Setiap yang hidup akan mengalami sebuah kematian, semua yang berjalan akan memasuki area parkir, segala hal yang membuat tertawa akan berubah menjadi sesuatu yang menjadikan kita menangis, apapun yang membuat bahagia juga akan berubah menjadi sesuatu yang akan melahirkan kesedihan sepanjang waktu dan tak pernah berhenti ibarat dendam yang selalu muncul siang malam sebelum terbalaskan. Namun seringkali kita melupakan segala sesuatu yang membuat jiwa kita tenang walaupun di tempat kotor sekalipun. Di masjid, sebuah rumah milik Allah SWT seringkali menjumpai wujud nyata dari perangai manusia. Setiap yang memasuki rumah_Nya akan terlihat watak manusia sesungguhnya. Setiap menghadap Allah SWT jelas siapapun tidak akan bisa menyembunyikan sebuah kenyataan kalau hatinya sedang gundah, jiwanya rapuh dan hidupnya galau. Entah karena faktor kefanaan maupun faktor yang jauh dari rasa sayang kepada Allah SWT. Maksud penulis faktor yang membuat hati kita sombong menghadap Dia. Karena banyak sekali kegagalan setelah keluar masjid, kembali mereka meraup kemewahan, kedengkian dan kemunafikan. Berarti kesiapan kita akan ajal dan sebagainya adalah sebuah perjalanan yang panjang membutuhkan kecerdasan spiritual, karena bukan tidak mungkin yang setiap 5 waktu sujud justru pertama kali akan masuk neraka saat dihisab kelak. Na'udzubillah.
Nilai akhlak tak sebanding dengan aqidah yang selama ini diperjuangkan dalam bentuk amal dan pahala, sujud kita sepanjang waktu, puasa kita sepanjang hayat dikandung badan sebuah kemuskilan jasad dan ruh, bahkan pangkat kita selama menjalani kemulyaan hidup di dunia dan sebagainya adalah sebuah bongkahan batu yang bersarang di pundak dan semakin berat saat kita sujud sholat di masjid. Inilah yang membedakan manusia satu sama lain dipandangan Allah SWT walaupun manusia tersebut kaya raya dan punya pangkat menjulang setinggi langit. Di hadapan rumah Allah SWT semua orang berhak jadi Imam, semua orang berhak menjadi makmum dan semua orang dalam berbagai pandangan tentang Al-Islam mempunyai kesempatan yang sama yaitu bisa duduk tafakur dan sholat sepuasnya menghadap Allah SWT. Tidak ada larangan sedikitpun kecuali jasadnya kotor dengan baju bersimbah lumpur walaupun hatinya suci mengahdapnya ataupun sebaliknya. Nilai manusia di mata Allah saat memasuki masjid bukan karena pangkat atau jabatan serta kekayaannya, namun bagaimana dia bisa sabar duduk di masjid walaupun tertidur setelah berdzikir memanjatkan keagungan Allah SWT.
Batasan antara hak dan bathil adalah bagaimana kita keluar masjid membawa sandal atau membawa kedamaian dan keyakinan akan nikmat Allah SWT. Dan jarang sekali dari setiap manusia yang Muslim akan berubah akhlaknya setelah memasuki masjid, bahkan yang kelihatan adalah bagaimana manusia tersebut sombong atas semua amaliah yang telah dikerjakannya dan setelah keluar masjid mulailah dia meluaskan kesombongan dihadapan manusia yang lain. Ibarat syaitan terhipnotis manusia, syaitan yang ibarat sebuah air berubah menjadi es. Sebelum air menjadi es tidak akan mungkin air itu bisa dipegang dengan tangan, namun setelah air tersebut menjadi es karena keyakinan kita barulah air tersebut bisa kita pegang karena telah berubah menjadi bongkahan es dingin dan beku.
Sujud kita saat sholat membawa bongkahan bahkan gunung dosa dan kesombongan, akan semakin berat dan melenakan fikiran dan hati kita dari tafakur, keikhlasan dan hati/watak yang baik atau berubah membaik. Justru semakin kita sujud hati kita gundah antara keangkuhan dan nikmat. Inilah sebuah dilema manusia menghadap Allah SWT sebagai manusia yang menyandang predikat Muslim. Bagaimana saat dia menjalani sakaratul maut? Semua akan kembali kepada keyakinan kita masing-masing apakah mau memegang mengendong syaitan saat sujud kita di masjid atau membawa syaitan dengan tangan di belakang saat berjalan setiap harinya..
Nikmat hidup adalah bagaimana meniadakan unsur yang akan membukakan hati kita ke arah bathil namun meminimalkan sebuah kemudhorotan untuk mencapai nikmat yang lebih luas yaitu ruh, hati dan jasad damai menjadi manusia ukhrowi.
Wallahu'alam Bishowwab.
Subhanallah wa bihamdihi subhanallahil adzim
Penulis,
ChieZhoen
No comments:
Post a Comment