Namun bukan wanita dan tahta yang akan penulis kemukakan di sini. Berbagai argumen manusia seringkali berbohong, bahkan hidup bertetangga adanya saling hasat hasut dan dengki seolah mau menang sendiri dan hidup sendiri. Itulah wajah kehidupan manusia yang merasa sudah terkena dosa dan kesalahan tetapi tidak pernah merasa berdosa karena seolah sudah tertumpuk oleh pahala yang melimpah. Tidak pernah berupaya menata hati, akal dan pikiran untuk berupaya mencari surga yang sebenarnya yaitu baik terhadap tetangga dan sekelilingnya. Padahal nilai ibadah kita bukan tolak ukur akan kemenangan kita menghadap SWT di akherat kelak.
Nilai ibadah kita yang sebenarnya adalah bagaimana menerjemahkan kalam Allah yaitu Al Qur'an dalam hati dan perilaku kita sehari hari sampai kita meninggal kelak. Mengapa sholat ibadah yang paling utama di nilai Allah SWT, karena sholat wujud pertemuan kita dengan Allah. Saat kita bertemu Allah apakah jasad dan ruh kita mampu menghadapnya dengan sebenarnya? Jawabnya adalah hanya sedikit orang yang mampu bertemu Allah SWT yaitu Nabi dan Rasul serta para ambiya atau orang-orang sholeh. Apakah kita sudah merasa menjadi orang sholeh? Jawabnya kembali adalah bisa iya ataupun yang semestinya tidak.
Manusia tempatnya iri dan dengki karena ibadah yang siapapun lakukan belumlah mampu menerapkan konsep Qur'an dalam setiap detak nafasnya. Jauh sekali dari kata Mukmin manakala setiap pandangannya tentang orang lain selalu menaburkan su'udhon dan melecehkan setiap orang. Harta bukan harapan bahkan ukuran karena bumi akan menelannya mentah-mentah. Jadad adalah wadag yang akan berkalang bumi namun ruh adalah inti yang akan menemukan Allah SWT dalam setiap mimpinya di dunia, alam kubur ataupun besok lusa yaitu akherat yang kekal.
Subhanallah.. Astaghfirullah.
Wallahu'alam Bishowwab.
penulis,
Muhshonu Rohman, ST
No comments:
Post a Comment