Setiap hari kita di sibukkan dengan berbagai aktivitas yang mengasyikkan, membosankan, menjenuhkan dan membingungkan. Entah dalam sudut pandang kenyataan ataupun sebuah hati. Tatkala ada sebuah komentar, argumen, sanggahan, diplomasi, orasi dan berbagai ocehan dan ejekkan. Sehingga muncul sebuah suasana yang tidak kondusif bahkan sangat kurang nyaman. Kenapa bisa terjadi demikian. Sudah sangat disadari namun kurang bisa dirasakan bentuknya. Namun setiap manusia yang pandai dan arif selalu akan berbicara bahwa bagaimanapun kondisi hidup kita dalam keberadaan dalam rutinitas lingkungan kita, pekerjaan, sosial dan kemasyarakatan, jika kondisi ini bisa dipertahankan mungkin kita akan bisa pada zona nyaman walaupun dipaksakan. Sebuah pembelajaran biasanya akan datang setelah ada sebuah sebab akibat yang menyebabkan setiap dari orang dalam lingkungannya tersadar bagaimana pentingnya menjaga sebuah amanah dan kebersamaan. Kebersamaan tidak datang begitu saja, tetapi hal itu muncul karena setiap dari individu sadar akan tanggungjawabnya masing-masing dan bukan saling menyalahkan.
Sebuah ilustrasi yang menyebabkan munculnya ketidaknyamanan, jurang pemisah dan dehidrasi pola fikir ekosistem pekerjaan, akan muncul seiring dengan perkembangan kemajuan sebuah institusi. Pertanyaannya adalah siapkah semua komponen di dalamnya saling bahu membahu mencapai sebuah sistem yang baik. Adalah pertanyaan yang memunculkan banyak jawaban dan akan melahirkan pro kontra pemikiran dan argumentasi yang kurang mengenakkan. Kalau di telaah dengan baik jawabnya adalah mau atau tidak. Mau menjalankan sebuah sistem yang sudah dicanangkan atau malah memilah-milah tanggungjawab dan melepaskan tanggungjawab bahkan saling melempar sana, lempar sini pekerjaan dan menyalahkan orang lain. Tidak mau atau acuh tak acuh terhadap komitmen yang sudah dicanangkan. Itulah sebuah wajah peradaban yang sudah mulai besar dan makmur. Sebuah institusi yang besar akan berimbas dengan saling adu argumen dan mengisinya dengan target tender personal. Sistem dilupakan gagasan baik dibuang dan sebagainya. Nilai ukhuwah bagaimana yang akan dijalankan dalam kondisi demikian? Jawabnya adalah terserah anda, terserah pemegang kebijakkan dan terserah apa kata dunia menyikapinya.
Teringat kisah tentang nabi Adam as terakit pesan pada anak-anaknya. Salah satu pesan yang bisa didengar anak-anak mereka adalah sebuah ungkapan kebaikan bersama, keharmonisan hidup dalam bisingnya persalahan yang selalu muncul dalam beragumentasi.
Pesan Adam as pada anaknya, "Bermusyawarahlah dalam bertindak. Sebab jika saja aku bermusyawarah terlebih dahulu dengan malaikat, maka aku tak kan tertimpa masalah ini". Terkandung maksud bahwa komunikasi yang terbaik adalah dengan memberikan kebebasan dalam komunikasi dan bersosialisasi, setiap hal harus dirujuk dengan damai dalam sebuah ikatan ukhuwah yang baek. Konkritnya nilai yang akan diputuskan adalah sebuah wacana yang membangun dan menjadikan indahnya ketenangan dan keharmonisan semua kondisi dalam sebuah institusi.
Jikalau semua akan terwujud, marilah beristighfar bersama dalam memulai sebuah keputusan, sehingga akan diperoleh sebuah wadah yang tepat dalam setiap hasil keputusan yang diharapkan. Ujung dan pangkalnya tidak akan membuat sebuah warna yang lain dari retaknya silaturahmi. Besar dan kecilnya keindahan dan ketenangan jiwa berangkat dari tatanan yang baik dan sejuk dipandang mata, tanpa beban dan mengalir laksana air pegunungan.
Wallahu'alam bishowwab
penulis
by Crowja Garichu
by Crowja Garichu
No comments:
Post a Comment