Akhlak yang mulia adalah bentuk dari upaya manusia menjadi pribadi yang sesungguhnya yaitu pribadi yang siap menerima krittik dan saran. Sebuah pribadi yang melepaskan semua ego dan kesombongan serta keangkuhan. Analisa bathin yang mencoba membuang sifat jahat dan culas sebagai manusia bumi. Inilah bentuk konkrit yang harus diperoleh manusia selama hidup di dunia. Bila ini tercapai tentunya tidak perlu berharap surga di akherat karena surga itu sudah ada pada jasad, hati dan ruhnya. Koridor akhlak mulia ini sudah sering didendangkan di pengajian, mushola dan masjid sebagai bengkel untuk memperbaiki jasad dan hati yang rusak terkena hawa panas dunia dan syaitan. Namun pada kenyataannya di masyarakat hanya 1001 manusia yang mampu memperoleh akhlak mulia walaupun ahli masjid, masjlis dzikir atau sejenisnya. Inilah sifat manusia Islam yang justru enggan menilai pribadi dibanding penilaiannya terhadap orang lain. Sungguh menyedihkan apabila pada kenyataannya sekarang banyak umat Islam yang justru merusak bumi seisinya dan di mulai dari perubahan-perubahan akhlak mereka.
Ironis menyaksikan hal yang terus berlangsung dalam bertahun-tahun, tetangga merusak tetangganya sendiri. Saudara bertikai di antara saudaranya sendiri. Komunitas warga isinya saling mengejek di depan alim di belakang mencibir dan melecehkan. Pertanyaannya, mau dibawa kemana hidup di dunia, bekal di alam kubur apa cukup rutinitas ibadah yang luar biasa baiknya sementara akhlaknya tidak bisa dijadikan suri tauladan yang baik?. Umat yang sudah besar biasanya akan hancur oleh kebesarannya jikalau sifat kesombongan menjadi tolak ukur untuk mengedepankan akhlak dengan ilmunya. Ilmu yang bermanfaat bukanlah sebuah ilmu yang bisa diberikan begitu saja terhadap sesama tapi ilmu yang bermanfaat adalah berangkat dari aura wajah dan perangai yang menciptakannya. Jika akan mendapat ridlo Allah sepanjang hayat tentunya jiwa ini yang harus di kedepankan selamanya, bila selama ini hanya rutinitas ibadah tanpa perbaikan akhlak tentunya akan tidak bisa dipertanggungjawabkan nantinya di alam kubur, apalagi akherat hanya akan melepaskan semua amal yang telah dilaluinya.
Saudara sebangsa dan setanah air, seiman dan seaqidah. Banyak sudah contoh manusia yang hidup enak bergelimang harta benda namun miskin akan akhlakul karimah dan penulis sudah pernah menyaksikan bagaimana manusia di kubur jasadnya tidak masuk ke liang lahat. Inilah wajah manusia yang enggan berbaik sangka dan berakhlakul karimah, kerjanya hanya ingin membuat teman, saudara dan tetangganya menangis sehingga hidupnya terasa hampa walaupun bernaung di dalam masjid. Sholat akan membentuk pribadi melepaskan perbuatan keji dan mungkar, kenapa tidak bisa?. Itulah sifat manusia bila belum berkalang tanah isinya hanya membuat kerusuhan di muka bumi baik itu dengan akhlaknya maupun ilmunya.
Semoga kita semua menjadi pribadi yang santun, sepadan dan setara antara ilmu dan amal sholehnya. Akan menaikkan beban timbangan amal kebaikan setiap harinya. Hingga tanah akan menerima kita apa adanya dengan indah dan berbau harum semerbak.
Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika la syarika laka labbaika. Innal hamda wanni'mata laka wal mulka.
Penulis,
Chie Zhoen
No comments:
Post a Comment