Teringat sebuah kisah Habil dan Qabil anak Nabi Adam as. Allah memberikan anak kepada Adam dan Hawa selalu berpasangan yaitu kembar laki-laki dan perempuan. Seperti biasanya mereka akan di kawinkan dengan saudara mereka masing-masing dengan silang. Habil akan dinikahkan dengan saudara Qabil yang paling cantik, sedangkan Qabil akan dinikahkan dengan saudara Habil yang kebetulan tidak begitu cantik. Qabil menolak karena ia ingin menikah dengan saudaranya sendiri. Terjadilah perkelahian akhirnya Habil terbunuh. Inilah kisah pertama manusia membunuh saudaranya. Namun bukan itu yang menjadi tolak ukur tulisan ini.
Ada istilah pada masyarakat yang sering kita dengar, 'buah jatuh tidak jauh dari pohonnya'. Ini mengandung maksud bahwa apabila manusia mempunyai anak yang sering terjadi adalah anak tersebut secara genetika maupun sifatnya akan menurun dari orang tuanya yang melahirkan, maksudnya dengan satu bapak tentunya hahaha. Baik itu fisik, psikis maupun kepribadiannya.
Ada istilah pada masyarakat yang sering kita dengar, 'buah jatuh tidak jauh dari pohonnya'. Ini mengandung maksud bahwa apabila manusia mempunyai anak yang sering terjadi adalah anak tersebut secara genetika maupun sifatnya akan menurun dari orang tuanya yang melahirkan, maksudnya dengan satu bapak tentunya hahaha. Baik itu fisik, psikis maupun kepribadiannya.
Ada perumpamaan lagi yang mengatakan 'anak polah bopo kepradah'. Mengandung maksud yang sedikit kurang baik, yaitu bahwa setiap anak yang tidak menunjukkan kebaikannya dan cenderung melakukan perbuatan yang mengundang masalah akan berlanjut dan menyangkut orangtuanya, namun pada sisi lain juga mengandung maksud bahwa setiap kemajuan dan prestasi anak akan membawa nama baik orang tuanya.
Namun ada keterbalikkan juga di jaman modern ini, dimana istilah itu juga dipakai namun dibalik dan ditambah sedikit yaitu, 'bopo biyung polah anak kepradah'. Nah ini tidak saya terjemahkan artinya, karena mungkin sebagian pembaca tahu artinya. Inilah sebuah kategori bahwa setiap iklim pada rumah tangga akan melahirkan budaya kurangnya demokrasi atau keterbukaan di antara anggota keluarga dan orang tuanya. Dan ini selalu di pupuk hingga permasalahan-permasalahan selalu bermunculan. Budaya ini sudah mendarah daging bagi kalangan masyarakat Timur, karena karakter sifat dan iklim yang mengakibatkannya.
Di sisi lain lagi saya kemukakan bahwa Allah menciptakan karunia yaitu berupa anak mempunyai tujuan bahwa cinta kasih yang Dia ciptakan adalah sebuah anugrah yang sangat berharga dan tidak ternilai dan ini di wujudkan kembali dengan dilahirkannya manusia baru hasil dari cinta kasih. Kalau bahasa kasarnya yaitu 'habis kawin enak dan terus hamil' hahaha. Bukan begitu maksudnya, begini dalam kitab Ta'lim Muta'alim terdapat risalah yang mengandung maksud bahwa ada 5 kebahagiaan hidup manusia di dunia, pertama manusia tersebut memiliki anak, kedua anak yang dilahirkan mirip dengan orangtuanya, ketiga memiliki rumah, keempat memiliki pekarangan yang luas dan kelima memiliki kendaraan. Nah anak inilah sebagai anugrah yang tidak ternilai harganya. Apa kata dunia bila lahirnya anak tidak mirip orang tuanya. Hehehe.
Namun Allah juga mengingatkan bahwa anak adalah titipan dan sekaligus anak adalah fitnah bagi orangtuanya. Inilah pengertian yang sering di salahartikan. Dan kemudian menjadi buah bibir untuk menjaga dengan super ketat dari semua sikap dan pergaulan mereka dan itu tidak bisa dipungkiri. Dalam koridor surga dari hubungan mereka adalah bahwa kenikmatan surga pada anak akan dirasakan kelak apabila setiap anak yang lahir selalu berbakti kepada kedua orangtuanya. Namun keterbalikkan juga dari sebab akibatnya tadi bahwa orangtua akan dimasukkan ke surganya Allah dari dosa-dosanya apabila Allah mendengar doa-doa anak yang sholeh dan sholehah. Sebuah hubungan yang sangat membuat bulu roma kita merinding akan kekuasaan Allah dan jelas kita tidak kuasa menahan airmata ini. Subhanallah, Maha Besar Allah, sungguh indah terdengar di telingga anugrah Allah terhadap sebuah rumah tangga dan ini jarang sekali menjadi bahan pemikiran kita semua. Sungguh sangat merugi siapapun yang telah melewatkannya. Astaghfirullahal adzim...
