Wednesday, November 7, 2012

Jalan Kehidupan

Pilihan hidup setiap manusia akan membawa manusia dalam sebuah kedewasaan, kedewasaan dalam memahami pergaulan, kedewasaan dalam menelaah setiap kebaikan dan kejelekan, kedewasaan yang menempatkan manusia dengan bijaksanaan, kedewasaan yang membuat satu sama lain menyenangkan, kedewasaan yang selalu membuat istiqomah hati untuk khusnudhon terhadap orang lain, kedewasaan untuk selalu berani mengahdapi setiap persoalan dengan mata kepala tegar. Mungkin sangat sederhana apabila setiap dari manusia mengalami pasang surut hidup, namun tidak sesederhana bagaimana manusia melakukan perbaikan saat surut dan tak berdaya. Mengalami semua ejekan, sindiran, kehilangan teman dan sahabat, tidak ada dukungan dan semua yang berbau tidak sedap masuk dalam rongga hidung. Hingga sejarah hitam selalu hadir di setiap perjalanan hidup manusia. 
Pertanyaan yang muncul apakah Allah SWT akan menilai sama terhadap hambanya yang tegar dan sabar?, tolak ukur manusia yang bagaimanakah dapat dikatakan sabar?. Inilah sebuah cermin yang akan menunjukkan kualitas pemahaman manusia terhadap indahnya kasih sayang Allah terhadap hambanya. Bagaimana hambanya disingkirkan, dibuang, dilecehkan, jatuh terseok tak berdaya. Tidak satupun teman, sabahat, saudara melihat yang menemani bahkan justru menertawakan. Hanya Allah SWT yang bisa mengerti akan kesusahan hambanya, dimata orang lain di pandang sebelah mata bahkan ingin meludahinya. Apakah demikian dengan Allah? Jawabnya hanya Allah SWT yang tahu persis bagaimana perasaan hambanya, suara hatinya dan perangai serta akhlaknya. Dalam laut bisa dijamah tapi hati orang siapa tahu. Jawabnya hanya Allah SWT yang tahu akan isi hati manusia. Bagaimana Dia tahu akan kebaikan ataupun keculasan hamba-hambanya.

Banyak sekali manusia menyerukan kebaikan saat manusia lain jatuh. Namun apakah hal tersebut sudah menunjukkan solusi atau bahkan semakin menunjukkan kegalauan bagi yang di nasehati. Bagaimana batasan dalam memberikan kesadaran?. Yaitu bagaimana kita bisa memberikan respon baik atas apa yang menimpa saudara kita. Seolah tidak ada masalah yang berarti dengan sebuah tanggapan bukan sebuah nasehat yang justru akan semakin memilukan bagi yang menjalani. Renungan akan tidak mendapat arti apapun bagi yang menjalaninya karena jelas akan berbeda yang terkena musibah dengan yang menasehatinya. Baiknya adalah bagaimana jiwa kita bisa melapangkan hatinya dengan gembira dan mengajak dengan indah. Inilah obat yang mujarab bagaimana manusia satu sama lain saling memperbaiki bukannya satu sama lain saling bertepuk tangan dan meludahi. Bagaimana bila hal yang sama menimpa anda?, apakah mampu beban itu dipundak anda?..
Semoga manusia mampu menilai kebaikan orang lain dengan sebenar-benarnya. Dan sebaliknya bagaimana manusia bisa menilai kejelekan orang lain yang tersembunyi diantara berjuta mulut manisnya. Janganlah tertutup mata hati kita menerima penilaian baik terhadap orang yang kita benci. Bagaimana kita hidup tentunya atas saling menasehati dalam kebaikan bukannya menasehati dalam kemungkaran dan kehancuran. Dan siapapun akan bisa menilai atas semua apa yang telah dilakukan baik yang nyata ataupun telah lama dilupakan. Jika kalian salah menilai orang lain jelas akan membahayakan masa depan amal dalam akherat kelak. Di sadari ataupun tidak banyak sekali kegalauan hidup yang menunjukkan jalan kehidupan setiap manusia di bumi. Sehingga nilai kesuksesan bukanlah semata bisa di nilai dengan uang dan kemegahan kekayaan. Namun bagaimana kita bisa menilai orang lain sukses yaitu bagaimana kita melihat saat mereka menjadi sebuah panutan dan saat mereka jatuh menjadi debu. Dan bagaimana setelah keadaan mereka terjatuh mampu untuk bertahan yang bangkit menjadi manusia yang tegar tanpa menoleh ke belakang lagi. Dan harusnya penghormatan yang setinggi-tingginya kita sampaikan terhadap manusia yang bisa menjalani itu semua. Beginilah cara manusia meluruskan amaliahnya di dunia dengan hiruk pikuknya pergaulan yang saling menjatuhkan satu sama lain.
Semoga kita menjadi pribadi yang amanah, tangguh dalam menjalani hidup, sabar dalam meneruskan hidup serta istiqomah melalui jalan kehidupan yang diberikan Allah SWT dengan selalu beribadah dengan baik. Semoga kita menghadapi kematian dengan tersenyum puas saat menjalani jalan kehidupan sesuai jatah umur kita.
Allahumma salli ‘ala sayyidina Muhammadin 
salatan tunjina bi-ha min jami‘i-l-ahwali wa-l-afat 
Wa taqdi lana biha jami‘i-l-hajat 
Wa tutahhiruna biha min jami‘i-s-sa’iyat 
Wa tarfa‘una biha ‘ala-d-darajat 
wa tuballighuna biha aqsa-l-ghayati min jami‘i-l-khayrati 
fi-l-hayati wa ba‘ada-l-mamat
 
Wallahu'alam Bishowwab..
 
Penulis,
Chie Zhoen 

No comments:

Post a Comment

 
back to top