Thursday, September 8, 2011

Kue sisa Lebaran

Perang melawan kebathilan dalam hati setelah puasa pada Ramadhan berujung dengan ucapan takbir, tahmid dan tahlil. Di mulai pada hari pertama dengan semangat luar biasa mandi membasuh semua kotoran di badan. Berpakaian rapi dan memakai wewangian serta membawa receh yang jumlahnya lebih banyak melebihi saat hari jum'at untuk mengisi kotak shodakoh. Baju baru dan indahnya memakainya. Sesampai di masjid dengan damai menggelar sajadah. Dengan khusuk melaksanakan sholat walaupun setelah sholat langsung berhamburan mengangkat sajadahnya sebelum imam selesai membacakan khotbahnya. Bersalaman setelah sholat dengan hati senang. Setelah selesai sholat bersama kerabat saling bersalaman seputar tetangga dilanjutkan keliling di malamnya. Itulah aktifitas dalam hari pertama Idul Fitri. Rutinitas yang selalu dipertanyakan..

Hari kedua di isi dengan berbagai rencana menyambut indhanya suasana tempat rekreasi terkandung maksud menikmati suasana riang setelah penat berpuasa, sambil berharap bertemu rekan dan handai taulan yang kita kenal. masih dalam suasana lebaran sambil bersalaman di jalan menambah asyik suasana pantai, kolam renang, pegunungan dan tempat rekreasi lainnya. Suasana yang akrab dalam setiap tahunnya. Hidangan roti di meja-meja tamu rumah masing-masing seolah basi tak tersentuh karena menginginkan makanan segar penghangat perut yang sekian lama istirahat. Makanan kembali mengalir dalam perut dengan nyaman dan santainya yang lembut, lunak maupun makanan kasar kembali mengalir mengisi indahnya perut anugrah Illahi. Kembali perut beraktifitas dengan makanan baik halal maupun haram. Indahnya sebuah anugrah perut. Hmm..

Semua tinggal sisa. Sisa dari kehidupan manusia menghadapi puasa selama sebulan. Apakah sisa kue yang kita makan dengan kurang nyaman akan membawa ke arah sebuah pembelajaran ulang kenapa kita harus lebih berhati-hati dalam mengisi perut kita setelah Ramadhan. Mengapa roti, opor dan sejenisnya yang dibutuhkan untuk asupan perut kita sesudahnya? Terkandung maksud bahwa amaliyah kita selama sebulan penuh membuahkan amanah pada diri pribadi untuk selalu taat akan aturan hidup. Dimana perut kita adalah tempat energi untuk menumbuhkan semangat baru dalam diri dan pribadi. Intinya adalah yang dikeluarkan dari perut adalah sisa yang sudah terkuras dalam otak yang melahirkan sebuah ibadah mutlak kepada Allah.
Dengan kata lain kembalilah kepada fitroh sebenarnya, kenapa manusia sering mendholimi bahkan meng_kafirkan orang lain, tetapi diri sendiri tidak pernah dilihat sejauhmana ketaatan kita kepada Rasul dan Allah SWT. Inilah sisa kue lebaran yang harus direnungan dalam indahnya menghadapi syawal. Sehingga genap setahunlah puasa kita apabila sisa kue ini kita makan setelah 6 hari sunnah dalam syawal.
Subhanallah, betapa kita melupakan nilai tabat tangan sambil memakan roti dan hidangan lembut masuk dalam perut. Lupakah dalam beberapa hari yang lalu kita tafakur mencari lailatul qadar dan sejenisnya. bahtera hidup kita akan selalu dipertanyakan akan kualitas akhlak kita kepada sesama dan Allah SWT. Semoga kita semua tetap menjadi pribadi yang santun dan ikhlas.
Wallahua'lam Bishowwab

penulis
by Croja Garichu

No comments:

Post a Comment

 
back to top