Lembut melambai menyejukkan dada
Terdengar lirih merdu lantunan suara seruling
Merasuk mendalam merambah naluri
Terdengar menyusul alunan suara tangisan
Sebuah wajah menengok menengadah
Tersenyum, menangis, meronta dan mempesona
Engkaulah belaian jiwa, hadirlah dalam pelukkan
Sorot mata berbinar menambah indah dan sedih setiap jangkauan keinginan manusia yang sarat dengan harapan, angan, keinginan, sukacita, tautan dan semua keindahan rengkuhan hati adalah wujud dari sebuah warna jiwa yang pasrah dan sederhana. Sederhana dalam menikmati hidup dan sederhana dalam setiap tutur kata kita. Seiring bertambahnya usia, semua manusia akan memiliki naluri untuk menjadi diri dan pribadi sendiri. Memiliki warna sendiri dan beda dengan yang lain. Dari waktu ke waktu, dari hari ke bulan dan terus berganti tahun. Tidak hanya pakaian saja yang melekat yang merubah bentuk jasad kita, namun terlebih adalah berubahnya warna irama hati kita. Semakin mengerti akan sebuah jalan hidup dan kehidupan.
Ada perumpamaan yang dilupakan banyak orang, " sakit sama mengaduh luka sama mengeluh". Tubuh yang berisi jasad dan ruh akan selalu seiya sekata dalam setiap keadaan. Dengan satu tujuan akan mengalami perubahan segalanya. Ada saatnya tersenyum, ada waktunya menangis, ada keadaan yang membuat kita merenung, ada juga saat kita bersimpuh, ada kalanya juga kita harus bersujud. Kemanakah akan di langkahkan kaki dan pijakkan tangan kita menggapai seabreg gejolak jiwa. Banyak dari insan berontak dan tak berdaya hingga jalannya melemah tiada daya. Mencari sebuah keyakinan kalau apa yang kita mau semua akan mendukungnya. Hingga datanglah saat dimana kita akan merenung kembali dimana antara kenyataan dan harapan berbenturan dan membuka luka hati
Duduk bersimpuh menatap matahari, di sana ada panas, di sana ada api yang membara, di sana pula ada gejolak yang tidak akan pernah padam sepanjang jaman. Ibarat dua kutub yang saling di aliri arus, inilah wujud jasad kita. Arus akan mengalir searah ataupun bolak balik tergantung dari bagaimana kuatnya penghantar jasad menjadi tulang punggung mengalirnya arus. Tahanan yang menghambat dalam tubuh haruslah selalu di siram dengan api pula jika arus kuat menghampiri. Apa yang akan menetralisir BEKUnya darah kita? Sebuah rasa nikmatlah yang membawa aura tubuh akan menghangat dan membara namun tidak terpengaruh derasnya arus. Apalah itu? Sebuah istighfar Qubro yang membawa kedamaian dalam sanubari oleh desakan keinginan dan naluri resah.
Beranjaklah bangkit malaikat kecil
Engkau adalah wajah keras yang lak luka oleh matahari
Tengadahlah menyambut dan menjaring matahari
Tangismu adalah syukurnya, senyummu adalah indahnya dunia
Detak jantungmu sebuah ilusi
Ilusi menatap panasnya hati
Tetapi bukanlah tanpa sepi dan duri
Namun semua wujudmu adalah matahatinya
by Chie Zhoen
No comments:
Post a Comment