Langkah motor terhenti saat melewati patung Soedirman di Purwokerto, patung Jend. Soedirman salah satu tokoh perjuangan jaman dulu era kemerdekaan. Konon Soedirman adalah sosok pemimpin yang bersahaja, akrab dengan anak buah, seorang pemimpin yang sabar. Sepanjang perjalanan sejarah dia dikenal karena teguh pada prinsip dan keyakinan, konsisten dan konsekuen dalam membela tanah air, bangsa dan negara. Dan kata para simbah, Soedirman muda pernah singgah sebagai Komandan Batalyon di Kroya. Seorang sosok yang punya yoni kata orang jawa. Punya pamor yang khas dan karismatik menjadi buah bibir karena sepak terjang yang mengetarkan nyali penjajah saat itu. Termenung sejenak dalam lamunan, sebuah ilustrasi hidup manusia jawa yang sabar akan nikmat Allah SWT. Memang banyak orang suskes di jaman ini, namun pertanyaannya apakah mereka mampu bersaing seperti para pahlawan kita. Apa bentuk persaingan karakter tersebut !? Apakah yang nama_nya SOE bisa sukses seperti Soekarno, Soedirman, Soeharto dan Soe2 yang laen. hmm.
Banyak faktor yang menjadikan manusia hidup di dunia menjalani sebuah takdir kesuksesan. Bisa karena pandai, kaya, bertitel S1, S2, S3 sampai Esteh mungkin. Bisa karena buapaknya sukses anaknya terseret arus sukses. Bisa pula karena kebetulan saja atau mungkin faktor keberuntungan. Atau bisa saja karena takdir. Sekarang jasad_nya adalah apa bisa kita memprediksikan hidup kita dalam kata indah usaha dan do'a. Segudang pertanyaan ada dan masuk di benak manusia. Namun yang sering dilupakan adalah semua itu adalah kehendak Allah rabbul 'alamin. Bahwa kita meneruskan hidup cuma untuk beribadah kepada Allah, yaitu sebuah nilai dan makna indah dari Tunduk yaitu Dhien Islam. Jarang pula setiap insan menyatakan dirinya patuh terhadap Allah walaupun mereka dalam naungan kesuksesan, karena setiap yang punya pasti akan mengatakan hal yang tidak mengenakkan terhadap yang tidak punya. Itulah rumus manusia yang berada dalam dua telapak tangan yang punya unsur berlawanan iri + dengki dan iman. Naluri inilah yang membawa manusia pada titik kelemahannya yaitu berkawan dengan syaitan.
Segudang hasrat yang menjadikan wajah manusia yang damai dan tentram berubah jadi memerah. Karena harta, kenikmatan sesaat, kurangnya kedewasaan, lemah dalam syahwat dan sebagainya. Selalu merasa dirinya jadi manusia besar dan melupakan teman, sabahat bahkan saudaranya sendiri. Namun sebenarnya dalam dirinya terdapat sebuah kerapuhan jiwa yang selalu di pupuk dengan enak dan nyaman. Saat menyendiri dia tersadar bahwa apabila teman, sahabat dan saudara meninggalkannya dia akan tergeletak jatuh dan rapuh. Saat itu kepada siapa dia akan bertanya. Tentunya hanya kepada Allah SWT tempat kembali. Tapi ada perasaan yang hilang saat setiap manusia yang kembali pada kepercayaan pada dirinya mendapatkan sebuah ujian balik pada dirinya. Siapkah dia akan kenikmatan Allah yang berupa cobaan hidup.
Pertanyaan tinggal pertanyaan. Yang ada adakah warna raut wajahmu akan berubah saat melihat ketidakmampuan menjadi diri sendiri?. Gelisah, gundah, ragu, kecewa dan sedih. Kebahagiaan tinggallah kenangan apakah dia mampu menjadi figur kembali setelahnya. Jawablah setelah anda merasakannya kelak, sujud dan tafakurmu akan membawamu dalam alam lain yang belum pernah engkau kenal sebelumnya.
Seorang pemimpin sejati adalah seorang yang mempunyai jiwa besar dan mempunyai jiwa kecil. Artinya berjiwa besar apabila tidak disukai oleh anak buahnya dan jiwa yang selalu merasa kecil di hadapan Allah SWT. Sehingga nilai amanah dariNya bukan merupakan wewenangnya untuk menjadi seorang pemimpin yang melupakan empati dan hatinurani. Hal inilah yang selalu di impikan dalam sebuah tatanan dalam semua lini kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Sehingga lentera kaum lemah dalam sampai kepada relung hati setiap orang yang menyatakan dirinya sebagai seorang pemimpin sejati kata_nya.
Jikalau hidup mau di tukar apakah anda mau menjadi pemimpin sukses di akherat dengan banyak bidadari di sampingmu. Ataukah sukses menjadi pemimpin di bumi dengan dampingan 4 orang istri dalam satu atap yang bocor?. Hmm, menarik untuk dijabarkan susah untuk di renungkan. Selamat merenungkan_nya saudaraku. Semoga menjadi pribadi yang sama antara hati dan lisan-mu.
Wallahu'alam bishowwab..
by Crowja Garichu
No comments:
Post a Comment