Sunday, June 26, 2011

Insan

Umumnya manusia akan menyukai kemewahan dan kehedonis_an, selalu suka dihargai, dihormati dan mempunyai pengaruh menjadi orang baik. Berat tidak mau dipikul, ringan dimakan sendiri. Mungkin itu ungkapan yang tepat dalam sosio energi komunitas manusia di bumi. Di mana bumi dipijak jarang sekali langit akan di tahan, yang banyak sekali muncul adalah saling mencari langitnya sendiri. Ibarat sampah di muka rumah mencari bau di tetangga sebelah. Jikalau usia manusia separohnya adalah sakit pastilah akan tersadar bahwa saat sehat dan punya kemampuan segalanya pasti akan berfikir bahwa nikmat hidup hanyalah milik semua orang bukan hanya satu dua orang di bawahnya. Indah nian saat badan sehat dan dikaruniai semua keadaan baik, namun apabila jasad terbaring di ranjang siapa yang akan menyapa. Saat itu ingatlah akan teman, saudara dan semuanya. Makan sate terasa rasa pisang goreng, minum susu rasanya seperti minum 'anggur' dan seterusnya. Tersadarkah, semua akan kembali berkaca pada cermin sendiri, jikalau cerminnya retak, wajahpun akan naik turun, apabila cerminnya silau tubuh akan hilang kena cahaya. Dan juga seterusnya.

Matahari tidak selamanya akan terbit dari timur suatu saat akan muncul dari ufuk barat, dimana bumi akan berbenturan dengan semua planet dan leburlah isi dunia. Ungkapan yang menyakitkan bagi manusia yang memuja dunia (ubuddunya). Seolah dunia milik mereka yang tercipta dalam nilai materiil dan kekuasaan, bilah-bilah kekurangan disingkirkan ibarat sebuah bungkus rokok tergeletak di tanah. Saat tergeletak di meja akan berebut memungutnya dan berlomba menghisapnya. Ujar kata manusia, "apalah arti sebuah nama, apabila tidak mencerminkan keistimewaan dalam ungkapan kata demi kata dari hikmah namanya". Apa yang saya sampaikan mungkin tidak pernah terfikir dalam benak manusia atau malah sama sekali tidak terlintas untuk merenungkannya, tapi setidaknya sebuah kebenaran sengaja akan ditutupi untuk sebuah ego dan kelebihan. Padahal tidak ada seujung kuku apa yang di punya Dia atasmu. Harta benda, kesuksesan, keberuntungan dan semuanya hanya milik Allah SWT. 

Teringat sebuah kisah Ayyub as, seorang nabi yang indah dalam akhlak dan santun dalam pola fikir. Dia seorang nabi yang selalu melepaskan sebuah sakwasangka (suudhzon) terhadap Allah SWT. Bahwa atas semua nikmat dan ujian Allah hanya sebuah jalan menuju satu tujuan mulia yaitu surgaNya.
Sesaat setelah semua harta kekayaaannya habis tidak tersisa, dia berkata, "Semua itu adalah kepunyaan Allah, diberikan kepadaku, kemudian diambil Allah kembali. Maha terpuji Allah yang memberikan harta itu kepadaku dalam masa yang begitu lama dan Maha terpuji Allah yang telah mengambil kembali harta itu, karena memang milikNya...."
Sebuah ungkapan kata manusia yang sholeh yang telah padat hatinya dengan rasa syukur, bukan hanya di bibir tetapi masuk dalam sanubari seolah jiwa dan raganya hanya sebatang ranting yang rapuh. Sederhana yang mengesankan, itulah sedikit kata manusia namun mengandung arti yang sangat luas. Sederet bait tutur kata manusia yang mengingat dunia namun selalu ingat akherat.

Sebuah kiasan yang jarang dimiliki oleh manusia beriman di masa sekarang. Banyak manusia berkata bijak dan menuangkan semua argumennya dalam bahasa Qur'an, namun tidak sedikit pula yang secara tidak langsung menyanggah isi kandungan yang tercantum dalam kitab Allah. Banyak manusia yang melihat ke ATAS dan sedikit menurunkan wajahnya ke bawah. Istilah kerennya, "melihat manusia dibawahnya ibarat melihat kotorannya dan memalingkan muka namun melihat orang di atasnya bersegera berhamburan mencium tangannya seolah malaikat turun". Sampai manakah kepercayaan kita akan kehendak Allah?. Satu persatu setiap insan pasti punya keraguan walaupun sudah tertulis dalam Qur'an, itulah sebuah keindahan yang susah dicari walaupun sampai negeri Cina sekalipun.

Berlombalah dalam mencari hidayah Allah, karena hidayah Allah bukan hanya rutinitas ibadah kita semata, namun kelengkapan istiqomah kita yang akan menjadi kulit menutupi kealpaan kita sebagai manusia yang tak pernah lepas dari dosa, yaitu perbaikan akhlak dalam hubungan dengan saudara, tetangga, rekan dan semua orang yang mengenal kita. Maha besar Allah yang menjaga alam dan manusia, semoga kita semua mendapat kehendak Allah menjadi manusia yang selalu mengucapkan syukur dengan indah.
Wallahu'alam bishowwab

by Crowja Garichu

No comments:

Post a Comment

 
back to top