Saturday, December 8, 2012

Belajar Hidup

Seperti diterpa angin malam yang dingin sejenak hembusan nafas indah dan sesak. Indah bila hari demi hari kurang bisa menikmati aktifitas, sesak dada bila harus meluruskan aktifitas dan menghentikannya. Sejenak kembali alam bawah sadar ingin meraih dan protes karena ketidakadilan. Marah dan sangat kecewa. Nilai mentalitas sengaja diletakkan demi nama baik semua. Sebuah penalaran arif menjadi bahan renungan dalam hitungan detik, bahwa Allah SWT masih berada di dekat tubuh ini. Bila semua tidak bisa mendengarkan dan membenarkan masih ada iman di dada yang memang dipasang kuat olehNya.. Amien. Sebetulnya semua rancangan sudah bisa ditebak di depan mata. Siapa yang ber-orasi ataupun siapa yang bermain sudah terpampang di mata, namun semua adalah satu tubuh. Bila sakit tangannya pastilah anggota tubuh yang lain ikut merasakan. Yang terfikir terakhir suatu saat hal ini akan terbalaskan dan akan selalu siap terbalaskan ibarat bom waktu yang bisa meledak entah besok atau lusa. Mundur bukanlah kalah dari perang namun upaya untuk membenahi diri menjadi pribadi yang lebih kuat, kuat menjadi manusia lemah dan kuat menjadi manusia baru. Dalam benak hidup hanya satu kali selebihnya pastilah ruang dalam kubur dan rumah di akherat kelak. Semua manusia tidak bisa membalikkan putaran jam tapi setiap manusia akan mampu mencari upaya perbaikan untuk menumbuhkan semangat baru dalam dentangan lonceng tiap jamnya.

Api yang telah dikobarkan tidak akan pernah padam sampai kapanpun. Waktupun tidak akan pernah mampu menembusnya karena semua sudah ditawarkan dengan damai dan manusiawi namun tolak ukur egolah yang membuat hati ini berubah fikiran bahwa saudara akan menjadi darah seperti kisah anak Adam bahwa darah tertumpah dalam bumi pada kematian pertama di dunia. Setiap saat ujung keris akan menerobos masuk sampai menemui jantung entah esok atau lusa. Dalam mimpi, dalam kenyataan dan dalam titik keseharian hidup ini akan membayangi tanpa pernah menyerah sampai ajal menerpa. Inilah pilihan hidup yang harus dijalani karena sebuah nilai silaturahim sudah tidak bisa diluruskan ibarat pedang Umar siap menembus dan meluruskan garis yang bengkok. Kematian adalah sebuah warna yang susah ditebak sehingga banyak orang enggan memberi hati nuraninya demi kemaslahatan. 
Dan kematian tidak pernah membuat manusia berfikir bahwa mati adalah gambaran kepedihan tiada tara. Dengan kematian kita tidak bisa membeli keindahan dunia, dengan kematian keluarga tidak bisa lagi berkumpul, dengan kematian tidaklah ada harapan yang tertuang jadi kenyataan. Kalau berfikir itu semua, kenapa kita selalu mempersulit orang lain dan menganiayanya. Apakah kita akan kekal di dunia dengan segudang kemewahan dan kefanaan jabatan dan seabreg emblem di tubuh.. Musrik dan takabur adalah jawaban bila kita lebih baik dari orang lain. Bid'ah yang sesungguhnya kalau kita lebih unggul dari orang lain dan melupakan teman, saudara dan orang-orang terdekat yang justru membela eksistensi orang lain daripada diri pribadi. Inilah mengapa alasan darah yang sudah tertumpah tidak akan bisa ditampung lagi. Sakit akan menyusul dan menyamai sakit dalam hitungan waktu dalam istilah 'Belajar Hidup'
Semoga Allah SWT memberikan ampunan pada hamba ini yang lemah dalam balutan jalan yang menyempit, semoga jalan yang lebih lapang bisa meredam hembusan pedang yang setiap saat terhunus siap diluncurkan. Langit memerah beranjak membawa awan berlari dan kerarak seperti laju asap kereta membumbung tinggi kian menepi dan muncul lagi di belakangnya. Hingga senja yang indah kembali akan menerima sinar rembulan ikut menemani dunia dan manusia. Malam bergetar menerima erengan dan rengkuhan hamba yang dhoif. Malam adalah saksi kenapa manusia bisa menangis, malam adalah teman indah kenapa manusia bisa tersenyum dan malam adalah sahabat terbaik kenapa manusia sekarang hanya bisa terdiam tanpa sepatah kata, membisu penuh bara api. Mimpi beranjak naik kembali menjadi sinar terang subuh.. Fajar merekah ibarat sekuntum bunga wijaya kusuma merona putih semerbak harum indah dan anggun. Mulailah badan terkena sengatan mentari pagi muncul kembali semangat yang sudah lelah. Entah sampai kapan akan berakhir menjadi semangat beda menjadi manusia baru.. Bisa iya atau tidak.

Belajar hidup hanyalah istilah dari ucapan seseorang dan bukan tidak mungkin yang mengucapkan bahkan tidak pernah mau dan mampu belajar hidup untuk bisa menjadi manusia arif ataupun manusia baru..
Wallahu'alam Bishowwab


ya nabi salam alaika ya rasul salam alaika ya habib salam alaika sholawatullah alaika
penulis,
Muhshonu Rohman, ST

No comments:

Post a Comment

 
back to top