Thursday, July 19, 2012

Adab dan Budaya menjelang Ramadhan

Kilas balik kepenatan manusia dengan pengurasan fikiran dan tenaga adalah menjalani sebuah ritual yang berkesinambungan. Ini memang sudah digariskan oleh pemberi hidup Allah SWT dalam takaran antara khalik dan makhluk. Setiap ada kejadian akan memunculkan sebuah angan dan harapan sebuah pendekatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan Allah SWT atas semua dosa manusia adalah sebuah hari per hari dalam sebulan dalam kurun waktu setahun sebuah area koloni bumi nikmat dan anugrah. Hanya untuk manusia bulan ini diciptakan, bukan untuk malaikat ataupun setan. Ini adalah bentuk komunikasi antara makhluk dan Tuhannya dalam ruh dan jasad yang akan melahirkan sebuah warna muslim dalam kadar taqwa, dimana sebuah kadar yang sering dilupakan banyak orang dipandang sebelah mata bahkan tidak pernah terfikir oleh hati. Apakah warna ini mampu menjabarkan sebuah karakter baru dari manusia baru yang setiap tahun dilahirkan? jawabnya adalah bisa IYA ataupun TIDAK. Kita berupaya penuh dalam kurun waktu sebulan padahal dalam kurun waktu bulan sisanya kita hanya bermimpi untuk memikirkan orang lain, hanya diri dan pikiran sendiri yang diketengahkan.

Mencoba menelaah sebuah kondisi yang booming setiap tahunnya, banjir rejeki bagi pedagang, kesedihan dan kegembiraan bagi pemudik, saling silaturahim, dan sama-sama menahan lapar (red).  Akan membuat sebuah ungkapan baru dimana saling memaafkan jadi sebuah dalih untuk lulus sensor di awal ramadhan dan sukses mabrur dalam derajat taqwa di akhirnya dalam wujud jasad dan ruh fitroh. Sebuah kesempurnaan manusia yang dilahirkan untuk mengagungkan asma Allah SWT. Namun perlu di simak akan arti pentingnya kebutuhan hati dan jasad terhadap komunikasi sesama insan dan Tuhannya, bahwa sebuah adab dan harapan menjadikan sebuah budaya yang kadang sering di salah artikan. Di sempatkan meminta maaf menjelang Ramadhan dan melupakan sebuah alibi terhadap kesucian bulan Ramadhan. Hingga akan melahirkan sebuah wacana bahwa yakin akan lulus dalam kurun waktu sebulan. Kenapa ini dimunculkan bukan jauh hari di luar bulan ini.
Memang wujud dan warna aura manusia akan muncul saat siapapun yang menyatakan dirinya manusia saling berkomunikasi. Hiruk pikuk pertikaian, permusuhan, kedhaliman dan perpecahan sementara akan terhambat dengan dalih menghormati bulan suci Ramadhan. Insan setiap saat akan mengalami sebuah kesalahan, bahkan akan lebih parah saat bulan ini. Bulan penuh ampunan sekaligus bulan yang berat untuk menciptakan wajah Rahwana berubah menjadi Arjuna. Derajat taqwa tak semudah membalikkan telapak tangan namun derajat taqwa akan muncul begitu saja bila Allah menghendaki tidak terkecuali yang berlumuran dosa. Subhanallah, semoga hati dan raga berubah warna secara perlahan atas karunia Allah SWT dalam indahnya ramadhan.
Setulus hati pasti siapapun akan terdiam saat dalam dua sisi keadaan. Keadaan akan kebaikan dan kejelekan. Hingga adab menjelang Ramadhan bukanlah ajang untuk menjelaskan kedua sisi tersebut namun adab ini seharusnya di luruskan menjadi cara terbaik mencoba meluruskan tali silaturahmi yang terkoyak-koyak dengan berbagai keadaan dan kepentingan. Bukan alasan untuk melakukan ta'aruf menjelang hari dan bulan baik sementara hanya ucapan kosong tanpa darah.
Marhaban Yaa Ramadhan, semoga bisa mabrur dalam wujud fitroh dan kesabaran untuk menikmati anugrah Allah SWT sepanjang hayat. Nilai ketaqwaan manusia akan di uji dalam awal menjelangnya untuk menambah sisa ketaqwaan berikutnya pada hari-hari penting dalam sebulan. Amal dan ibadah hanya milik_Nya dan akan pasti nyata terhitung tanpa tercecer sedikitpun dengan sebuah niat yang jelas pada awalnya.
Wallahu'alam Bishowwab

Chie Zhoen

No comments:

Post a Comment

 
back to top