Friday, May 25, 2012

Review UN dan Kelulusan

Sudah lumrah apabila setiap akhir pembelajaran evaluasi dilaksanakan untuk mengukur seberapa akurat manajemen pembelajaran di gulirkan. Tidak semua yang terjadi lewat mekanisme komunikasi verbal dan non verbal pada tatap muka belajar di sekolah mencapai taraf membanggakan. Semua akan kembali kepada waktu dan kesempatan. Waktu yang tepat untuk menemukan titik kritis dari sukarnya bentuk soal ujian. Kesempatan menemukan peluang jawaban dalam mencapai derajat kemudahan menjawab soal. Tolak ukur yang lain adalah bagaimana sugesti sekolah dan pengajarnya dalam menanamkan nilai semangat belajar dan moral pada peserta didik. Siswa yang terbiasa membaca doa saat sebelum dan sesudah selesai pelaksanaan pembelajaran pasti akan menemukan nilai plus dari hasil belajarnya. Sudah barang tentu bagaimana sistem sekolah menerima dan memberi masukan demi kelancaran sebuah pembelajaran yang terbaik.

Komitmen sebuah Ujian Nasional memang harus selalu ditegakkan, namun seringkali komitmen justru akan menjadi bumerang saat kondisi tidak sesuai dengan teorinya. Banyak sudah keluh kesah dengan berbagai dalih dan argumen yang menyatakan ketidaksiapan untuk sistem ini. Kalau di telaah dengan bijaksana, orang tua memberikan kepercayaan kepada anak mereka masuk sekolah berharap dengan maksimal akan menjadikan anak mereka seorang anak manusia yang sempurna dalam pandangan pendidikan. Anak mempunyai akhlak yang terpuji, kecerdasan dan wawasan kelimuan yang baik dan pada jenjang kejuruan tentunya anak mereka setelah lulus bisa mudah mencari pekerjaan. Namun besar harapan orang tua tentunya tidak akan sama memperoleh hal nyata dan terbaik, banyak faktor yang menyebabkan anak mereka jauh dari harapannya. Sekolah adalah sebuah lembaga yang kredible untuk mencetak sebuah peserta didik yang sistematis sehingga siap olah di masyarakat. Sekolah di manapun dan kapanpun selalu akan berharap peserta didik mencapai taraf terbaik dalam perjalanan hidupnya. Inipun tidaklah akan sesuai dengan kenyataan yang ada, banyak batu sandungan dalam menerapkan sistem manajemen pembelajaran di sekolah dengan peserta didik.
Semua jargon visi dan misi sekolah bahkan standart internasional tidak akan membendung sebuah komitmen yang melenceng dari aturan dasar karena akan terbentur dengan nasi sebungkus dan perut yang lapar serta hajat hidup orang banyak. Itulah sebuah warna pendidikan yang subyektif, sehingga pola aturan sistem pendidikan tetap mengarah pada norma kemajemukan sebuah bangsa. Derajat apakah yang dijadikan landasan pengembangan pola pendidikan yang obyektif? Jawabnya ada pada diri insan yang setia akan komitmen keilmuan dan skill. Tidak akan mungkin idealis dalam pendidikan manakala komunikasi antara pengajar dan peserta didik mengalami jalan buntu. Tentunya mereka akan mencari dan membuat jalan baru untuk tetap sampai tujuan.
Harapan kita semua semoga bangsa ini tetap eksis mengembang amanat penderitaan rakyat, mengayomi rakyat dengan sebenar-benarnya, menjadi tulang punggung masa depan anak-anak bangsa mencapai taraf kesejahteraan mereka. Inilah saatnya bangsa ini berfikir riil bagaimana sebuah bangsa besar bisa terlepas dari titik kritis sebuah reformasi dan revolusi menjadi bangsa maju dan beradab.
Tetap semangat anak-anak bangsa, pada pundakmu masih cukup waktu panjang untuk menata bangsa ini lebih maju. Semoga kesuksesan selalu bersama kita semua. Selamat menempuh kelulusan bagi peserta didik. Teruskan masa depan kalian dengan tetap semangat tanpa kenal menyerah serta jangan lupakan semboyan "Jangan pernah berhenti berfikir".

Wallahu'alambishowwab...

Penulis,
by Chie Zhoen

No comments:

Post a Comment

 
back to top