Saat manusia memberikan persepsinya tentang hidup, semua menilai bahwa hidup di dunia adalah merupakan karunia dari Tuhan atas kerjasama orang tua sehingga kita terlahir. Berkembanglah setiap insan menjadi seorang bocah dan beranjak dewasa dalam kurun waktu yang panjang. Saat masih dalam kandungan kedua orang tua kita menyapa dengan penuh kehangatan. Membelai siang dan malam, apalagi sang ayah membelai dengan mesra sambil membelai Ibunya.. hehehe. Semangat yang nyata ada pada diri seorang manusia untuk meneruskan buah cinta kasih menjadi manusia baru, sehingga tambah nikmatlah kenyataan hidup kita. Di timang siang dan malam buah hati dalam kandungan seolah tak lekang oleh waktu untuk selalu menyapanya, saat berjalan, saat tertidur, saat makan, saat bercengkrama. Sungguh indah kenikmatan antara buah hati dan orang tuanya. Sampai di sini lepaslah semua beban di hati, menjadilah hari-harinya sebagai manusia yang merasakan nikmat yang luar biasa. Beranjak naik kandungan dalam umurnya, ada gerakan buah hati, tendangan, sikutan dan erengan terdengar sejuk dalam hati. Menangislah sang ibu sambil membelai jabang bayi dalam kandungangan.
Sambil terisak dia berkata, "Anakku, datanglah pada ibumu dan tersenyumlah keluarlah dari rahimku, penuhi hari-hari Ibumu dengan senyum dan tangisanmu. Aku sangat mencintaimu anakku"
Mendengarlah sentuhan kata Ibunya, sejenak bergeraklah perutnya disikut dengan lembut, seolah dia berucap, " Ibu, aku sayang padamu, janganlah menangis bersabarlah segera aku akan menemuimu dengan senyum dan tangisku.....". Tak kuasa air mata Ibunya membasahi pipi, sangat bahagia rasanya mendengar buah hatinya.
"Ibuku aku akan datang membelai rambutmu, merangkulmu, mencium wangi tubuhmu, aku ingin sekali dibelai, di sayang, di manja dan semuanya.... hmm", terdengarlah lirih kembali di telinga ibu sahutan anaknya.
Ibunya tak kuasa menahan tangis, "Ibu sayang kamu nak, ibu ingin sekali cepat mendengar suaramu, menimangmu dan membelaimu", sahut Ibunya.
Begitu indah dan dahsyat alunan komunikasi antara ibu dan anaknya, berbeda dengan ayahnya yang tidak setiap saat menyapanya. Seorang ibu merangkak dari bawah, pertama memang nikmat dikasih air kenikmatan sama ayahnya, selanjutnya adalah dia muntah setiap saat, kepala pusing dan badan semua sakit. Pertanda buah hati akan tercipta dalam perut. Setiap hari semakin membesar, membawa tubuh kesana-kemari. Tapi tidak akan meninggalkan anaknya.. hehe.
Kenyataan hidup membuat banyak manusia melupakan saat ditimang Ibunya, mungkin karena saat itu belum mempunyai nalar yang baik sehingga melupakan itu semua. Apabila saat itu dia sudah bisa berkata, mendengar dan merasakan semua tentang itu. Tak ada manusia yang memalingkan dirinya dari Ibunya apalagi kedua orang tuanya. Mungkin tidaklah ada kiamat yang akan datang memenuhi umat di penjuru jagat ini. Tatkala itu adanya adalah sebuah kenikmatan tentang hidup dan memiliki sebuah rasa final emotion. Tidak akan pernah terfikir akan menyakiti kedua orang tua kita, walaupun seujung kuku. Nikmat inilah yang Allah tunda sampai mereka dewasa dan mengerti akan itu semua. Jadilah setiap anak manusia menemukan kedewasaannya secara bertahap dan naik turun seperti alam ini. Kadang membelai Ibunya, terkadang memarahi Ibunya. Wajah yang tak pernah pudar dari komunitas anak dan orang tua.
Dalam komunitas surga hubungan antara anak dan orang tua adalah sebuah gambaran surga yang akan diraih di akherat kelak, di mana surga ada di bawah telapak kaki Ibu, sehingga semua manusia mencari-cari dimana keliatan surganya. Sampai-sampai ada seorang anak kecil memegangi kaki Ibunya dan menangis. Setelah ditanya kenapa dia mengangis. Dia berkata, aku menangis karena katanya ada surga di telapak kaki Ibu, terus aku melihatnya.. eh ternyata aku dibohongi tidak ada surga di kaki Ibu. Malah tanganku keinjak Ibu, terus di kaki Ibu ada tahi ayamnya jadi bau. Sudah keinjak tangan adik, eh malah kena tahi ayam.. Jadi sakit dan bau.. Menangis adik. Hmm..
Sebuah warna manusia yang di kasihi Allah adalah setiap manusia yang menyayangi apa yang telah diberi nikmat olehNya. Dengan tangan Allah lahirlah anak manusia baru. Oleh tangisan bayi yang memecah kesunyian malam. Allah menunda murkanya terhadap penduduk bumi. Allah masih mendengar tangisan-tangisan bayi yang tak berdosa sehingga tak kuasa menurunkan azab ke alam.
Sebuah nilai yang indah antara manusia dan Tuhannya. Kenapa kita ingkar terhadap nikmatnya, selalu memberikan jawaban yang salah terhadap pertanyaan dari buah hati kita sendiri. Membencinya bahkan sampai tega membunuhnya dalam kandungan.
Dunia setiap saat kiamat manakala seorang anak melupakan kedua orang tuanya, demikian juga sebaliknya orang tua akan menghancurkan surganya sendiri di akherat bila menghardik anak-anak mereka sendiri yang membutuhkan kasih sayangnya. Sadar atau tidak ini adalah sebuah penilaian yang salah tentang hidup bahwa semua kesempatan yang diberikan oleh pertemuan antara anak dan orang tua, nikmati untuk selalu menjadi manusia yang tidak akan melupakan kehendak dan kerunia_Nya
Wallahua'alam Bishowab
Crowja Garichu
No comments:
Post a Comment