Wednesday, October 31, 2012

R 1 B

Semua manusia ingin menjadi terdepan dalam semua pengalaman dalam hidupnya. Punya ambisi besar, teguh pendirian, ambisius dan oportinus. Bahkan hampir penduduk bumi menginginkan kesejahteraan dan kemulyaan serta bernaung di atas gelamournya kehidupan dunia. Seperti tidur berselimutkan permadani uang. Semua di atasnamakan dengan kepuasan dengan berbekal kemewahan dengan memiliki kekayaan melimpah. Apakah semua itu bisa menjadikan kita selalu bisa bersyukur dan akan selamat di dunia dan akherat?. Jawabnya adalah bisa iya atau tidak bisa. Iya apabila sebagai manusia bumi seyogyanya memerdekakan budak dan hamba sahaya dengan perangai, ilmu ataupun hartanya. Yaitu membelanjakan kemewahan harta, kecerdasan dan keegoisan serta keangkuhan untuk kesejahteraan banyak orang. Bisa menjadi jawaban tidak bisa apabila pola fikir, analisa dan perangai serta alibinya digunakan untuk melumatkan orang banyak sesuai keinginan dan ambisi pribadi mengatasnamakan umat. Tersadar ataupun tidak itu akan menjadi pilihan hidup yang akan membuat hitam dan merahnya sejarah anda sekalian di akherat  khususnya menjadi manusia yang rugi besar. Rugi dalam timbangan amal dan kerugian karena Allah tidak ridlo karena jeritan manusia yang tersakiti secara ruh dan bathin.

Jiwa yang tawadlu' adalah sebuah jiwa santri yang apa adanya. Apa adanya sesuai dengan deskripsi tugas yang diembankan oleh atasan terhadapnya. Deskripsi tugas yang dilaksanakan penuh dengan tanggungjawab walaupun terasa pahit dalam melaksanakannya. Pahit melihat kondisi di depan mata kesehariannya yang tidak bisa melakukan atau membuat perubahan ke arah yang lebih manusiawi dan bermartabat serta mengemban amanah hati nurani. Sistem yang besar adalah gambaran dari kemajemakan pola fikir yang diimbangi dengan nilai kemapanan melakukan timbal balik tugas dan wewenang serta haknya. Bagaimana sebuah manajemen mutu bisa melakukan kontrol spiritual yang menumbuhkan semangat baru untuk membangun untuk kemaslahatan bersama dalam sistem. Jawaban itu semua adalah tingkat jenjang prosedur operasional yang tepat untuk membuat aturan dan merujuk aturan-aturan dibawahnya dengan tolak ukur tugas dan wewenang yang akurat dan tepat.
Mengapa banyak hal membuat sistem berat sebelah, dikarenakan ambisi mengalahkan aksi dan reaksi. Menjalankan sistem dengan pola fikir dan politisasi like and dislike bahkan kehancuran barang. Banyak hal mengalahkan kebenaran, banyak sisi melupakan sejarah dan banyak ragam menjadikan kambing hitam dan melupakan teman dan saudara. Itulah kealpaan manusia memandang bulan dan matahari. Bila manusia memakan daging saudaranya, dia akan lupa jalan kemana dia akan kembali. Rumus baku dari qolb yang selalu diliputi penyakit bertambah kronis hingga jadi tulang dan daging. Marilah mencium nurani kita secara kaffah, melahirkan semangat baru yang fitroh menjadi manusia yang berguna secara vokal dan amaliah. Secara vokal dia dikenang sebagai pribadi yang bisa mengayomi orang banyak. Secara amaliah dia selalu berusaha menjaga jangan sampai ujung pedang membelah gumpalan amal sholeh yang ditumpuk bertahun-tahun musnah dihempas hujan sehari. Pesan dan amanah pejuang sistem haruslah dijaga untuk kemaslahatan secara harfiah yaitu mewariskan amanah dengan bijaksana dan bermoral.
Pilihan hidup kita akan membawa kita kembali menghadap Allah SWT secara benar atau tidak adalah kembali kepada kesadaran dari sebagian apa yang penulis sampaikan. Semoga menjadi bahan renungan bukan hanya sesaat tapi menjadi review (kilas balik) perjalanan anda menjadi manusia. Jadilah manusia yang baik hingga bisa menyelamatkan diri dan keluarga dari ganasnya api neraka.. Amien.
Masyaallah... x 1000
Wallahua'lam Bishowwab.
Penulis,
Muhshonu Rohman, ST
Rabu, 31 Oktober 2012

No comments:

Post a Comment

 
back to top