jelas akan menelantarkan peserta didik yang notabene adalah pelanggan yang harus menjadi tolak ukur kemajuan sekolah. Siapa yang benar-benar memperjuangkan sekolah?, jawabannya semua komponen sekolah adalah menjadi bagian sekolah dan tidak boleh menjadi bagian yang terdepan dalam sekolah. Itulah sebuah koridor SMM ISO yang sudah banyak dilupakan di sekolah. Dan terkesan nyata sekolah yang berlisensi hanya bertujuan menggalang dana untuk memperoleh bantuan dan bantuan untuk mencari dan menambahi sarpras yang terbengkelai. Inilah momok yang menakutkan antara dedikasi dan kejujuran. Banyak sekali orang-orang yang membela sistem demi kemajuan justru disingkirkan hanya demi keinginan dan ambisi sekelompok orang dan yang lebih ironis lagi bahkan berkedok membela sistem bahkan menghancurkan dan untuk ambisi pribadi. Contoh yang sudah ada marilah dirubah dijadikan perbaikan moral dan perbaikan karakter sekolah menjadi bagian kemajuan bangsa dan negara.
Doa adalah harapan, sedikitnya banyak doa yang terbuang karena melahirkan sarana dan prasarana sekolah yang miskin akan kemajuan. Idealnya semakin pesat sarana dan prasarana akan semakin jelas tujuan yang hendak di capai bukannya semakin banyak memperebutkan hal yang kurang menjadikan rasa syukur dan keihklasan. Semoga kita semua diberikan kesabaran mendidik anak bangsa yang sekarang sudah terbalik justru ingin mendidik guru dan sekolah atas kemauan mereka. Inilah luar biasanya masyarakat Indonesia karena uang adalah tolak ukur yang susah diajak kompromi.
Lailaha illa anta subhanaka inni kuntum minadh dholimin
Wallahu'alam Bishowwab
penulis,
Muhshonu Rohman, ST

Wednesday, October 31, 2012

R 1 B

Semua manusia ingin menjadi terdepan dalam semua pengalaman dalam hidupnya. Punya ambisi besar, teguh pendirian, ambisius dan oportinus. Bahkan hampir penduduk bumi menginginkan kesejahteraan dan kemulyaan serta bernaung di atas gelamournya kehidupan dunia. Seperti tidur berselimutkan permadani uang. Semua di atasnamakan dengan kepuasan dengan berbekal kemewahan dengan memiliki kekayaan melimpah. Apakah semua itu bisa menjadikan kita selalu bisa bersyukur dan akan selamat di dunia dan akherat?. Jawabnya adalah bisa iya atau tidak bisa. Iya apabila sebagai manusia bumi seyogyanya memerdekakan budak dan hamba sahaya dengan perangai, ilmu ataupun hartanya. Yaitu membelanjakan kemewahan harta, kecerdasan dan keegoisan serta keangkuhan untuk kesejahteraan banyak orang. Bisa menjadi jawaban tidak bisa apabila pola fikir, analisa dan perangai serta alibinya digunakan untuk melumatkan orang banyak sesuai keinginan dan ambisi pribadi mengatasnamakan umat. Tersadar ataupun tidak itu akan menjadi pilihan hidup yang akan membuat hitam dan merahnya sejarah anda sekalian di akherat  khususnya menjadi manusia yang rugi besar. Rugi dalam timbangan amal dan kerugian karena Allah tidak ridlo karena jeritan manusia yang tersakiti secara ruh dan bathin.

Jiwa yang tawadlu' adalah sebuah jiwa santri yang apa adanya. Apa adanya sesuai dengan deskripsi tugas yang diembankan oleh atasan terhadapnya. Deskripsi tugas yang dilaksanakan penuh dengan tanggungjawab walaupun terasa pahit dalam melaksanakannya. Pahit melihat kondisi di depan mata kesehariannya yang tidak bisa melakukan atau membuat perubahan ke arah yang lebih manusiawi dan bermartabat serta mengemban amanah hati nurani. Sistem yang besar adalah gambaran dari kemajemakan pola fikir yang diimbangi dengan nilai kemapanan melakukan timbal balik tugas dan wewenang serta haknya. Bagaimana sebuah manajemen mutu bisa melakukan kontrol spiritual yang menumbuhkan semangat baru untuk membangun untuk kemaslahatan bersama dalam sistem. Jawaban itu semua adalah tingkat jenjang prosedur operasional yang tepat untuk membuat aturan dan merujuk aturan-aturan dibawahnya dengan tolak ukur tugas dan wewenang yang akurat dan tepat.
Mengapa banyak hal membuat sistem berat sebelah, dikarenakan ambisi mengalahkan aksi dan reaksi. Menjalankan sistem dengan pola fikir dan politisasi like and dislike bahkan kehancuran barang. Banyak hal mengalahkan kebenaran, banyak sisi melupakan sejarah dan banyak ragam menjadikan kambing hitam dan melupakan teman dan saudara. Itulah kealpaan manusia memandang bulan dan matahari. Bila manusia memakan daging saudaranya, dia akan lupa jalan kemana dia akan kembali. Rumus baku dari qolb yang selalu diliputi penyakit bertambah kronis hingga jadi tulang dan daging. Marilah mencium nurani kita secara kaffah, melahirkan semangat baru yang fitroh menjadi manusia yang berguna secara vokal dan amaliah. Secara vokal dia dikenang sebagai pribadi yang bisa mengayomi orang banyak. Secara amaliah dia selalu berusaha menjaga jangan sampai ujung pedang membelah gumpalan amal sholeh yang ditumpuk bertahun-tahun musnah dihempas hujan sehari. Pesan dan amanah pejuang sistem haruslah dijaga untuk kemaslahatan secara harfiah yaitu mewariskan amanah dengan bijaksana dan bermoral.
Pilihan hidup kita akan membawa kita kembali menghadap Allah SWT secara benar atau tidak adalah kembali kepada kesadaran dari sebagian apa yang penulis sampaikan. Semoga menjadi bahan renungan bukan hanya sesaat tapi menjadi review (kilas balik) perjalanan anda menjadi manusia. Jadilah manusia yang baik hingga bisa menyelamatkan diri dan keluarga dari ganasnya api neraka.. Amien.
Masyaallah... x 1000
Wallahua'lam Bishowwab.
Penulis,
Muhshonu Rohman, ST
Rabu, 31 Oktober 2012

