Ramadhan adalah hikayat menuju sebuah pola fikir yang jatam tentang hakekat hidup di dunia. Setiap dari manusia akan berusaha mencari kenyamanan, ketentraman dan kesejahteraan hidup dengan hati tenang dan nyaman tanpa stress terpengaruh kondisi setiap saat, baik itu sedih, susah, senang, musibah, anugrah dan sebagainya. Ketenangan jiwa adalah konsekuensi dari hasil yang diperoleh setelah Ramadhan, semua akan terwujud apabila dalam menjalani rutinitas sebulan penuh membuahkan sebuah komitmen perubahan pada diri dan pribadi setiap insan muslim. Komitmen untuk itu bersifat sangat kompleks dan penuh dengan perbedaan setiap orang, yaitu bisa berupa perubahan akhlak, perubahan pola fikir, perubahan rutinitas, perubahan dinamika hidup, perubahan sosialims, perubahan paradigma dan berbagai perubahan hati menjadi lebih dinamis dan dewasa. Pertanyaannya adalah apakah setiap muslim mempunyai agenda khusus dalam setiap melewati aktifitas Ramadhan??.. Pertanyaan tersebut kembali kepada pribadi masing-masing dan semuanya tidak bisa dipaksakan dan Allah SWT sendiri yang akan menunjukkan jalan keluar atas usahanya.
Masalah hati, jiwa dan yang ada dalam diri manusia tidak bisa dijabarkan dalam bentuk kontrak nyata dengan kondisi mulut dalam dalam setiap langkah jalan hidup. Ibarat mencari sebuah emas dalam lautan berpasir keruh. Itulah gambaran saat setiap muslim mencari hakekat dirinya saat melewati bulan puasa. Pengertian ini terkandung maksud bahwa saat akan memasuki sebuah lautan yang luas, persiapkan bekal anda yang maksimal yang akan dibawa menuju ke tengah lautan. Bila bekal yang dibawa diperkirakan tidak akan mampu menerjang ombak dan badai di lautan, jelaslah bahwa kalap dan diri anda sendiri yang akan terjatuh dalam lautan. Bagaimanakah kesiapan kita menjelang Ramadhan?? Sudahkah anda pertimbangkan?
Sebuah contoh, seorang ibu sangat senang menyambut datangnya Ramadhan dengan senyum riang dia persiapkan semua perlengkapan hidup menjelang puasa untuk melayani suami dan anak-anaknya. Dengan senyum manis dia menyapa suaminya, "Ayah, sebentar lagi puasa neh!?. Bila selama setahun kebelakang ibu banyak salah mohon di maafin ya..!!". Dengan indah suaminya berkata, "Iya sayang, begitu juga sebaliknya bila Ayah banyak salah di maafin juga mah". Begitu indah di dengar, namun jarang pada setiap keluarga menyempatkan hal tersebut.
Sebuah lautan yang ganas akan terlihat indah dan sejuk saat dalam setiap nafas kita dalam hitungan detik, jam, hari selalu di lalui dengan kalimat thoyyibah, dzikrullah dan Qur'an. Nafas ini tercapai dengan niat yang ikhlas berpuasa tanpa pamrih apapun. Tanpa pamrih akan mendapatkan sebuah pahala yang berlipat dan tanpa pamrih ingin mengharapkan sebuah hajat tertentu. Hal inilah yang akan membuahkan sebuah malam istimewa datang menghampiri tanpa di sengaja. Emas dan permata itulah yang akan menunjukkan keruhnya lautan menjadi indahnya lautan yang sebenarnya. Bila itu datang sujudlah dengan ikhlas hanya kepada Allah SWT tanpa sekutu sedikitpun. Insyaallah hidupmu aman, nyaman dan selamat dunia dan akherat.
Tergetarlah setiap muslim menjadi pribadi yang santun untuk menyambut Ramadhan tanpa sebuah tendensi dan menjadi figur yang baik. Namun berlombalah menjadi pribadi yang santun dan tetap rendah hati dalam omongan, sikap dan perilaku. Itulah wujud Ramadhan yang akan menjadi tolak ukur hidup setiap muslim dalam sebelas bulan setelahnya. Jika dari setiap insan muslim memikirkan hal demikian pasti akan terjalin sebuah ekosistem yang terbaik dalam keluarga, institusi, masyarakat bahkan sebuah bangsa dan negara. Kapan lagi kita akan merubah kondisi ini menjadi urat nadi dalam jasad kita, bila semua yang terjadi berbeda dengan tujuan semula niat kita menyambut ramadhan.
Semua manusia pasti akan menemukan kesimpulan hasil dari ibadah puasa sebulan penuh dengan takarannya sendiri-sendiri, tetapi minimal setiap insan akan menyimpulkan menemukan satu hikmah setelah melewati sebuah bulan penuh kenikmatan. Jika hal tersebut akan nyata, intinya adalah sujud tanpa sebuah embel-embel hajat. Pasrahkan hati menuju Ramadhan insyaallah berkah hidup menuntut anda untuk selalu bersyukur atas semua nikmat hidup yang telah di jalani.
Wallahu'alam bishowwab.
penulis
by Crowja Garichu
No comments:
Post a Comment