Thursday, April 10, 2014

Arti Pemimpin dalam berpolitik

Apa yang digelar dalam sebuah pesta adalah gumpalan awan mendung yang putih sedikit gelap, awan tersebut akan hadir dalam renungan manusia yang selalu mencari sebuah nikmat. Nikmat menjadi hasil dari semangat, antuasias, komitmen dan prefesionalisme. Semua bentuk pesta adalah menghanyutkan bahkan memabukkan. Pesta bagaimana yang dikemukakan penulis adalah semua jenis pesta yang benar maupun jenis pesta yang salah. Misal sebuah pesta dalam bentuk ibadah, mengajar manusia untuk menemukan Tuhannya. Pesta yang dikemukakan adalah bagaimana menyadarkan umat dalam bentuk pembenaran tentang adanya surga dan neraka. Mengajak umat dalam pendekatan yang frontal kurang harmonis. Mengajak untuk beribadah dengan sebaik-baiknya sesuai tuntunan Nabi dengan arogan. Apakah Islam sebua agama yang demikian? Tentunya kalau kita bisa JUJUR seorang Nabi tidak pernah mengajarkan umatnya menjadi pribadi yang demikian. Akhlak Nabi adalah sebuah akhlak yang terlepas dari sifat ujub, riya, iri, dengki, takabur dan sebagainya. Sementara saat pengajian dan selepas pengajian justru akhlak kita semakin berkurang taraf syukurnya. Merasa sudah mengaji, mempunyai wawasan tentang pendekatan terbaik dan sudah bisa dipastikan akan dekat Allah SWT dan ibadahnya jelas akan diterimaNya.
Inilah fakta yang membedakan munculnya pemahaman yang berbeda tentang Islam yang dibawa oleh Nabi kita. Sehingga muncul berbagai paham dan sekte yang membebadi ibadah yang sesungguhnya kepada Allah SWT. Qur'an dan Hadist menjadi saksi bisu pertentangan antara keduanya untuk sebagai dasar Iman kepada Allah SWT. Inikah yang dimanakan komitmen kepada akhlak Nabi? Inilah bentuk pesta yang memabukkan bagi umat Islam.
 
Bentuk pesta lain adalah Ubuddunya. Membesarkan semangat hidup di dunia dengan ambisi dan semangat membangun bangsa. Pesta demokrasi misalnya. Pesta ini adalah gambaran bentuk manipulasi terhadap bentuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Bagaimana semua lini manusia yang ingin menjadi terkenal mengajak semua koloni dan komunitas dari masing-masing mereka untuk menjadi agenda membesarkan semangat nasionalis dan membangun bangsa dalam landasan keadilan dan kemakmuran serta kesejahteraan. Sementara bentuk politik yang dikucurkan adalah mencari kelemahan rakyat dengan berbagai hal yang berbau kenyamanan dan glamournya hidup. Dan bentuk inilah yang bahkan dibanggakan dan jalan yang biasa dilakukan karena akan memperoleh akurasi dalam berpolitik mencari sebuah ketajaman kursi. 
Inikah sebuah pesta demokrasi (red) yang membentuk masyarakat yang sesuai dengan akal budinya atau semakin memupuk akal budi masyarkat menjadi terlena dalam guratan nilai dan materi. Akhirnya jiwa serta semangat masyarakat dan rakyat menjadi bingkai yang nyata bagaimana bangsa ini yaitu Indonesia menjadi maju dan semakin menjadi buah bibir di negara lain. Sementara perekonomian terkontrol oleh semaraknya pesta yang meriah sehingga melahirkan ekonomi terpimpin yang berlari-lari sepanjang sejarah naik turun dengan gelak tawa DOLLAR ($) yang menertawakan RUPIAH.
Manusia yang beragama adalah manusia yang paham akan kebutuhan diri dan orang lain dalam kebersamaan dan selalu membangun empati dan semangat perbedaan. Semua agama pasti mengajarkan sebuah kebaikan, mengajak menjadi manusia sejati yang dekat dengan Tuhannya. Menjadi manusia yang berguna baik diri dengan hubungan di lingkungan dan sebagainya. Kemampuan dalam beragama adalah bentuk dari sebuah kemakmuran sebuah bangsa. Setiap manusia beragama akan mendambakan kedamaian dalam bentuk nyata.
Dalam Islam bagaimana mendekat ke Allah SWT adalah perbaikan diri menjadi insan yang baik dengan tujuan mencari keridhaan Allah SWT biar hidupnya selamat di dunia dan akherat. 
Jiwa kita dipertaruhkan dalam setiap pesta, bagaimana mungkin setiap yang mau duduk dalam lembaga rakyat dengan upaya maksimal akan ikhlas dalam perjuangannya menggapai itu semua. Tidak akan mungkin satu pola fikir akan hal itu. Namun kalau sudah terbentuk dalam torehan Dhien yang tepat dalam beribadah justru apa yang telah di keluarkan dalam bentuk MATERI adalah upaya membersihkan HARTANYA dari sisa kotoran yang akan menghambatnya dalam menemui Allah SWT di akherat kelak. Semoga kesadarn ini akan menambah rejeki dan menjadikan pribadi yang lebih di segani di mata insan semua. KEKALAHAN dalam kompetisi yang sarat dengan politik dalam sebuah politik adalah wahana menuju pembelajaran demokrasi yang lebih baik. Tentunya bila dicermati dengan jauh lebih bijaksana lagi.
Wallahu'alam Bishowwab.
penulis,
Chie Zhoen

No comments:

Post a Comment

 
back to top