Wednesday, June 29, 2011

Dzikir dan Sujud

Sejenak setiap dari yang hidup akan terdiam dan merenung. Entah dari wujud manusia maupun unsur yang lain. Ada warna dari irama kode alam yang membuat setiap dari ekosistem berubah. Datanglah waktu siang, beranjak manusia berhamburan setelah memanjatkan do'a sebelum fajar. Beraktivitas menyusuri segarnya udara pagi. Hirupan surga dalam semangat menuju cerah dan nikmat perjalanan kembali kehidupan. Lahirlah yang namanya Spirit of Life, membelah semangat menuju semua impian dan angan yang sudah dirancang dalam semalam ataupun sudah jauh hari ter_agendakan. Ada yang berprofesi menjadikan manusia yang lain gembira, ada pula yang bergerak menjadi sampah manusia, menebarkan kesusahan ke orang lain dan sebagainya dari bentuk rutinitas manusia. Setiap manusia yang sadar pasti akan membuat suasana pagi menjadi cerah dengan semangat sesuai indanya pagi. Menjelang siang datang terik matahari menambah panasnya suasana, muncullah kejenuhan dalam beraktivitas, energi tubuh mengendur dengan penatnya pekerjaan. Namun ada sebuah embun kenikmatan manakala datang sentuhan air ketabahan dengan dhuha. Lahirlah "sebuah pengakuan kenikmatan manusia terhadap Allah SWT". Dengan diteruskan sebuah renungan ulang dan kekuatan energi dhuhur dalam balutan rawatib pengganti kelalaian tahajjud kita semalam. Muncullah sebuah warna terang dari lelahnya jasad yaitu "kesiapan ajal kita sewaktu-waktu". Saat yang bersamaan di hari jum'at muncullah malaikat Allah membawa keteduhan hati bersamaan dengan suara khatib di podium. Lahirlah "kekuatan penuh akan kenikmatan dunia yang sudah diperoleh dengan sekian lama kita hidup di dunia", akankah kita tersadar ataukah sejenak tersadar dalam mimbar jum'at.

Sampai menjelang sore alampun ikut menemani kepenatan manusia dalam argumentasinya dengan sesama dan kesibukkan dunia. Masuklah waktu ashar, "sebuah warna keteguhan dari fisik manusia supaya tetap tegar dengan suasana hati apapun bentuknya". Sudah siapkah dengan keadaan hari ini ataukah akan kita buang dan kembalikan lagi segala keseriusan hidup kita kepada Allah SWT, akan muncul pada pribadi masing-masing. Sampailah saat mentari lelah menemani bumi dan seisinya, dengan pelan sang surya beranjak tenggelam dari peraduan. Hati yang gundah tersirami dengan suara adzan menemani redupnya mentari saat maghrib. Bertambah sibuk dan padat permukaan bumi dengan warna gelap suasana. Lahirlah sebuah "keagungan dzat Allah SWT yang maha agung dalam mengusai alam semesta". Sungguh sangat merugi apabila dalam siang dan menjelang maghrib melupakanNya dalam beraktivitas. Apa yang dicari tanpa rasa syukur di petang hari? Harta, kelangsungan hidup, gengsi, atau apakah?. Sungguh di sayangkan yang tidak pernah sadar akan rutinitas ini. Lelah dalam sehari dengan otot dan otak yang terkuras bergantikah busana kita dalam kesunyian malam yang menjelang?.

MalamMu adalah milikMu. Adanya engkau diakui oleh manusia karena setiap dari mereka semua mengalami saat malam. Dalam kepenatan dan kenikmatan setelah petang diteguhkah kembali fikiran kita akan sebuah warna alam dalam gelap. Hadir sebuah pemikiran menuju akherat, perjalanan dalam penat dikuatkan dengan isya menemani istirahat yang indah, inilah sebuah kehidupan yang penuh daya fikir dan kenyataan namun memilik kekuatan imajinasi akan sebuah hidup yang lain yang akan diraih dan dijanjikan olehNya. Bila dari sekian penduduk bumi mempercayainya. Dari pribadi, kelompok dan separoh penduduk bumi akan tersadar dan terdiam dalam menjelang tengah malam.
Inilah yang dinamakan Street of Love.

