Monday, July 16, 2012

KOnsep hidup manusia bernyawa dan manusia tanpa nafas


Kodrat manusia adalah memenuhi panggilan dan seruan Tuhannya baik saat hidup maupun beranjak menemuinya atau sudah terkubur di tanah. Kodrat hidup bertalian dengan kewajiban dan hak saat masih mempunyai hisapan nafas di raga. Sementara hak dan kewajiban setelahnya atau almarhum/almarhumah hilang tanpa bekas hanya menungu mukjizat akan keutuhan semua nilai amal dan semua nilai ibadah saat di alam fana. Jasad akan hilang kembali menjadi tanah, ruh akan kembali menghadap Allah SWT, ilmu, amal dan ibadah akan digantung menunggu hisab di alam keabadian (akherat). Pertanyaannya, apakah amal dan ibadah kita akan bertambah setelah kita tidak di dunia? Jawabnya adalah tidak, penambahan amal ibadah untuk bekal hanya sebuah ilusi ketentraman kewajiban si mayit yang belum usai saat di dunia atau saat di meninggalkan dunia. Hak telah putus sementara kewajiban mengikutinya namun sudah bukan kewajiban si mayit untuk menjalankannya, melainkan sebuah dasar hukum yang menjadikan sebuah kewajiban anak untuk meneruskan semua kewajiban yang tertinggal di sana disebabkan ajal yang tidak pernah bisa di duga oleh si mayit.
Bukan sebuah warna apabila manusia belum mampu menerjemahkan sebuah pembelajaran hukum yang berhubungan harkat dan martabat si mayit terhadap Tuhannya. Atau dalam istilah lugasnya manusia yang hidup tidak akan bisa mampu merasakan penderitaan si mayit dalam alam yang berbeda. Banyak konsep yang meniadakan hubungan antara jasad yang bernyawa dan tubuh yang masih bisa berfikir. Konsep doa, amaliah ataupun keringanan hukuman dalam alam barzah tidak bisa disamakan dengan komunikasi non verbal keduanya. Namun menilik lebih jelas akan kedekatan ruh dan jasad bisa difikir oleh akal manusia biasa bahwa alam fana akan selalu bertemu dengan akherat. Inilah yang dinamakan rasionalisasi akal manusia yang tidak bisa menjangkau hakekat ke_Esaan Allah SWT. Bagaimana mungkin orangtua yang dalam hidupnya berlumuran dosa dan tidak punya sedikitpun atau sesenpun amal kebaikan bisa terjun bebas ke surga tanpa hisab hanya berkat anak yang sholeh?.. 
Berjalan setapak demi setapak menyusuri jalan amaliah, baik itu dengan kaki ataupun perantara (motor, mobil dll) akan terasa nyaman apabila sebuah konsep manusia saat hidup berhubungan terus keterbalikkan dalam lamunan andaikan telah tidak ada di dunia. Contoh kecil kewajiban orang hidup terhadap orangtuanya yang telah tiada : 1). Memandikan, 2). Men_sholati, 3). Menguburkan dan 4). Membagikan warisan. Hak si mayit yang diteruskan menjadikan kewajiban yang hidup untuk mengurusnya sering di anggap remeh dan sepele yang akan memutuskan kewajiban yang belum terselesaikan saat si mayit masih hidup di dunia. Ujung dan pangkalnya empat perkara tersebut menjadi bahan gunjingan yang menyengsarakan si mayit dalam barzah. Bukanlah kewajiban meng_qodho sholat ataupun yang lain yang katanya lebih mulia apabila empat perkara tersebut masih menggantung penuh kontradiksi konsep dan pandangan religi dengan anak-anak yang di tinggalkan si mayit masih dalam keadaan sederhana dan sabar. Inilah contoh kecil bentuk komunikasi antara jasad (orang yang di tinggalkan) dan si mayit. Istighfarlah saat tersadar, tersenyumlah saat mendergarkan adzan dan iqomah, tertawalah saat syetan masuk neraka, menangislah saat amal kita tidak cukup saat di alam kubur (bagaimana di akherat?) Jargon hidup (kekayaan, kemulyaan, kemakmuran) saat hidup di dunia hanya istilah selebihnya hanya omong kosong saat berada di kuburan. Monyetpun akan tersenyum melihat jasad kita tergeletak tanpa nyawa miskin dengan amal di lupakan oleh keluarganya dengan empat perkara tadi. Astaghfirullahal adzim, semoga kita menjadi pribadi yang sholeh dengan membawa iman dan amal ibadah sebanyak-banyaknya di akherat.
Berat hati ini melihat sebuah nilai yang luntur karena hakekat fitroh hati yang tercampur dengan ubudunya sehingga melupakan nilai sakral akan hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan tetangga, saudara dan umat, hubungan manusia dengan makhluk lain. Penemuan hidayah dengan sabar dan sholat akan di uji dengan kenaikan amaliah kita dengan cobaan nikmat yaitu do'a yang dikira akan mustajab untuk menambah kekurangan amal ibadah orangtuanya saat di dunia.. Akankah ini sering di mengerti manusia? semoga akan bertambah sabar kita menjalani deru debunya hidup dalam menilai amal ibadah kita.
Wallahua'alam Bishowwab

Penulis,
Chie Zhoen

No comments:

Post a Comment

 
back to top