Saturday, September 7, 2019

KARAKTER GURU DAN SISWA DI JAMAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Kata Bung Karno "Untuk membangun kita memerlukan technical and managerial knowhow. Tanpa technical and managerial knowhow kita tak bisa membangun. Untuk membangun kita memerlukan iklim politik yang favourable bagi pembangunan itu. Tiga inilah terisyarat bagi pembangunan; modal, technical and managerial knowhow, dan iklim politik yang favourable untuk pembangunan".
Bagaimana era sekarang yang terkenal dengan istilah Zaman RI 4.0. Semua tetap diukur dengan kemajuan dalam segala bidang dengan mencuatnya perekonomian rakyat yang stabil dan menaik. Apakah ini fakta atau mitos? Kita bertanya tentu semua orang akan bisa menjawab sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Apakah tolak ukur kesejahteraan sebuah bangsa diukur dengan warganya yang makmur dalam semua hal, dengan tingkat pengangguran yang di bawah garis kemiskinan. Tentunya tidak semua orang bisa menjawab dan mau menjelaskan secara fakta. 
Kemajuan sarana dan prasarana pembangunan sebuah negara akan menopang kesejahteraan rakyatnya karena semua terkendali dengan mudah. Seiring dengan itu bagaimana pola fikir dan pola saing kemajuan SDM dari lini bawah sampai garis tinggi. Siapa yang akan menjawabnya?
Tinjaulah sebuah iklim yang ada di dunia pendidikan, Indonesia tidak kurang orang yang brilliant dari segi ilmu dan komptensi. Namun tidak banyak yang mampu menerapkan ide-ide dari orang yang brillliant tersebut. Pendidikan dari jaman ke jaman mengalami pasang surut. Dari jaman pergerakan pemuda, banyak sekali pemuda berjuang demi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga lahirlah para pakar-pakar yang handal untuk memajukan negara dan bangsa. Namun tidak sedikit yang tergores politik dan kejamnya jaman. Yaitu banyak orang-orang pintar yang rusak moralnya sehingga banyak terjerumus ke lembah-lembah politik praktis bahkan atheis sehingga negarapun ikut goncang.   

Jaman sudah sangat berubah, tolak ukur manusia sukses di jaman ini adalah bagaimana bisa menge-share "dagangan" dalam hitungan menit. Mereka lupa bagaimana setelah dagangan laku apakah keuntungan saja yang akan dihitung. Tidak pernah berfikir bagaimana pengaruh jiwa setelah mendapat keuntungan. Tentunya jelas akan menjual kembali terus dalam kapasitas yang semakin diperbesar.
Inilah kualitas manusia era RI 4.0. Ilmu yang ditanamkan di sekolah dalam koridor akhlak dan jiwa tidak pernah dilirik apalagi dipakai. Pemenuhan kebutuhan ekonomi praktis selalu di kedepankan tidak pernah bernaung dalam koridor akhlak yang beragama yang ditonjolkan. Apakah hubungan guru dan siswa hanya sebatas sekolah. 

