Dengan satu tangan karena tangan kanan masih tergantung
akibat tulang pundak patah pada kecelakaan hampir tiga pekan lalu, penulis
mencoba menyadarkan akan sebuah arti hidup. Hidup yang akan mengekalkan
perjalanan panjang di alam lain yaitu akherat kelak. Bahwa manusia adalah sah
bila mempunyai nafas dan indera serta bila indera disertai akal, juga akal
berpautan dengan budi, lebih sempurna bila mengenal agama menuntun akhlaknya.
Akan lebih sempurna kembali bilamana mereka saling mengenal dan berpasangan
ibarat siang dan malam bumi dan langit. Ada wanita ada pria, diciptakannya Adam
kurang lengkap dibuatlah Hawa dengan rusuk Adam. Kesemuanya adalah warna yang
menghiasi indahnya bumi dan seisinya. Bagaimana bumi menerima mereka dan juga
bagaimana pula langit menerima mereka juga pada akhirnya? Sebuah pertanyaan
yang penuh dengan dilema dan jawaban yang panjang.
Salah satu kenikmatan dan
kebahagiaan manusia adalah mempunyai pasangan hidup dari jenisnya sendiri. Suka
duka dalam rentetan perjalana hidup dalam ikatan cinta adalah aura warna dunia
yang sesungguhnya ibarat bumi milik Adam Hawa bila mereka saling merindu.
Sebuah watak dan aura cinta adalah sebuah warna dunia dan akherat yang saling
bertolak belakang dan pada akhirnya akan memunculkan hembusan angin surga dan
hembusan angin fana. Simpang siurnya adalah akan melahirkan kontribusi yang
akan menuntun suasana dan lantunan lagu dalam iringan selimut bersama. Inilah
yang akan mengokohkan atau memudarkan arti yang menyelimuti sebuah wujud dari
surga yang sesungguhnya yaitu surga dalam balutan cinta yang sebenarnya.
Maksudnya adalah bagaimana warna
pergaulan mereka dalam cinta akan menamakan mereka dalam senyuman di surga
maupun tangisan surga. Tangisan surga jikalau cinta mereka hambar dalam tepian
surga karena terlena dalam lautan dunia. Senyuman surga jikalau cinta mereka
melahirkan makna yang sebenarnya yang akan menumbuhkan cinta abadi dalam surga
Allah karena lengkapnya cinta mereka saat di dunia.
Seorang pria dalam balutan cinta di
atas permadani pernikahan adalah tonggak awal memulai sebuah altar surga. Surga
yang berada di dunia belum masuk dalam dawai surga akherat. Mulailah masuk ke
surga yang sesungguhnya apabila hati berpaut dengan akal dan akal akan berjalan
dengan hati bersama bibir yang terdiam. Jadilah suami yang menjadi Imam dalam
sentuhan tangan isteri. Apakah Imam ini sampai pada tujuannya? Belumlah bisa
dalam taraf sampai surga Allah SWT manakala Imam ditengah gurun yang gersang
yaitu bagaimana dia sebenarnya menjadi makmum di dunia dalam sandaran Imam di
akherat yang bermanipulasi.
Intinya adalah balutan cinta sang Imam adalah sebuah kenyataan panjang di dunia bagaimana suami menjadi tolak ukur yang mutlak akan ketajaman seorang isteri yang seharusnya menjadi rusuk yang selalu ada dalam dada seorang suami. Bukannya rusuk yang keluar menyembunyikan dada dan jasad seorang suami. Banyak kenyataan yang ada bagaimana wanita sering menjadi Imam di dunia, dengan bekal ijasah yang menjulang sang suami yang hanya berijasah ala kadarnya menjadi batu dalam sandungan, ikut kesana dan lari kesini membawa keranjang belanjaan dan seabreg cucian. Sungguh Imam yang sesungguhnya di akherat berganti dengan makmum dalam kenyataan di dunia.Pahit getirnya hidup dan suka dukanya cuaca dalam dunia yang fana adalah sebuah anugrah yang patut mendapat acungan jempol bagi manusia yang berfikir. Ekses hidup antara isteri dan suami adalah ladang subur untuk memakmurkan surganya Allah SWT. Wanita juga anugrah terindah dalam pajangan cinta pernikahan adanya wanita rumah menjadi hidup, adanya wanita anak tercipta, adanya wanita suami akan hangat dan damai. Adanya wanita suami bisa tertawa bahkan menangis. Adanya wanita banyak surga yang mudah akan diperoleh oleh suami. Adanya wanita suami sakit bisa terobati dan sebaliknya. Demikian pula adanya pria wanita bisa penuh makna dan kedamaian, dengan pria wanita mabuk dengan cinta namun hangat dalam pelukan, dengan pria wanita mengisi harinya dengan penuh riang dan pesona tersenyum dan bercanda dengan kenikmatan buah hati. Adanya pria seorang wanita bisa bangga karena mampu menangis saat melahirkan buah cinta mereka dengan airmata surga. Dan dengan seorang pria pilihan, wanita punya surga sepanjang hayat bahkan jutaan tahun di surga yang sebenarnya di akherat hanya dengan kecupan bibirnya di tangan suaminya. Ikatan keduanya adalah mata rantai antara wajah bumi dan mimpi langit. Jadi, tersenyumlah dengan cinta kalian semua dengan kenyataan yang selalu diharapkan surga-surga kelak di akherat. Tetaplah menjadi Imam dan Makmum yang semestinya sehingga bukan Imam dan Makmum yang salah arti dalam memandang alam yang indah di dunia dengan melupakan aherat.
Hingga dalam setiap pejaman mata
menjelang tertidur setiap dari insan yang bercinta mempunyai nafas yang lembut
menyapa alam mimpi dengan tenang dan damai. Larut malam adalah gambaran
padamnya mata namun terangnya hati dalam balutan kekasih.
Wallahu'alam Bishowwab.
Penulis,
Chie
Zhoen
No comments:
Post a Comment