Thursday, October 25, 2012

Akhlakul karimah menuju Fastabikhul Khoirot

Akhlak yang mulia adalah bentuk dari upaya manusia menjadi pribadi yang sesungguhnya yaitu pribadi yang siap menerima krittik dan saran. Sebuah pribadi yang melepaskan semua ego dan kesombongan serta keangkuhan. Analisa bathin yang mencoba membuang sifat jahat dan culas sebagai manusia bumi. Inilah bentuk konkrit yang harus diperoleh manusia selama hidup di dunia. Bila ini tercapai tentunya tidak perlu berharap surga di akherat karena surga itu sudah ada pada jasad, hati dan ruhnya. Koridor akhlak mulia ini sudah sering didendangkan di pengajian, mushola dan masjid sebagai bengkel untuk memperbaiki jasad dan hati yang rusak terkena hawa panas dunia dan syaitan. Namun pada kenyataannya di masyarakat hanya 1001 manusia yang mampu memperoleh akhlak mulia walaupun ahli masjid, masjlis dzikir atau sejenisnya. Inilah sifat manusia Islam yang justru enggan menilai pribadi dibanding penilaiannya terhadap orang lain. Sungguh menyedihkan apabila pada kenyataannya sekarang banyak umat Islam yang justru merusak bumi seisinya dan di mulai dari perubahan-perubahan akhlak mereka.

Ironis menyaksikan hal yang terus berlangsung dalam bertahun-tahun, tetangga merusak tetangganya sendiri. Saudara bertikai di antara saudaranya sendiri. Komunitas warga isinya saling mengejek di depan alim di belakang mencibir dan melecehkan. Pertanyaannya, mau dibawa kemana hidup di dunia, bekal di alam kubur apa cukup rutinitas ibadah yang luar biasa baiknya sementara akhlaknya tidak bisa dijadikan suri tauladan yang baik?. Umat yang sudah besar biasanya akan hancur oleh kebesarannya jikalau sifat kesombongan menjadi tolak ukur untuk mengedepankan akhlak dengan ilmunya. Ilmu yang bermanfaat bukanlah sebuah ilmu yang bisa diberikan begitu saja terhadap sesama tapi ilmu yang bermanfaat adalah berangkat dari aura wajah dan perangai yang menciptakannya. Jika akan mendapat ridlo Allah sepanjang hayat tentunya jiwa ini yang harus di kedepankan selamanya, bila selama ini hanya rutinitas ibadah tanpa perbaikan akhlak tentunya akan tidak bisa dipertanggungjawabkan nantinya di alam kubur, apalagi akherat hanya akan melepaskan semua amal yang telah dilaluinya.
Saudara sebangsa dan setanah air, seiman dan seaqidah. Banyak sudah contoh manusia yang hidup enak bergelimang harta benda namun miskin akan akhlakul karimah dan penulis sudah pernah menyaksikan bagaimana manusia di kubur jasadnya tidak masuk ke liang lahat. Inilah wajah manusia yang enggan berbaik sangka dan berakhlakul karimah, kerjanya hanya ingin membuat teman, saudara dan tetangganya menangis sehingga hidupnya terasa hampa walaupun bernaung di dalam masjid. Sholat akan membentuk pribadi melepaskan perbuatan keji dan mungkar, kenapa tidak bisa?. Itulah sifat manusia bila belum berkalang tanah isinya hanya membuat kerusuhan di muka bumi baik itu dengan akhlaknya maupun ilmunya.
Semoga kita semua menjadi pribadi yang santun, sepadan dan setara antara ilmu dan amal sholehnya. Akan menaikkan beban timbangan amal kebaikan setiap harinya. Hingga tanah akan menerima kita apa adanya dengan indah dan berbau harum semerbak. 
Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika la syarika laka labbaika. Innal hamda wanni'mata laka wal mulka.
Penulis,
Chie Zhoen