Sekolah yang di dalamnya ada Guru, siswa, orang tua, pengurus sekolah dan seterusnya di jaman ini telah sedikit bergeser dari koridor mendidik. Mendidik bukanlah menanamkan kesenjangan antara siswa dan lingkungan. Mendidik bukanlah mencuatkan kesuksesan sekolah dengan segudang prestasi, mendidik bukanlah mencari salah dan benar terhadap output siswa setelah di didik, mendidik bukanlah menanamkan sparatisme sebuah iklim kemajemukan ormas, mendidik bukanlah menanamkan hasrat menjadi yang terdepan, mendidik bukanlah menanamkan teknologi terkini untuk mengatur sistem pendidikan, mendidik bukanlah menyalahkan guru bagaimana cara mendidiknya, mendidik bukanlah siswa disalahkan atas ketidakpatuhan terhadap peraturan di sekolah, mendidik bukanlah mencari kemampuan siswa untuk mencari pekerjaan setelah lulus sekolah, mendidik bukanlah menanamkan nilai-nilai kebenaran saja tidak pernah melirik ketidakbenaran sebagai bahan acuan jiwa, mendidik bukanlah mengatur sistem yang komputerisasi untuk menjadikan sdm sebagai robot, mendidik bukanlah mencari sesuap ilmu untuk mengarungi samudra yang luas dan sebagainya. Mendidik bukanlah ketercapaian antara teori dan praktik/unjuk kerja namun penemuan hal baru antara teori dan praktik bukanlah guru sebagai ahli teori saja tanpa diberikan sarana praktik yang memadai. Sekolah dengan interaksi guru dan siswanya adalah perhelatan besar yang akan mewujudkan sebuah penemuan baru dan sebuah ilmu yang disampaikan sehingga melahirkan pola fikir yang urgen terhadap jiwa, pola fikir yang bisa merubah jiwa sehingga jiwa bisa tergugah untuk menemukan koridor karakter yang akan dikembangkan selanjutnya oleh si murid sebagai audiens, sedangkan skill adalah dominasi dari jiwa yang dituangkan oleh pola fikir di imbangi dengan kualitas fisik seseorang dari lahir dengan keterserapan ilmu yang diterima sejauh ini.
Mungkin semua orang bisa menerjemahkan bahkan bisa membuat orang pintar entah itu lewat pendidikan formal maupun non formal. Namun perkembangan psikomotorik seseorang tidak mutlak dipengaruhi oleh hal tersebut selebihnya banyak faktor yang membuat setiap individu menemukan ketajaman keilmuan maupun ketajaman akhlak atau ketajaman menelaah antara keseimbangan ilmu pengentahuan dan teknologi.

Guru kencing bendiri, murid kencing berlari. Bagaimana sebaliknya? Sekolah jaman RI 4.0 hampir membuat sekolah jadi rumah utama di samping lingkungan dan iklim rumah sendiri. Fullday School bukan barang baru lagi, yang katanya diharapkan mampu menggodog manusia menjadi robot dunia. Menjadikan output yang luar biasa, keluar lingkungan sekolah langsung jadi ulama, keluar lingkungan sekolah langsung jadi teknokrat, keluar lingkungan sekolah langsung jadi birokrat, keluar lulus dari sekolah langsung jadi interprener, keluar lingkungan sekolah langsung jadi gamer dan seterrusnya. Mitos atau sengaja dibuat fakta demi kemajuan bangsa dan negara. Sadarlah semua orang bahwa pendidik adalah sebuah harga yang sangat mahal untuk mencari pola yang benar demi eksisnya sebuah negara. Jangan sampai kita salah menanamkan karakter siswa yang nantinya akan berimbas menjadi generasi yang sebaliknya lepas kendali dari koridor pendidik itu sendiri. Yang pintar melupakan agama dan attitude nya bahkan melupakan negaranya, yang kompeten secara skill menjadi dunia sebagai tolak ukur kemajuan melupakan akherat, yang alim menjadikan teknologi sebagai tiang kemajuan bukan lagi empati sebagai sosok diri alimnya.

Semoga kita menjadi bangsa yang besar dengan komunikasi yang baik antara guru dan siswa. Menjadikan sekolah tempat mencari uang yang halal dalam arti mencari jatidiri siswa untuk menumbuhkan nutrisi yang tepat untuk menuju dunia dan akherat itulah uang yang halal dalam hitungan keselamatan dunia dan akherat.
Wallahu'alam Bishowwab.
penulis,
Chie (Muhshonu Rohman)

2 comments:

  1. Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
    Sistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
    Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
    Link Alternatif :
    arena-domino.club
    arena-domino.vip
    100% Memuaskan ^-^

    ReplyDelete
  2. Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
    Sistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
    Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
    Link Alternatif :
    arena-domino.club
    arena-domino.vip
    100% Memuaskan ^-^

    ReplyDelete

 
back to top