Fastabiqul khoirot.. berlomba dalam kebaikan.. adalah makna yang sangat komplek dan relative. Banyak angan dan harapan manusia selalu ingin terdepan dalam segala hal. Terdepan dalam manajerial, terdepan dalam etnis (maqom), terdepan dalam ambisi, pangkat/jabatan, gengsi. Dan semua hal yang berbau keduniawian. Makna itu akan selalu hadir saat manusia memberikan persepsinya akan kemaslahatan. Kemaslahatan personal maupun kemaslahatan bersama. Terlebih bila sebuah lembaga ingin tetap eksis, menjaga gengsi, nama besar dan kualitas yang semu seolah besar dan memabukkan. Jauh di lubuk hati yang paling dalam bahwa kita hidup bersama, bersama rekan kerja, sahabat, saudara, rekanan. Kita akan terbentur dengan keindahan persaudaraan. Namun banyak yang kurang memahami secara kedewasaan dalam artian pemahaman akan pentingnya menjaga makna silaturahmi yang sesungguhnya. Salah satu kunci fastabikhul khoirot adalah kebersamaan.
Berbagai argument akan dilontarkan dengan istilah di atas, berbagai macam sanggahan pastin akan muncul dan mewarnai sebuah iktikad baik untuk memajukan personal dan bersama. Dan semuanya itu akan menjadi sebuah boomerang ke depan. Bahwa sebuah eksistem akan tetap terjamin keberadaannya manakala, ekosistem tersebut selalu terarah dalam menjaga eksistensinya dengan masyarakat dan sesama.
Banyak hal lain tergulirkan bila sebuah angan dan harapan seseorang ingin dituangkan dalam sebuah kenyataan, mereka yang berangan-angan akan selalu mencari sebuah dukungan untuk kebersamaan meluangkan ideidenya dan akan melupakan jatidirinya sendiri bahwa tujuan sebuah organisasi adalah kemaslahatan bersama bukan sebuah ambisi dan pujian.
Seiring dengan perkembangan jaman bahwa kemajuan teknologi akan terbentur dengan pergeseran aturan dan kemajuan aturan. Banyak hal yang masih dipertahankan keberadaannya saat sebuah lembaga bernuansa Islam terbentur dan tergeser dengan opini masyarakat dan tidak mampu menyerap aspirasi rakyat. Padahal setiap jaman sebuah agama akan mengikutinya dan tidak akan terpengaruh sebuah peradaban. Namun yang terjadi adalah kualitas-kualitas para pemikir releigius yang semakin sedikit mengedepankan makna kebersamaan yang sebenarnya. Hal yang kurang masuk akal selalu jadi pertentangan, bahwa semuanya akan terjadi saat generasi dahulu sebagai pencetusnya dan janganlah lupa akan itu semua. Jawabnya adalah kesalahan persepsi justru sebaliknya bahwa kita akan selalu membangun dan akan membesarkan sebuah lembaga bila lembaga tersebut menjadi sebuah lembaga yang mixture demokratis. Bukannya lembaga yang selalu siap menggeser orang-orang yang sudah tidak dipakai. Dan tidak memanusiakan manusia menisbihkan naluri dan kemanusiaan.
Sebuah kerajaan akan terkenal saat rakyatnya makmur “gemah ripah loh jinawi” tata tentrem kerta rahardja, murah sandang lan pangan. Urip cumawis ing pangauripan. Bebasan mangan karo uyah ananging ora kecipratan... Saudaraku marilah berbagi damai.. Berbagai kemaslahatan bersama menjaga dan membesarkan nama institusi kita. Namun yang punya kekuasaan hendaklah berperan sebagai pengayom, karena nasib mereka tidaklah akan kunjung reda tertopang dan terlempar abdai setiap saat. Sadarkah akan semuanya wahai pengurus, pemimpin dan pencetus ukhuwah wahai Yayasan??..
Ada sebuah anugrah illahi yang patut disukuri, yaitu kebersamaan.. Ukhuwah dan silaturahmi.. Apakah silaturahmi hanya akan muncul kegalauan selama tahun demi tahun. Dimana letak kenikmatan sebuah kata ikhlas bila tidak sesuai dengan jerih payahnya.. Oh menyedhkan.. Akankah bertahan ekosistem selanjutnya. Yang terjadi adalah keluar masuknya generasi baru yang monoton sama tanpa kemajuan atau jalan di tempat.. Akankah ini akan jadi sebuah dilemma sepanjang sejarah dan justru akan melupakan perjuangan para pencetus sebuah lembaga dengan tujuan yang hakiki yaitu surge kelak di akherat.
Wallahu ‘alam
Penulis
Muhshonu Rohman, ST
ghostnaruto@gmail.com
No comments:
Post a Comment