Thursday, October 18, 2012

Melawan Cinta

Jika semua ada karena cinta tentunya setiap yang mencintai dan dicintai akan memperoleh sebuah arti yang tepat. Arti yang memberikan suasana indah sepanjang masa dan jaman, sepanjang hayat dikandung badan, sepanjang kondisi bagaimanapun kondisinya dalam setiap detik, sepanjang langkah kebersamaan, sepanjang menikmati anugrah Allah SWT, sepanjang kemampuan menghadapi situasi dan keadaan. Adalah manusia yang mendapat nilai plus yang bisa berharap dan mendapatkan itu semua yaitu manusia yang dalam hatinya ada hidayah akan kekuasaan Allah SWT bukan manusia yang hanya sekejap menikmati kenikmatan dan melupakan teman, saudara bahkan yang dicintainya. Apakah ada manusia dalam kriteria tersebut? Jawabnya ada dan tiada. Ada manakala dari mereka punya satu komitmen bersama tanpa pamrih, komitmen untuk tampil bersama tanpa kekalahan dan ambisi. Tiada ada bila manusia satu diantaranya atau keduanya punya komitmen yang tersembunyi tanpa pasangan tahu dan mengetahui keinginan dan maksudnya yaitu manusia yang dalam dirinya belum mau mengerti makna cinta.

Susah memang mengatakan bahwa kita sudah melewati ketepatan hubungan atau keindahan dalam bercinta dengan lawan hati kita. Adakalanya dan bahkan umumnya akan naik dan turun berdasarkan saku dan kantong alis finansial dan kenikmatan. Finansial yang menyelimuti badan dan kenikmatan yang dirasakan oleh badan atau fisik. Ada saatnya dunia harus berputar dan semua harus mengikhlaskan segalanya untuk menjalani apa yang ada pada jasad dalam dunia ini. Pilihan pasangan adalah bentuk dan upaya menunjukkan eksistensinya memberi dan menikmati. Memberikan kecintaan hati kita dengan sepenuh hati tanpa pamrih dan konsekuensinya. Namun sisi lain yang perlu dicermati adalah bagaimana memberikan kasih sayang sebagai upaya tanggungjawab kita dari apa yang telah dirasakan selama ini. Semua akan kembali pada apa yang di hati. Apakah hati kita sudah sering terluka, apakah hati kita sudah sering menangis, apakah hati kita sudah sering berkata tidak, apakah hati kita selama ini berbohong dengan terpaksa pada yang mencintai kita. Inilah tolak ukur bagaimana kita akan menjadi pribadi yang sholeh, pribadi yang tak lekang dimakan usia dan waktu.
Berfikir dan bertindak sudah sepantasnya diberikan apresiasi dengan baik oleh teman, sahabat ataupun saudara bahkan pasangan kita. Dalam umat Islam banyak sekali yang memberikan apresiasi yang salah dalam hubungan. Justru umat yang sudah mengenal kitab bumi yaitu Qur'an susah untuk mendapatkan pengertian akan ikhlas dan kebaikan. Kenapa demikian? Karena pada hati mereka sudah sangat kenyang akan contoh surga dan neraka, kenyang akan contoh kebaikan dan kesalahan, sudah kenyang akan omongan dan kedzaliman, sudah penat dengan kepatuhan namun masih fakir. Sehingga yang muncul adalah ketidakpuasan bathin dan raga, dalam tubuhnya selalu berkembang semangat yang mubah, semangat yang justru bukan untuk keindahan dan cinta. Masyarakat yang sudah jenuh dengan janji Allah SWT padahal setiap saat berwudlu dan bersujud namun tetap saja iri, dengki, ujub, riya, ghibah selalu di kedepankan tanpa basa basi. Inilah melorotkan upaya memberikan kontribusi tentang makna cinta. Semua di ukur dan di nilai dengan mata uang alias duit. Upaya ke arah perbaikan kultur hanya kiasan belaka.
Banyak antara harapan dan kenyataan yang berbeda hingga semakin nyata untuk berkata iya padahal hatinya tidak. Istilah publik adalah gengsi untuk berkata tidak padahal iya. Itulah manusia kemanapun akan selalu diikuti yang nama cinta.

