
Apa yang dimaksud dengan itu semua, adalah jiwa yang selalu resah akan kebaikan dan membuat kebaikan terhadap orang lain dan lingkungannya. Sehingga kualitas iman dan agamnya justru membelengu untuk mencapai pahala yang sebesar-besarnya. Namun lupa apakah jiwanya berkarakter ibadah atau jiwanya bersebrangan dengan kualitas ilmunya. Karena semakin kualitas hidupnya naik, ilmunya tinggi, jabatannya tak terjangkau orang lain. Semakin tinggi pula setan akan menjamahnya dengan kekuatan yang besar. Inilah yang jarang dimengerti oleh orang beriman atau yang sudah tinggi kualitas ilmu dan ibadahnya.
Padahal rasululloh mencontohnya menjadi pribadi tauladan atau menjadi suri tauladan bagi umat seluruh dunia. Bagaimana beliau mencontohkan untuk selalu menjadi pribadi dan seorang pemimpin yang bisa menjadi pelindung dan berjiwa besar.
Manusia akan jatuh dalam mata rantai pikiran saat jiwa sudah resah dan penat dengan kealiman dan kesholehan. Pikirannya akan terjerumus oleh tipuan setan yang selalu ikut mencapai kesuksesan seorang anak manusia. Siapa yang akan menyadarkannya, tentunya Allah SWT yang selalu membimbing umatNya dalam jalan kebaikan yang nyata. Kebaikan yang mencerminkan kesederhanaan semua lini dalam fisik dan psikis manusia. Jangan sampai saat di dunia selalu taat namun saat mendarat di akherat dia akan sekarat oleh hilangnya semua amal kebaikan di dunia akibat itu semua... Naudzubillah. Dalam setiap khutbah jum'at sang khatib selalu mengakhiri khutbahnya dengan ucapan wala dzikrullahi akbar yang terkandung maksud kita selalu mengingat Allah dalam segala kondisi, saat ibadahnya maksimal atau saat ibadahnya menurun, saat ilmunya bermanfaat atau saat ilmunya tidak mencapai manfaat, saat kesuksesan merajarelala atau saat kesuksesan menjauh darinya, saat semua menyanjung atau saat dia tersandung, saat agama Allah di dada atau saat agama Allah ada di ujung relung hatinya saja, saat kepala tengadah atau saat kepala sedang tertunduk atau kepala tidak mau menunduk di hadapan manusia lain.
Semoga setiap yang kita lakukan dalam wujud kebaikan sebesar biji sawi sekalipun tidak akan raib hingga akherat kelak. Wallahu'alam Bishowwab.
penulis,
Muhshonu Rohman, ST