Bahasa jiwa manusia kadang akan mengalir seperti riak air, akan mengalir seperti derasnya air, akan syahdu laksana hembusan angin, akan kencang seperti pusaran air, akan indah seperti senyuman bunda, akan asyik seperti sentuhan kekasih, akan merana seperti kehilangan kekasih. Akan musnah seperti asap rokok, akan mudah menguap seperti air dalam bajana panas, akan membara laksana api dihembuskan angin blower, akan dingin seperti es yang melilit tubuh, akan sedih seperti anak angsa kehilangan induknya. Jiwa yang meronta adalah gambaran mata hati yang oleng karena keadaan fisik dan psikis yang sakit karena tersentuh sesuatu yang menjatuhkannya. Sesuatu yang membuat kebaikan jadi keburukan bahkan kebaikan dibalas keburukan. Dan sesuatu itu membuat kepasrahan hati menuju sang khalik. Akankah jiwa yang rapuh atau sengaja rapuh untuk bisa beribadah kepadaNya. Gambaran hal-hal ini adalah nuansa jiwa manusia dalam ekosistem dunia, ekosistem nafas yang berjalan bersama fisik yang berupaya hidup ditengah hiruk pikuknya dunia. Sehingga ujaran kata akan mucul bersama dawai nafas yang muncul karena lelah dalam keadaaan yang tidak jauh beda yaitu antara iktikad dan alibi manusia kepada Tuhannya. Adalah wajar bilamana manusia sudah terjatuh dan tidak berdaya bahkan terjatuh lagi untuk bisa dijatuhkan kembali sebagai figur yang salah. Apakah pernah Tuhan menyalahkan makhlukNya. Jawaban inilah yang merobah nilai menjadi sanggahan manusia kepada TuhanNya manakala tidak ada kebaikan yang dimunculkan oleh manusia kepada sesamanya.
Sungguh tragis manakala sebuah perubahan disanggah untuk melupakan perubahan itu karena dinilai tidak tepat bahkan katanya melanggar adab sesama insan. Apalagi figur saat berupaya merubah nilai menjadi berumerang. Sungguh sangat disayangkan apabila untuk meluruskan kebaikan justru dijatuhkan sebagai sebuah kesalahan.
Hingga apakah surat kepada Nya, Allah SWT harus diluncurkan .. Sunguh ironis, tapi tetap manusia harus meluncurkan..
Astaghfirullahal adhimYaa Rabb, ampunkan dosa-dosa hambamu iniYaa Rabb, bila hati ini rapuh kencangkanlahYaa Rabb..Bila raga ini melemah kuatkanlahBila jasad ini tergores duri sembuhkanlahBila badan ini tersentuh api taburkanlah hembusan esBila nyawa ini masih panjang jadikan satu kebaikan untuk memanjangkannyaBila bibir ini dibilang berdusta, satukanlah bibir dengan mata kakiBila ketikan tangan ini salah hapuskan dan ralat kembaliYaa Rabb,Manakala tatapam hati tidak bisa melihat lewat mata fana jelaskanlah dengan kacamataMu..Bila mata hati salah menilai kebaikan jadikan satu kebaikan yang ada meluruskannyaBila seumur hidup tidak pernah ada kebaikan di jasad ini ampunkanlah lenukkan lidahku untuk beristighfar atas namaMuSujudkan kepalaKu untuk Mu Yaa Allah..Hancurkan mata hati yang mencoba menilaiMuHancurkan jiwa yang tidak beradab di hadapanMuYaa Allah,Banyak manusia yang menilai salah dalam lembaran nyawa iniPadahal semenjak kecil hati ini terjaga dalam kemurnian untuk menilai sesamaTerjaga untuk tidak berprasangka tidak tepat ke sesamaNamun dalam perjalalan hidup ini, jalan yang sama terlubangi sampai jiwa ini masukYaa Allah,Hingga yang terkasih menilai salahYang menimang juga menilai keliruYang mengasuh membaca bedaYang bersama setiap waktu melupakan kuSelalu jiwa dan raga ini terbuang menjadi satu kembali dengan rahmatMuYaa Rabb, Allah semesta alamTidak pernah jiwa ini menangis, tidak pernah raga ini menjeritNamun kali ini, maafkanlah hambaMu ini bila aku terlena dalam jiwa yang berderai air mataWalaupun hati tenang, tapi jiwa ini tergeletak piluLuruskan sisa nyawa ini untuk selalu mengingatMuTiada lembaran surga di dunia akan menaklukan hati yang terlukaTiada bait kata yang mampu melerai tangisan jiwaTiada luka hati yang mengering bila selalu tergoresMaafkanlah Yaa rabbSemoga surat ini salah kepadaMu ..Qālụ sub-ḥānaka lā 'ilma lanā illā mā 'allamtanā, innaka antal-'alīmul-ḥakīm
Manusia hanya titipan Allah, tatkala sedang beriman, mereka akan mengejar kebaikan dan keselamatan dunia dan akherat. Apabila sedang jauh dari iman hanya takabur yang dipertemukan dengan sesama. Manakala sedang bertabur kenikmatan dan kebaikan, terkadang lupa biji yang jatuh dari tumpukan tangannya.
Semoga Allah mengampunkan jasad dan hati ini.
Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad wa Ala Ali Sayyidina Muhammad
Wallahu'alam Bishowwab
Penulis,
Muhshomu Rohman, ST