Ya Razzaq, ya Fattah..
Penulis,
Chie Zhoen

Tuesday, October 16, 2012

MencintaiMu sejati

Kau tempat ku mengadu hati, memberi segala hidup
Dunia dan seisinya milikMu, mencintaimu sejati
Ku manusia yang penuh dosa, berharap ampunanMu
Lihat dilangit kesempurnaan hadirMu, kau cinta pertama dalam hidup
Allahu akbar Allah maha besar, memujamu begitu indah
Selalu kauberikan semua, kebesaranMu Tuhan... (ST12)

Ada hidup dalam lamunan dan keindahan manusia, dalam relung pemikiran setiap yang bernyawa adalah keindahan terasa apabila semua yang telah berlalu diresapi dengan makna ketulusan dan kedamaian. Mungkin akan jauh menjadi jalan yang susah dijalani manakala apa yang sudah terjadi menjadi bahan renungan dan keluh kesah. Namun akan menjadi sebuah desiran air terjun sejuk yang akan selalu mengguyur setiap manusia yang sudah menunjukkan kedekatannya dengan sang khalik. Jalan yang dilalui akan selalu bahagia sepanjang hidup walaupun banyak duri yang sering menghalangi jalan. Ibarat pepatah jawa, "ono roso ra usah di roso" artinya "ada rasa tidak usahlah dirasakan seolah tanpa hati kita melihat tapa nyawa kita menatap". Dimanapun dan kapanpun, walaupun dalam diam selalu akan bertakbir menyebut namaMu, semoga kita semua bisa menjalaninya.. Amien.
Terasa sesak nafas ini apabila semua yang telah diperjuangkan dengan tanpa pamrih ibarat debu yang harus dibersihkan disemprot dengan air begitu saja. Apa yang diperjuangkan tidak pernah mendapat nilai positif bahkan sebaliknya nilai kebaikan kita hanya dipandang sebelah mata bahkan dilupakan. Begitulah hidup manusia dalam pandangan manusia yang lain. Mungkin beda jawabnya kalau Allah SWT menanggapinya, Dia akan mengatakan sesuai keluh kesah hati kita, sesuai ikhtikad baik perjuangan kita dan sesuai kebaikan yang kita tawarkan kepada sesama. MencintaiMu sejati adalah jawaban atas semua hal yang terasa menyesakkan dada. Dan jawabnya selanjutnya hanya diam, hingga Dia memberikan batasan kemulyaan bukan karena unsur manusia yang memberikannya. Beda ataupun sama antara Tuhan dan ucapan hambanya tetaplah bahwa nilai kemulyaan yang diberikan oleh seseorang terhadap orang lain akan berbeda dengan nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT selama ini. Dan makna yang tepat apabila Allah SWT menjelaskan bahwa Dia memberikan beban pada pundak manusia sesuai kemampuannya. Semoga setiap insan akan sadar dan selalu memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada setiap manusia yang berkorban di jalan muamalah. Amiin.
Allahu akbar Allah maha besar, memujamu begitu indah
Selalu kauberikan semua, kebesaranMu Tuhan...

Ya jabbaru yakohharu yadzalbat syisyadid khud hakkona wahakol muslimin mimman dolamana wal muslimin wata ada alaina wa alal muslimin.

Penulis
Chie Zhoen (Muhshonu Rohman, ST)
 

Friday, October 12, 2012

Ruqyah Qolb

Banyak sekali manusia di jaman komputer ini selalu mengajak kebaikan, beristighfar setiap saat, berdoa sepanjang waktu, memberikan persepsi kebaikan lewat status atau komentar, berargumen dengan bahasa Qur'an, berkata lemah lembut penuh pesona, selalu terdepan tidak ketinggalan informasi, ingin membantu dan selalu mencampuri urusan orang lain, berlomba-lomba dalam kebaikan (red). Namun satu yang kurang yaitu qolb, hatinya selalu gundah, picik penuh iri dan dengki bahkan dzalim. Dan masih banyak lagi istilah yang bisa diungkapkan. Apakah jaman ini sudah mendekati kiamat, manakala antara kebaikan dan riya, antara kesalehan dan kedzaliman, antara norma dan ide; berjalan seiring sejalan dan dijadikan media untuk menarik dan memberi persepsi akan kemajuan dan kedewasaan. Apakah semua hal itu sudah pada tempatnya apabila manusia selalu ingin menjadi yang terbaik, ataukah manusia ingin menjadi pribadi yang selalu benar tanpa sebuah kealfaan dan kesalahan. Jawabnya ia dan tidak tahu. Saat iya berarti manusia tersebut adalah ingin menjadi cermin dalam figur yang jujur dan penuh berkah. Tidak tahu berarti manusia tersebut hanya ingin menjadi figur sementara di depan orang lain namun takut di hadapan Tuhannya.