Sejenak kita akan merenung ulang, back to review life. Paparan tadi akan membuahkan semua pertanyaan yang sering terjadi di masyarakat turun temurun baik itu kondisi nyata maupun di sinetron. Yaitu kita terlahir dari sama-sama oleh rahim kedua orangtua, setelah beranjak dewasa maka dengan pertemuan Allah masing-masing dari mereka akan menemukan pasangan hidupnya dan seterusnya. Setelah orangtua punya anak jelas mereka berharap kehidupan terbaik yang akan di jalani dalam hidup barunya. Yang terjadi adalah rasa tidak ingin melepaskan anak-anak mereka setelah sekian lama di asuh dengan penuh kasih sayang. Bagaimana nanti dia dengan pasangannya, bagaiman nanti keadaannya dengan pasangannya dan segala bentuk berkecamuk dalam diri orangtua. Dan terus berlanjut sehingga tanpa di sadari keilkhlasan kita akan teruji dari hidayah Allah terhadap anak kita. Inilah yang akan menumbuhkan sebuah istilah anak adalah fitnah, namun sebaliknya juga orangtua akan beranjak menjadi rapuh dan akan berpolah setelah anak-anak mereka lepas dari pangkuannya inilah yang mengakibatkan perpecahan dari komunitas surga tadi. Sebagai contoh konkrit biasanya seorang anak perempuan adalah dekat dengan ayahnya, sedangkan seorang anak laki-laki dekat dengan ibunya, walaupun tidak semuanya akan serupa, lebih kentara bila banyak sedikitnya anak lelaki ataupun perempuan. Setelah menikah, ayah enggan melepaskan anak gadisnya, demikian juga ibu tidak rela melepas anak lelakinya.
Problem inilah yang selalu berkecamuk dalam benak setiap orangtua, sehingga tanpa disadari mereka bahwa kehidupan anak-anak mereka selalu dibebani dengan kemauan mereka. Terlebih bila telah lahir si Upin anak dari keduanya yaitu cucu mereka. Dominasi eyang akan menjadi polemik yang selalu muncul di permukaan. Inilah kesadaran yang selalu di buang oleh mereka. Permasalahan akan timbul berkelanjutan apalagi bila orangtua menuntut anak menantu yang sesuai kriteria ternyata hasilnya kurang cocok di hati mereka. Timbulnya kedengkian demi kedengkian mewarni sebuah rumah tangga baru yang sebetulnya tidak harus terjadi. Kesadaran inilah yang dilupakan banyak rumah tangga. Bagaimanakah sikap ini?, sikap ini akan membuahkan neraka yang pada wajah-wajah rumah tangga. Padahal Allah telah menurunkan dan melahirkan anak-anak mereka dengan sebuah jatah hidup, rejeki, jodoh sudah pada tempatnya. Kenapa hanya mereka lupa akan petunjuk Allah pada diri manusia.
Kelailaian ini akan mengakibatkan suka dukanya anak akan terlahir pada sebuah rumah tangga baru, sungguh sangat ironis dengan warna surga yang akan di bangun di akherat kelak. Hanya karena bibit, bebet dan bobot. Orangtua tega menelantarkan anaknya demi itu semua. Pemandangan yang mewujudkan budaya orang timur yang dililit dengan kurang demokratisnya pola fikir dan analisa psikoreligis dari diri mereka ataukah karena rasa sayang yang berlebihan yang menumbuhkan fitnah dan kedengkian. Inilah wajah fitnah yang muncul yang dilahirkan oleh seorang anak. Lepaskan budaya timur yang kurang mengindahkan komunikasi dan demokrasi. Namun jangan terlalu glaumor dalam hidup karena akan terlena dengan budaya kita.
Tersadarlah bagi semuanya, apalah arti hidup ini bila kebersamaan antara kedua orang tua dan anak terlepas. Ibarat kisah Habil dan Qabil, kenapa mereka bertengkar?, karena sebuah kelebihan Allah terhadap umatNya. Kenapa anak polah bopo kepradah, karena setiap anak jelas akan membuahkan nama kedua orangtuanya. Kenapa bopo biyung polah anak kepradah, karena kondisi kasih sayang mereka terhadap anak yang tidak mau dipisahkan atau tergantikan orang lain. Muncul kelainan-kelainan orangtua terhadap komunikasi rumahtangganya sehingga yang terjadi kekerasan dalam rumah tangga.
Berlari jauh dari keluarga, akan kembali juga pada keluarganya. Jiwa kita akan tersiksa manakala sebuah pola fikir yang kurang bijak selalu di kedepankan. Apa yang akan kita cari dalam membesarkan keluarga?, kekayaan jelas iya, keharmonisan, kemajuan. Surga? bagaimana akan terwujud bila kita tidak merubah kebiasaan bodoh kita. Semoga kita semua menjadi hamba yang selalu bersyukur terhadap kehidupan ini. Jikalau belum sukses, ada hari esok untuk lebih giat lagi berusaha di dunia. Jika sudah berlebihan harta ingatlah harta hanya titipan seperti seorang anak yang akan lepas berumah tangga dan meneruskan keturunan. Mudah-mudahan kita digolongkan kepada hamba-hamba yang sholeh dan sholehah yang selalu bersyukur atas nikmat yang telah dirasakan. Amien.
Wallahu’alam bish showab
Penulis :
Crowja Garichu
No comments:
Post a Comment