Monday, July 8, 2013

Akhlak Usia Muda

Jika manusia diciptakan hanya menjadi anak kecil, tentunya semua aktifitasnya akan selalu menyenangkan  tanpa mengenal lelah. Bermain, bercanda, tertawa, menangis, minta uang jajan dan semua bentuk kenikmatan menjadi anak kecil. Saat tumbuh menjadi anak-anak kita sangat penuh semangat menjadi pribadi yang maju, menjadi anak baik yang selalu disayang teman, saudara dan orangtuanya, selalu bersenda gurau tapi ingat petuah orangtua. Sekolah, sholat, mengaji, bermain adalah sebuah kesibukan yang selalu diperingatkan oleh orangtua dan kita akan menaatinya. Namun sayang, masa itu adalah hanya sebagian kecil dari umur manusia hingga lahirlah manusia-manusia yang tumbuh menjadi remaja dan menjadi dewasa akhirnya menjadi orang tua pula. Adakah orang dewasa bahkan orangtua yang masih mengingat masa kecilnya? Jawabnya pasti akan selalu mengingat dan mengenangnya. Tapi bukan itu yang penulis maksudkan di sini.

Jiwa kita akan mengalami tahapan pembentukan dari usia bocah, anak-anak, remaja, dewasa dan saat menjadi orangtua. Apa yang berhasil ditanamkan dalam usia muda adalah karakter yang akan tumbuh dan berkembang dalam usia tua. Contoh kecil adalah seekor ayam. Dalam proses pemeliharaan ayam dari DOC sampai dewasa membutuhkan tahap yang akurat dan selalu kontinue dalam penanganannya, agar saat usia dewasa menjadi seekor ayam yang kuat dari berbagai serangan penyakit. Syaratnya dari usia 0 hari ayam sudah disuplay makanan terbaik, minuman terbaik, obat-obatan dan vaksin yang terbaik, ruangan yang berkembang sesuai usia anak ayam dan suhu ruangan yang selalu terjaga, Hasil akhirnya adalah kualitas ayam dalam deretan usia yang selalu baik dan kuat dari serangan virus dan penyakit dari luar maupun tubuh ayam sendiri. Namun apa yang terjadi, proses tersebut adalah tahapan yang tidak semudah membalikkan telapak tangan, ibaratnya butuh jam terbang tinggi dan butuh kesabaran ekstra. Bagaimana menumbuhkembangkan anak manusia?.. Jawabnya ada pada pribadi masing-masing.
Seorang anak manusia yang terlahir sederhana dari Allah SWT akan beranjak bocah menjadi anak yang riang gembira entah itu terlahir dengan ortu maupun tanpa ortunya. Masuklah menjadi pribadi anak yang giat dalam menempuh kesulitan dalam kesehariannya. Namun sayang, proses tersebut hanya sepertiga bahkan seperempat bahkan kurang dari usianya menjadi pribadi yang konstan, bila manusia tersebut full dikasih usia oleh Allah SWT sesuai tarjetnya. Konstan dalam artian menjadi pribadi yang periang, penuh semangat, sopan, bersahabat, suka menolong, takut bohong dan menipu, sayang ortu saudara dan teman, aktif sekolah, giat sholat dan mengaji, taat kepada orangtua, selalu menjaga persahabatan dengan baik. Bentuk inilah dari watak kita semua saat masih menjadi seorang bocah walaupun kita telah melupakannya. Lupa karena kita telah menjadi orang dewasa dan orangtua sehingga lupa sholat dan mengaji, lupa persahabatan, lupa saudara dan teman bahkan orangtuanya sendiri, lupa menjadi pribadi yang baik sehingga sering berbohong dan menipu bahkan suka mendholimi orang lain, lupa dengan hidup susah sehingga mandi dengan gelamournya tumpukan uang dan harta benda melupakan sedekah, lupa dengan jatidiri sendiri. Sehingga apa yang terjadi kita tumbuh menjadi karakter manusia yang kasar hatinya lemah dengan empati, apa yang disekeliling ibarat barang dagangan dengan prediksi untung yang banyak dengan modal sedikit dengan laba yang besar dengan hitungan kelipatan. Ingatlah kita akan menjadi anak kecil saat beranjak tua dengan tubuh dan fisik yang menua namun berkarakter bocah. Semoga kita semua bisa merenungkannya dan beranjak terbangun dari mimpi dunia yang menggiurkan dan selalu membentuk karakter kita yang salah dalam wujud kekekalan di akherat.
Hiduplah sebagai manusia biasa namun banyak menjadi pribadi yang menyenangkan banyak orang bukan apa yang telah kita peroleh dari orang lain, namun apa yang sebenarnya telah kita lakukan untuk orang lain dan orang-orang di sekeliling yang kita sayangi. Pribadi dan karakter adalah gambaran suksesnya ibadah dan amaliyah kita sehari-hari menghadap Allah SWT. Wallahu'alam Bishowwab.

penulis,
chiezhoen
(Muhshonu Rohman, ST)

No comments:

Post a Comment

 
back to top