Friday, July 4, 2014

Mentari berpijar rembulan

Ada banyak pertanyaan dalam benak, kenapa kita membuat orang lain mau berbuat untuk kita. Jawabnya juga akan sama dengan yang dibenak adalah bagaimana kita akan memulai perbuatan kita untuk orang lain dengan melepaskan untung dan rugi. Semua adalah milik Allah dan akan kembali kepada_Nya. Segala yang kita lakukan semua atas pertanyaan dan do'a yang selalu kita panjatkan kepada Allah SWT. Dan jangan lupa apa yang sudah kita upayakan adalah hasil yang sudah kita lakukan sekuat hati untuk mendapatkannya. Jika ada pertanyaan susulan tentunya masuk dalam kotak dialog dengan Allah SWT pada kurun dan waktu yang berbeda. Manakah yang akan anda dahulukan dalam agenda pertanyaan dengan Allah SWT ke depan ?

Jika manusia mau berlaku jujur, apa yang sudah kita miliki untuk mendapat kedekatan Allah SWT ? Apa dengan melakukan semua keraguan dan kegalauan sehingga saat itu berkesempatan mendekati_Nya. Atau upaya lain karena terpaksa tidak punya jalan keluar atas semua keputusasaan kita. Jawabnya adalah semoga insyaallah hidup kita selalu berupaya berjalan walaupun turun naik jalan yang dilalui bila itu ada akan sampai pada tujuan yang jelas.
Seringkali kita berjalan bahkan berlari bahkan pula terbang saat kita dalam rengkuhan rembulan namun siang telah memanaskan urat nadi kita tanpa terasa. Harapan yang di angan dan di doakan dengan rintihan hati dan uraian air mata di hembusan udara malam dan sinaran rembulan separoh telah sirna dengan teriknya sinar matahari.
Jadilah antara harapan menyimpang dari kenyataan yang ada, akhirnya hati kita kembali tergores sayatan pisau secara berulang. Lumrah apabila harapan tidak sesuai akan kenyataan. Bila keterbalikan, antara harapan dan kenyataan selalu sama bahkan lebih baik dari harapan dengan kenyataannya, yang terjadi adalah kita selalu menumpuk jiwa takabur hingga menjadi tambahan karakter sombong kita selalu hadir dalam menatap orang lain.
Yang kurang dirasakan kita adalah bagaimana sifat kita selalu menjadi nomor wahid kurang mengerti dan mendengarkan kata hati orang lain, kurang empati dengan ide orang lain, selalu apatis dan enggan diajak kompromi, suka menjalani hidup dengan belaian materi tanpa peduli semua orang tidak pasti bisa membelinya. Dan semua hal yang membuat hati kita tersanjung dan melupakan asahan dari bisikan qolb.
Inilah warna manusia bila rembulan tidak mampu menyinari dan sinarnya tidak mampu menembus qolb kita karena terkena panas terik di siang hari. Ataupun sebaliknya tidak mampu merasakan terkena siksa mentari dengan keringkat berjatuhan percuma tanpa menuai arti yang nyata. Mendapat harta berlimpah dengan cucuran air kelelahan kita namun raib secara pelan ibarat hujan sehari mengapus panas terik selama setahun. 
Bisa juga tidak bisa membedakan antara sinar rembulan dan ganasnya matahari, sehingga siang dianggap malam dan malam dianggap siang. Mencari rezki tak melihat siang dan malam, siang berganti malam dan malam dianggapnya siang, badan tak dirasa hati tak dipegang yang ada adalah upaya untuk kenikmatan jiwa demi sesuap nasi yang sudah menjadi bubur (kata orang). Mencari rezki menghalalkan segala macam cara seolah dunia milik dia sendiri. Itulah manusia dengan segala bentuk tipu daya sendiri untuk menjerat orang lain.
Yang terbaik adalah berlaku welcome terhadap perbedaan. Perbedaan warna kulit, perbedaan aqidah, perbedaan strata, perbedaan kualitas, perbedaan pola fikir, perbedaan tebal dan tipisnya kantong, perbedaan rasa. Semoga kita lebih bijaksana.
Wallahu'alam Bishowwab

Hasbunallah wani'mal-wakîl, ni'mal-mawlâ, wani'man-nashîr

penulis,
Chie Zhoen

No comments:

Post a Comment

 
back to top