Datanglah satu dua orang menghadapMu, bertambah kembali dan semakin tersadar berjuta penduduk bumi tersenyum dan menangis menunduk tanpa suara. Ada yang berurai airmata, ada yang bersimpuh lunglai, ada pula yang meratap dengan sendu tanpa darah. Siapa yang akan menolongmu wahai manusia bumi?. Akankah alam akan mendengar keluh kesahmu. Saat seperti ini, mimpi manusia akan kandas dengan sebuah penyesalan tentang mimpi dan kenyataan itu sendiri. Setelah apa semua yang telah di raih akankah membawa jiwa dan raga ini segar dalam ketenangan dan kebahagiaan?. Jawabmu pasti akan jujur dalam diammu di sela ketidakpuasan hidupmu. Ini banyak di alami oleh semua orang namun banyak pula yang menangis meraung-raung namun tetap tidak bisa menemukanMu.
Dalam ratapan sepertiga malam di keheningan dan udara mencekam dan suasana dingin, lahirlah warna suara hati yang akan membawa perubahan baru setelah sepanjang siang berbenturan dengan keluh kesah dan panasnya matahari dan sepinya hati. Muncullah yang namanya sinar ruh dalam sanubari dan wajah, hati tenang dan gundah terhalang. Dinaikkan lagi sebuah kenikmatan jasad dan hati saat air wudlu tersiram ke anggota tubuh dan beranjaklah rekaat demi rekaat jiwa dalam tahajjud tercipta. "Dalam tundukku aku akan tenang menghadapMu dalam segala bentuk nikmatMu". Inilah sebuah maskot hati yang akan kekal terbawa membuka pintu surga di alam keabadian kelak. Semakin tenggelam dalam upaya kedekatan manusia dengan pencipta dalam naungan istighostah yang berjalan pelan di bibir kita. Bertambah dewasa dan matanglah hati dan jasad dalam namaMu. Berakhirlah mimpimu, tersadar engkau terkejut dan tambah menangis tak terkira ibarat keluar dari rahim ibu. 
Tak terasa fajar akan menyingsing sujudlah engkau dalam tangis saat subuh_mu. Dalam sejuk pagi terdengar do'a hamba: "Wahai Tuhanku, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw dan keluarganya. Semoga dengan itu Engkau selamatkan kami dari segala macam bencana dan musibah, Engkau tunaikan segala hajat kami, Engkau hindarkan kami dari segala kejahatan, Engkau tingkatkan derajat kami, dan engkau sampaikan tujuan kami baik dalam hidup kami atau sesudah mati kami". Ditemani rawatib dan rekaat kenikmatan fajar. Selanjutnya...
Di setiap pergerakkan tubuhmu, hanya kamulah yang akan mengerti irama dan warna perjalanan hidup yang sudah terbentuk menjadi fisikmu kini. Setiap yang berfikir sederhana akan terbawa sebuah keadaan dalam bentuk wajahmu saat sekarang. Dan apa yang sudah ada setidaknya sudah harus jauh sebelumnya disyukuri. Dan jangan berbohong dengan hatimu, tidak akan berarti rutinitasmu saat hati dan bibirmu tertutup oleh lidah yang lain.
Akankah setelah bersujud dan terdiam dalam bibir, berjalan dalam hati selalu akan terjaga setelah lepas subuh. Semua akan kembali kepada insan masing-masing. Apakah otak darah dan daging serta hati nurani yang sudah bertemu dengan Allah SWT dalam 24 jam terbuang percuma ataukah menambah urat nadi kita kokoh dan tetap tegar dengan keringat yang akan kembali tercurah?. Sebuah pertanyaan besar yang selalu berkecamuk pada diri setiap insan. Hanya hidayah Allah yang akan membuka mata hati penduduk bumi sekalian dalam lindunganMu. Amien. Wallahu'alam bishowwab.

by Crowja Garichu

No comments:

Post a Comment

 
back to top