Bila terlahir menjadi manusia sesuai fitroh dan keinginan hidupnya sudah tercapai di dunia atau minimal berarti sudah mencapai taraf kebahagiaan dan mencapai nikmat dari Allah SWT. Judulnya adalah bagaimana tabiat selanjutnya manusia itu sendiri dalam pandangannya sebagai pribadi terhadap kehidupannya sekarang ini. Syukur adalah bentuk dari upaya menjadi manusia yang baik, jikalau belum ada kata syukur itupun hak semua orang dalam kehidupannya sendiri dan siapapun tidak berhak memberi persepsi terhadapnya hanya Allah SWT yang akan memberikan sebuah analisa tentang perjalanan hidup setiap umatnya. Kenapa penulis beranggapan demikian, karena sudah banyak sekali kemungkaran yang diciptakan justru karena omongan manusia terhadap manusia yang lain sehingga satu sama lain menjadi terluka dan menyebabkan perubahan perangai bahkan menjadi manusia yang jahat. Omongan yang membuat setiap dari mereka tidak bisa menghargai satu sama lain dan konsep akhirnya melahirkan kesenjangan dalam sistem, lingkungan dan masyarakat.
Hal yang indah seharusnya bagaimana manusia menciptakan suasana baru yang selalu mengedepankan prinsip kedewasaan dan kemakmuran serta kemajuan. Bukan berlomba-lomba dalam kebaikan untuk mencari kejelekan seseorang yang kurang bisa diajak kerjasama dalam kebaikan tersebut (red). Inilah lemahnya komunikasi umat Islam, Islam adalah agama bumi kenapa bumi tidak bisa menerima Islam secara mutlak?. Dikarenakan penduduk bumi enggan menjadi pengghuni akherat. Yang ada penduduk bumi sejahtera bergelimang kemewahan di dunia lupa akan bisikan akherat secara tulus. Yang sudah merasa alim, ibadahnya menjulang ke langit merasa tak pernah ternoda oleh dosa hingga selalu mencemooh dan merasa menjadi ahli surga. Yang hidupnya tenang walaupun ibadahnya senin dan kamis tidak merasa nyaman karena selalu terpinggirkan di luar masjid-masjid dan mushola-mushola tak tersapa. Ini yang menyebabkan manusia jatuh ke dalam tipu daya syetan sepanjang perjalanan hidupnya. Entah sampai kapan akan tersadar dan memulai amaliahnya dengan kemurnian hanya karena Allah SWT semata. "Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya", itulah gambaran manusia dari sudut akal, fikiran dan hati. Mau dibawa kemana hidup ini yang akan menghadap Allah SWT kapanpun dan dimanapun, entah sekarang, besok atau lusa bertemu onggokan tanah 2 meter persegi.
Hikayat manusia hanya sebatas nama setelah mati gadingpun tiada, amalpun hilang, ucapanpun lenyap, hanya tinggal nama di batu nisan. Semoga jiwa kita menjadi Islam yang Kaffah yaitu Islam yang hanya karena Allah SWT dalam menyembah dan beribadah sepanjang hidupnya.

Laqod jaakum rosuulum min anfusikum aziizun alaihi maaanittum hariishun alaikum bil muminiina rouufur rohiim
Fa in tawallau faqul hasbiyallaahu laa ilaaha illaa huwa, ‘alaihi tawakkaltu wa huwa robbul ‘arsyil ‘azhiim

Penulis,
Muhshonu Rohman, ST

Thursday, October 4, 2012

Buta dalam tatap tajam dalam hati (Pemimpin)

Setiap masa pasti akan ada perubahan, istilahnya iklim akan selalu berganti sesuai dengan perubahan yang harus dijalani. Terkadang kita susah untuk mengikutinya hingga jurang akan menganga semakin melebar. Demikian juga pola kepemimpinan pasti akan mengikuti setiap akhlak dan watak siapa yang memegang tampuk kepemimpinan. Dan setiap pemimpin pasti akan menyimpang dari kepemimpinannya manakala setiap ide dan kreatifitasnya menemui sanggahan karena masih ada ide yang lebih baik dan justru datangnya dari orang lain dan mencoba memungkirinya. Ini merupakan kelemahan kedewasaan dinilai dari faktor kepemimpinan. Karena setiap pemimpin pasti akan menurun kualitas subyektifitas pola fikirnya, maju 4 langkah ke depan mundur 6 langkah ke belakang. Kenapa demikian? Jawabnya adalah rasa puas, setiap pemimpin pasti tidak akan merasa puas dengan apa yang telah di dapatkan sehingga ingin jauh merengkuh tujuan dan keinginan dalam merubah demi perbedaan dengan pemimpin-pemimpin sebelumnya. Ada karakter pemimpin sederhana namun berwibawa dan jujur, ada pemimpin keras namun hatinya penuh dengan empati terhadap bawahan, ada pemimpin yang enggan diberi masukan dan justru selalu memberikan nilai kesalahan. Dan masih banyak lagi karakter seorang pemimpin yang notabene sudah benar dan tanpa kesalahan.

Hari demi hari dengan program dan rencana kerja, memberikan asumsi yang baik tentang semua hal. Namun sisi yang lain sering tidak bisa terjangkau semuanya. Ini adalah sebuah penalaran yang membutuhkan figur dan bukti nyata kepribadian, sehingga karakter dan watak serta perangai semakin lembut dan akhirnya setiap gerak geriknya memberikan suksesi akan gerakan anak buah secara kontinue. Inilah jiwa seorang pemimpin yang sudah mumpuni dalam koridor amaliah dan empati. Memaksakan kehendak adalah sebuah kesalahan besar bagi seorang pemimpin terhadap bawahannya. Dan memberikan konsep memaksa dalam sebuah sistem adalah beberapa langkah memunculkan kesalahan berikutnya. Yang lebih tepat adalah mencoba memberikan nilai positif terhadap setiap apresiasi bawahan tentang kinerja dan pelayanannya terhadap atasan dan sistem. 

