Friday, July 1, 2011

Khalifathul fil ardhi

Selayang pandang, seutas tali temali, sejerat benang. Ada sebuah pepatah gunung dikejar takkan pernah lari kemana, hati dikejar juga takkan pernah mau peduli bila tidak saling mengerti. Siang berganti malam dan malam kembali berubah siang. Istilah hidup manusia dalam menjembatani nilai dan arti kehidupan. Banyak hal yang patut di benarkan apabila setiap manusia ingin merubah hidup, persepsi dan peningkatan harkat serta yang lebih tinggi lagi kekayaan dan kemuliaan. Itu semua tujuan yang mulia yang patut di raih sepanjang hidup. Menyikapi itu semua sudah selayaknya apabila setiap usaha yang di raih adalah memiliki bobot yang harus selalu dijadikan cambuk peningkatan kualitasnya. Apa sih semua itu?... Adalah kata mulia yaitu TAKUT.

Umpama sebuah burung akan terbang dan menemukan sebuah ekosistem baru yang lebih damai. Manusia juga akan sama bilamana kejenuhan dalam semua hal sudah mencapai batas kritis, pasti cara dan upaya baru akan dirubah demi perbaikan keadaan. Namun apabila tidak ada sebuah kekuatan untuk mewujudkan itu semua hanya angan yang menjadi kenyataan buntu dan dead. Dalam masyarakat barat sudah yang haus akan sebuah penemuan dan penelitian, dari jaman ke jaman mereka sudah mencoba mencari wawasan baru demi sebuah peningkatan kualitas pemikiran dan kehidupan serta kemajuan. Ada yang membelah samudra mencari wilayah baru, ada yang mencari suasana dan masyarakat baru dan sengaja pergi ke timur untuk hijrah. Ada pula yang berupaya berevolusi dengan berbagai bidang. Dulu manusia belum mengenal telepon muncullah penemu telepon hingga sekarang setiap dari manusia membawa telepon kemana-mana, sampai-sampai ke kamar kecil bawa ponsel. Sungguh dunia tiada jarak dan orang sudah semakin indah dalam berkomunikasi. Adanya televisi manusia dari seluruh penjuru bisa menyaksikan berita terbaru, ada tsunami, kebakaran, ibu melahirkan sepuluh kambing berkaki enam dan sebagainya. Sungguh dunia hanya wajah-wajah yang penuh warna-warni setiap saat.

Sampai kemana manusia berjalan semua tidak mengenal rasa takut. Dengan santainya menabur keindahan dan kenikmatan. Dengan sadar meraih mimpi dalam berbagai cara baik yang sejujurnya maupun penuh kecurangan, banyak manusia mencelakakan sesama demi selembar uang, banyak dari manusia melupakan Tuhannya hanya demi kenikmatan dunia. Selebihnya siapakah yang merasa takut di antara mereka. Tidak pernah atau sengaja lupa bahwa hidup mereka akan berakhir di ujung dua meter persegi tanah. Bila mengingat itu semua apa artinya upaya dan kerja keras yang dilakukan tanpa mengenal lelah. Keringat di peras, kaki menjadi kepala dan kepala menjadi kaki demi meneruskan hidup keluarga. Indah sekali perjuangan manusia demi kelangsungan hidup dan peningkatan hidup. Apa rasa takut sebenarnya?

Takut.. Setiap manusia pasti akan merasa takut. Takut menjadi miskin, takut menjadi tua, takut menjadi lupa, takut menjadi orang lemah, takut menjadi orang besar, takut tidak punya pekerjaan, takut dipecat, takut dilupakan orang, takut menjadi pribadi yang jujur, takut tidak punya teman, takut menikah, takut jujur bila salah dan semua rasa takut yang kadang muncul tanpa sebab tanpa problem. Dan yang lebih parah lagi adalah takut tidak punya kepercayaan pada diri sendiri. Itulah aura manusia yang pada hari per hari dalam hitungan tujuh hari kelipatannya mengalami berbagai bentuk keadaan yang berbeda-beda. Inilah manusia yang sempurna dalam pandangan Islam bahwa manusia harus mempunyai rasa takut terhadap kondisi yang tidak bisa dipecahkan sendiri. Justru manusia yang tidak pernah merasa takut adalah seorang manusia yang mempunyai lubang dalam hatinya. Hatinya telah bocor oleh kerikil yang melekat menutupi hati, sehingga lupa dan tidak bisa merasakan rasa takut.
Bila pencernaan kita mencerna makanan, apakah pencernaan akan merasa takut untuk menggiling semua makanan yang masuk dalam tubuh. Baik beracun ataupun yang tidak, yang halal ataupun haram, yang keras ataupun makanan lembek, makanan ringan atau yang berat, minuman yang berbahaya ataupun minuman segar. Tidak pernah menolak pencernaan menanggapi makanan yang masuk. Tapi bagaimanakah dengan makanan yang akan dimasukkan ke dalamnya apakah yang punya mulut dan pencernaan itu tidak merasa takut bila mau memakannya??
Sebuah wacana yang indah bila di dengar namun susah di artikan dalam pencapaian pola fikir kita. Yang ada adalah cuek yang penting kenyang dan dahaga hilang. Semoga kita selalu punya rasa takut. Takut mencari dan membicarakan aib orang lain, takut berbuat salah kepada sesama, takut menjadi kaya raya dan melupakan jatah kekayaan kita kepada kaum dhuafa. Takut memasukkan barang haram ke dalam mulut kita, takut merebut rejeki orang, takut menjadi orang yang tidak punya hati nurani. Dan takut kepada Allah rabbul 'alamin. Keberanian dan kesadaran untuk mengatakan rasa takut adalah ujung tombak menemukan hidayahNya. Jerih payah kita yang berbuah surga dan keberkahan adalah dari limpahan kebaikan pencipta karena selalu merasa takut dan tunduk atas apa yang seharusnya dilakukan manusia di bumi. Khalifatul fil Ardhi adalah jejak manusia bumi yang selalu meninggalkan telapak yang patut dijadikan contoh baik. Dana kebaikan yang sebenarnya adalah adanya rasa takut terhadap setiap apa yang kita lakukan tidak karena Allah SWT. Semoga semua dari kita selalu menjadi manusia yang punya karakter tersebut. Amien.
Wallahu'alam bishowwab.
by Crowja Garichu

1 comment:

 
back to top