Jaman sudah sangat maju. Segalanya sangat mudah dari membeli sayuran sampai membeli manusia. Semua berjalan dengan sangat cepat ibarat lajunya status dalam facebook. Ibarat loadingnya Core i7 menembus pusaran dunia maya. Semakin sempit dunia ini di huni berbagai kehidupan baik manusia ataupun seiisi dunia lainnya. Butuh waktu pendek menjelajah angkasa raya dengan keyboard di tangan. Sungguh perubahan dehidrasi bumi oleh akal fikir manusia yang semakin ingin menaikkan keinginan dan ambisinya. Setiap hari OL di depan internet menembus hiruk pikuknya nuansa kehidupan. Up to date manusia dalam berlomba mencari kesenangan hidup dan tentunya kesejahteraan hidup. Tertinggal rasanya bila sehari saja tidak mengaktifkan ID kita di internet seolah setahun rasanya.
Jiwa manusia akan semakin kaya dengan keindahan manakala kita bisa berjalan dengan santai dan nyaman dengan langkah kaki kita. Jari kaki kita setiap hari entah berjalan berapa ratus kilometer saja tanpa bisa menyadarinya. Sungguh sangat ironis manakala setiap langkah kita hanya di isi dengan kemunafikan dan keserakahan. Kemunafikan dimana langkah kaki kita jauh dari sifat baik dari dalam hati sanubari yang sesungguhnya. Saling hasat dan hasut, saling menjatuhkan serta iri + dengki. Sangat tragis manakala setiap langkah kaki kita di liputi dengan keserakahan. Keserakahan hidup diri dan kepentingan pribadi tanpa melihat orang lain ataupun rekan dan kerabat. Sehingga jiwanya sudah sangat refleks memainkan kaki menjadi tangan bahkan menjadi mulut dan buah bibir.
Telapak kaki akan bersih manakala di sapu dengan usapan air wudlu dari atas tumit menjalar ke seluruh kaki, segar dan menyenangkan. Akankah setiapkali membasuh kaki, setiap dari diri pribadi akan sadar sampai sejauhmana langkah kaki kita ditapakkan di bumi selama umur di kandung badan. Apakah saat membasuh kaki kita dengan air wudlu kita akan tersadar bahwa kaki kita mempunyai mata namun tidak bisa melihat karena sebenarnya yang menggantikannya adalah mata dan hati kita. Bagaimana apabila saat membasuh kaki kita dengan air wudlu ada kotoran yang tidak bisa lepas dari siraman air wudlu? Semua akan kembali bagaimana kaki yang seharian disembunyikan di balik sepatu-sepatu akan muncul menapak ke tanah dan masjid dengan tenang dan nyaman. Tentunya akan beda dengan para petani dan sejenisnya yang setiap hari dengan telanjang kaki menapak bumi dengan senyuman. Masuk ke masjid dengan tenang walaupun masih ada sisa kotoran di kaki akibat lumpur sawah dan sebagainya. Teman, sahabat dan saudara kita yang jauh tidak bertemu dan meninggalkan jejak kaki tentunya entah kemana sudah jejak kakinya, tersiram air hujan ataupun hilang begitu saja. Mungkin sedikit meninggalkan jejak kaki dalam telapak-telapak yang tidak berbekas. Inilah yang seringkali di lupakan. Dan seterusnya..
Berbagi rasa dan berbagai hati ibarat berjalan dalam terik matahari tapi tidak merasakan panasnya matahari yang menyengat kaki dan telapak kaki. Seolah ada es yang menempel dalam langkah kaki kita.. Semoga.
Wallahua'lam Bishowwab.
by Chie Zhoen
No comments:
Post a Comment