Rumah adalah bangunan yang utuh antara pondasi, tiang pancang, tembok, dan atap. Pada sudut-sudut tertentu rumah pasti ada kelemahan baik itu oleh angin, hujan dan badai. Dan ibarat rumah memenuhi kebutuhan rumah adalah hal yang sangat panjang seolah tidak ada hentinya dari segi materiil maupun nilai kepuasan secara artistik. Begitu pula dengan sebuah konsensus sistem, bahwa semua akan berjalan dengan damai manakala antara kebijakkan kepemimpinan akan berdampak pada pola keutuhan dan kesinambungan dan kebersamaan semua elemen. Memenuhi kebutuhan mereka semua akan terbentur dengan sebuah pertanyaan. Apa yang sudah mereka lakukan terhadap sistem, setelah apa yang mereka lakukan terpenuhi muncul lagi pertanyaan, apa yang sudah diberikan untuk kepuasan mereka menjalankan sistem?
Satu hal yang menarik adalah sebuah pernyataan dalam menggerakkan manusia dalam sebuah sistem adalah yang berhubungan dengan finansial, setiap finansial dalam bentuk jasa pasti akan selalu dimunculnya wacana ikhlas dan kemungkaran dan ini menjadi senjata ampuh. "Ikhlas untuk menerima berapapun jasa yang telah diterima dan kemungkaran bahkan adzab bagi yang merasa tidak puas dan ikhlas atas semua rejeki yang telah diperoleh". Sebuah hukum dalam muamalah terkadang terbentur dengan sebuah empati dan lebih menonjolkan untung dan rugi, sehingga faktor inilah yang akhirnya menurunkan perilaku yang baik dan berubah menjadi kinerja yang menjemukan. Dan orang-orang yang kompeten akan tergeser tergantikan orang-orang yang punya nyali memberikan wawasan yang salah. Tujuan dalam kebersamaan adalah faktor kepuasan dan ini akan terus berjalan seiiring waktu, saatnya 'kebutuhan pokok naik' seharusnya diimbangi dengan pemberian atas jasa sesuai dengan koridor yang akurat. Urusan perut jelas akan beda dengan urusan hak dan kewajiban. Bila kewajiban sudah dilakukan sudah sepantasnya menuntut hak sebelum keringat mengering. Judulnya setiap upaya pemikiran jelas beda dengan upaya fisik atau tenaga sehingga upahnya jelas akan berbeda. Istilah beda antara kuli dan mandor, antara mandor dan pelaksana, antara direktur dan ahli tekniknya.
Berbicara dari hati ke hati kadang juga menyebabkan salah persepsi, karena setiap pemimpin pasti nomer satu yang muncul adalah su'udzon terhadap anak buahnya. Setelah jadi pemimpin pastilah setiap pemimpin kurang berkata bijak dalam setiap pengambilan keputusan, bahkan yang sering tidak berani mengambil keputusan secara bijak, ibarat bercermin dalam satu cermin di depan kita pastilah yang terlihat hanya fisik di depan sementara punggung dan belakang kita tetap tertutup tak terlihat. Semoga kebaikan selalu ada bersama kita sebagai insan yang mencoba memberikan persepsi yang lurus antara hak dan kewajiban.   
Bismillahi Masya Allah Laa Yasuuqul Khoiro Illalloh
Bismillahi Masya Allah Laa Yash Rifussua Illalloh
Bismillahi Masya Allah Laa Maa kaana Minni’ Matin Faminalloh
Bismillahi Masya Allah Laa Laa Hau La Wala Quwwata Illa Billahil ‘Aliyyil ‘Adziim
Wallahu'alam Bishowwab.
Penulis
Muhshonu Rohman, ST (Chie Zhoen)

Sunday, September 30, 2012

Kesaksian Pancasila

Kenapa bangsa Indonesia mempunyai Pancasila sebagai semboyan bangsa. Di karenakan perjalanan bangsa dan peradaban yang sudah menjadi sebuah ciri dari masyarakat dan bangsa yang berbeda-beda namun beriktikad kuat untuk menyatukan pandangan membentuk sebuah peradaban bangsa yang merdeka. Bila Pancasila muncul adalah karena anak-anak bangsa sudah ingin menjadi pribadi yang bebas berdiri sendiri dan mempunyai kemauan untuk maju menatap masa depan sendiri. Bila bangsa ini tidak mengenal penjajah mungkin akan berbeda perjalanan sejarah yang dilaluinya. Sejarah sudah banyak mencatat bagaimana rakyat bangsa ini menjadi korban penjajahan. Ratusan juta nyawa melayang percuma membela tanah air ini. Percuma karena mereka tak pernah merasakan kemerdekaan. Sementara tanah yang sudah merdeka sekarang gersang bagai tanaman di musim kemarau, galau dan suram. Tanah menjadi tandus saat kemarau datang dan saat penghujan tiba tanah menjadi becek dan banjir dimana-mana hingga selalu menjadi bahan pergunjingan dimana-mana yaitu kebutuhan pokok pangan mahal, orang kecil tak bisa bernafas lega atau sesak nafas sepanjang hari.

