Friday, October 12, 2012

Ruqyah Qolb

Banyak sekali manusia di jaman komputer ini selalu mengajak kebaikan, beristighfar setiap saat, berdoa sepanjang waktu, memberikan persepsi kebaikan lewat status atau komentar, berargumen dengan bahasa Qur'an, berkata lemah lembut penuh pesona, selalu terdepan tidak ketinggalan informasi, ingin membantu dan selalu mencampuri urusan orang lain, berlomba-lomba dalam kebaikan (red). Namun satu yang kurang yaitu qolb, hatinya selalu gundah, picik penuh iri dan dengki bahkan dzalim. Dan masih banyak lagi istilah yang bisa diungkapkan. Apakah jaman ini sudah mendekati kiamat, manakala antara kebaikan dan riya, antara kesalehan dan kedzaliman, antara norma dan ide; berjalan seiring sejalan dan dijadikan media untuk menarik dan memberi persepsi akan kemajuan dan kedewasaan. Apakah semua hal itu sudah pada tempatnya apabila manusia selalu ingin menjadi yang terbaik, ataukah manusia ingin menjadi pribadi yang selalu benar tanpa sebuah kealfaan dan kesalahan. Jawabnya ia dan tidak tahu. Saat iya berarti manusia tersebut adalah ingin menjadi cermin dalam figur yang jujur dan penuh berkah. Tidak tahu berarti manusia tersebut hanya ingin menjadi figur sementara di depan orang lain namun takut di hadapan Tuhannya.

Bila terlahir menjadi manusia sesuai fitroh dan keinginan hidupnya sudah tercapai di dunia atau minimal berarti sudah mencapai taraf kebahagiaan dan mencapai nikmat dari Allah SWT. Judulnya adalah bagaimana tabiat selanjutnya manusia itu sendiri dalam pandangannya sebagai pribadi terhadap kehidupannya sekarang ini. Syukur adalah bentuk dari upaya menjadi manusia yang baik, jikalau belum ada kata syukur itupun hak semua orang dalam kehidupannya sendiri dan siapapun tidak berhak memberi persepsi terhadapnya hanya Allah SWT yang akan memberikan sebuah analisa tentang perjalanan hidup setiap umatnya. Kenapa penulis beranggapan demikian, karena sudah banyak sekali kemungkaran yang diciptakan justru karena omongan manusia terhadap manusia yang lain sehingga satu sama lain menjadi terluka dan menyebabkan perubahan perangai bahkan menjadi manusia yang jahat. Omongan yang membuat setiap dari mereka tidak bisa menghargai satu sama lain dan konsep akhirnya melahirkan kesenjangan dalam sistem, lingkungan dan masyarakat.
Hal yang indah seharusnya bagaimana manusia menciptakan suasana baru yang selalu mengedepankan prinsip kedewasaan dan kemakmuran serta kemajuan. Bukan berlomba-lomba dalam kebaikan untuk mencari kejelekan seseorang yang kurang bisa diajak kerjasama dalam kebaikan tersebut (red). Inilah lemahnya komunikasi umat Islam, Islam adalah agama bumi kenapa bumi tidak bisa menerima Islam secara mutlak?. Dikarenakan penduduk bumi enggan menjadi pengghuni akherat. Yang ada penduduk bumi sejahtera bergelimang kemewahan di dunia lupa akan bisikan akherat secara tulus. Yang sudah merasa alim, ibadahnya menjulang ke langit merasa tak pernah ternoda oleh dosa hingga selalu mencemooh dan merasa menjadi ahli surga. Yang hidupnya tenang walaupun ibadahnya senin dan kamis tidak merasa nyaman karena selalu terpinggirkan di luar masjid-masjid dan mushola-mushola tak tersapa. Ini yang menyebabkan manusia jatuh ke dalam tipu daya syetan sepanjang perjalanan hidupnya. Entah sampai kapan akan tersadar dan memulai amaliahnya dengan kemurnian hanya karena Allah SWT semata. "Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya", itulah gambaran manusia dari sudut akal, fikiran dan hati. Mau dibawa kemana hidup ini yang akan menghadap Allah SWT kapanpun dan dimanapun, entah sekarang, besok atau lusa bertemu onggokan tanah 2 meter persegi.
Hikayat manusia hanya sebatas nama setelah mati gadingpun tiada, amalpun hilang, ucapanpun lenyap, hanya tinggal nama di batu nisan. Semoga jiwa kita menjadi Islam yang Kaffah yaitu Islam yang hanya karena Allah SWT dalam menyembah dan beribadah sepanjang hidupnya.

Laqod jaakum rosuulum min anfusikum aziizun alaihi maaanittum hariishun alaikum bil muminiina rouufur rohiim
Fa in tawallau faqul hasbiyallaahu laa ilaaha illaa huwa, ‘alaihi tawakkaltu wa huwa robbul ‘arsyil ‘azhiim

Penulis,
Muhshonu Rohman, ST

No comments:

Post a Comment

 
back to top