Kita sudah tidak lagi mendengar dentingan peluru dan dentuman meriam dari penjajah. Yang kita dengar sekarang hanya mercon saat menjelang perayaan keagamaan. Pola fikir masyarakat sekarang bagaimana bisa hidup tenang dan makmur mencari pekerjaan yang layak. Nilai patroitisme sudah banyak yang bergeser bahkan di bangku sekolah saja sudah miskin dengan itu semua. Kemana lagi mencari Pancasila di jaman ini. Pancasila hanya sekedar menjadi tulisan di kelas-kelas sekolah, Pancasila hanya sebagai pengingat dan dibaca ulang saat upacara bendera atau apel-apel di kantor-kantor. Pancasila hanya simbol yang sudah tidak favorit lagi di kalangan pelajar. Kalau sudah lepas dari bangku sekolah Pancasila tidak teringat lagi hilang musnah dalam fikiran.

Kenapa bisa demikian?. Perjalanan bangsa ini sudah sangat menyedihkan dan masih terasa menyisakan berbagai kenangan yang memilukan dari hasil penjajahan. Upeti, pemerasan, penindasan, dan kekerasan sangat membekas menjadi lukan bangsa yang tidak pernah bisa musnah. Sisa-sisa kesedihan dan kesengsaraan masih dekat di tenggorokan sehingga bangsa ini masih mengenangnya, sehingga pengalaman-pengalaman pahit itu terbawa sampai jaman modern ini. Semua ingin cepat kaya, tidak pejabat maupun penjahat semua berkedok orang baik-baik yang mempunyai rasa kebangsaan yang tinggi. Saktikah Pancasila selama ini?. Pancasila merupakan nilai yang diwariskan oleh leluhur kita untuk bersama-sama menjaganya. Menjaga supaya nilai yang baik itu tidak lekang oleh waktu dan tidak hangus oleh modernya bangsa. Bahwa nilai itulah yang membawa bangsa ini besar di mata bangsa-bangsa lain di dunia.
Marilah mencoba membuka kembali Pancasila yang sudah terbenam lumpur, Pancasila yang menjadi tolak ukur kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Pancasila yang dicerminkan lewat perbuatan dalam masyarakat yang damai bebas dari anarkis, kemunafikan dan perpecahan. Siapa lagi yang akan menjaganya selain kitab semua. Kerusakan sudah merajalela di tanah air ini, rusaknya tanggung lapindo sampai rusaknya jalan raya. Pancasila menjadi saksi bisu rusaknya alam dan bumi Indonesia tercinta. Siapa yang disalahkan Pancasila ataukah orang-orang yang menciptakannya. Kenapa harus diciptakan Pancasila? Tanyalah pada rumput yang bergoyang jawabnya. Apakah tidak cukup Al-Qur'an sebagai petunjuk hidup umat manusia di bumi? Jawabnya belum cukup. Kalau sudah cukup pastilah seluruh penduduk bumi beragama Islam dan menyatakannya sebagai agama yang benar. Inilah pentingnya menjaga pedoman bermasyarakat dan berbangsa untuk memajukan mengayomi dan memajukan berbagai perbedaan keyakinan dan tujuan. Akankah Pancasila sakti terus, jawabnya adalah tergantung keinginan masyarakat dan bangsa Indonesia mau dibawa kemana selajutnya Dia (Pancasila). Pancasila yang sudah menjadi saksi sejarah sepanjang masa hingga detik ini.
Semoga bangsa ini tetap jaya sepanjang jaman, menjadi bangsa besar yang bisa mengenang jasa-jasa para pahlawan. Baldatun thoyibatun wa robbun ghofur semoga akan selalu tercapai yang terjaga dengan baik.
Allahumma salli'ala Sayidina Muhammadin 
Salatan tunjina biha min jami’i’l  ahwaali wa’l afaat
Wa taqdi lana biha min jami’i’ l haajaat
Wa tutah-hiruna biha min jami’i’- s -saiyaat,
Wa tarfa’una biha indaka ‘ala darrajaat
Wa tuballighuna biha aqsa’l ghayaati min jami’i’l khayraati fi’l hayaati wa ba’ada’l mamaat

Wallahu'alam Bishowwab
Penulis
Chie Zhoen

Wednesday, September 26, 2012

Ketika anak sekolah berfikir

Saat anak sekolah memasuki pagi hari, yang terbayang di benak mereka adalah pagi ini mata pelajaran siapa, yang mengajar siapa, siapa lagi yang akan bertemu, pulangnya jam berapa dan sebagainya. Rasanya enggan untuk berangkat sekolah dan hampir 90% perasaan ini di hinggapi oleh seorang pelajar, yang ada mereka ingin suasana baru dari ekosistem sekolah. Suasana baru yang jauh dari hukuman, suasana baru yang jauh dari tekanan, suasana baru yang menyenangkan, suasana baru yang membuat hati senang. Kenapa bisa demikian? Jawabnya adalah wajar. Wajar karena jiwa dan karakter seorang yang masih muda enaknya adalah bersenang-senang tanpa mengenal beban dan penatnya pelajaran. Kenapa demikian lagi? Jawabnya adalah inilah anak Indonesia yang sering dicecoki oleh hal-hal yang berbau kebenaran dan fatamorgana. Setiap dari pelajar selalu ditekankan oleh gurunya sebuah kebaikan, kedisiplinan dan kepatuhan. Mereka jarang di ajak berfikir tentang sebuah analisa yang bebas tentang hak dan kewajibannya sebagai seorang yang masih muda dan berpredikat pelajar. Mereka jarang diberikan sebuah tanggungjawab yang membuat pola fikirnya berubah bahkan bisa menyebabkan perangai dan sikapnya berubah. Berbagai argumen, pendapat, pemikiran, bahkan sampai canggihnya kurikulum belum bisa dikatakan bisa menyejahterakan otak seorang pelajar untuk merubah dirinya sebagai manusia baru yang punya analisa ke arah yang sederhana yaitu menjadi pribadi yang santun dan cerdas.

Pola dan sistem asuh pada jaman ini khususnya di sekolah adalah seringnya menunjukkan sebuah contoh antara enak dan tidak enak, sukses dan gagal, lulus dan tidak lulus, hukuman dan reward. Sementara jarang sekali yang mencoba membina sebuah ekosistem yang maju. Maju dalam pola asuh anak yang mengedepankan pola fikir yang lugas. Memberikan kebebasan anak untuk berkreasi menuangkan ide dan gagasan dan sanggahan kenapa pola fikirnya selalu berubah-ubah sesuai iklim yang tidak menentu. Banyak anak yang setelah diberikan pelajaran bahkan jadi bingung dan susah untuk berfikir rasional. Inilah pentingnya karakter sekolah yang membina anak dalam koridor yang membangun dan benar. Sekolah harus bisa memberikan pelayanan yang tidak berat sebelah, bermartabat dan bisa menempatkan mereka pada wadah yang tepat sesuai kemajuan akhlaknya. Membina anak tidak semudah membalikkan telapak tangan karena anak adalah gambaran orangtuanya saat di masa muda. 1 juta siswa sama dengan 2 juta karakter orangtua wali yang menurun pada mereka. Butuh 100 orang tenagan konseling dalam penanganannya. 
Sekolah Dasar adalah upaya menanamkan nilai aktual demi kematangan kejiwaan di masa yang akan dilaluinya. Sekolah Menengah adalah upaya mewujudkan pola fikir peserta didik menuju arah pemikiran yang akan mencari masa depan dan wacana tentang kehidupannya kelak. Perguruan Tinggi adalah upaya untuk mewujudkan karakter dan kedewasaannya dalam pemilihan hidup seseorang yang menuju masa depannya. Jenjang yang sudah berjalan beratus tahun di Indonesia telah merubah bangsa ini ke arah yang lebih maju, melahirkan putra-putra terbaik bangsa dan tidak lupa putra putri bejat bangsa. Semua adalah produk sekolah dan ini adalah sebuah nilai kewajaran. Kembali pada hakekat hidup bahwa manusia akan kembali pada fitrohnya yaitu akan memilih jalan sesuai warna aura masing-masing walaupun sudah melewati jenjang pendidikan. Manusia akan berbentur kepada kebutuhan jasadi_nya yaitu pemenuhan kepuasan hati dan perutnya. Inilah mengapa dalam pola anak sekolah dibutuhkan sarana dan prasarana yang sangat komplit bahkan sampai pemenuhan kebutuhan akal, hati dan daya imajinasi mereka. Sebuah modal yang sangat besar yang harus dibutuhkan oleh sebuah lembaga sekolah untuk mewujudkannya. Jadi pertanyaannya apakah lembaga sekolah sudah memberikan reward yang terbaik terhadap itu semua. Apakah hak mereka sudah tercukupi selama ini ataukah hak mereka selalu dirampas percuma tanpa akal sehat dan pola asuh yang kondusif. Semua akan kembali mau dibawa kemana anak didik kita semua, anak bangsa Indonesia yang keluar dari rahim ibu pertiwi yang butuh susu segar sepanjang masa mudanya. Pendidik adalah tolak ukur kematangan psikomotorik anak secara universal, sistem sekolah dan lingkungan adalah batu loncatan menuju afeksi peserta didik yang matang dalam hidup bermasyarakat. Sehingga pertanyaannya mau dibawa kemana setiap sekolah yang didirikan?. Demi keutuhan sekolah atau demi kelangsungan masa depan siswa? Jawabnya terserah mau dibawa kemana saja.
Berdoa tentunya akan terkait dengan berusaha, berusaha akan tidak lepas dari keikhlasan, keikhlasan akan kembali kepada urusan hati dan perut. Semoga kita semua menjadi orang baik dan selamat. Baik semua urusannya dan selamat jasad dan hatinya.
ihdinash shirathal mustaqim
Penulis
Chie Zhoen




 
back to top