Friday, September 7, 2012

Lentera ISO


Jika pertanyaan selalu ada jawaban pasti semua akan merasa lebih puas atau sedikitnya akan lebih paham maksud dan tujuan ataupun hal yang perlu di jabarkan dan diungkapkan. Namun bila pertanyaan tidak pernah ada jawaban pastinya setiap orang yang bertanya akan kembali berfikir kenapa pertanyaannya tidak dijawab. Bila pertanyaan tidak perlu membutuhkan jawaban tentunya karena diam adalah jawaban yang harus dipahami. Inilah sebuah komunikasi yang akan menjadikan manusia satu sama lain saling bertegur sapa. Kenapa kita enggan menyapa dan kenapa kita enggan bertanya. Jawabnya banyak faktor yang harus tidak perlu ditanyakan ataupun banyak hal yang perlu di diamkan supaya iklim lebih kondusif.

Manusia hanya sekedar menjalani takdir fitroh dari ketentuan Allah SWT. Manusia yang ingat sahabat tentunya suka bertegur sapa, enggan untuk saling bertengkar. Manusia yang sabar adalah gambaran seorang yang menyerahkan segala kepetingan kepada tangan yang benar yaitu Allah SWT. Manusia yang ikhlas yaitu sebuah fisik, bathin dan ruh yang selalu berdzikir menyebut Muhammad sebagai rasul dan Allah SWT zat yang tunggal. Manusia yang alim adalah sebuah manifestasi dzikirullah yang dijabarkan dengan perubahan akhlak dengan ta'lim. Manusia yang sempurna hanya Allah SWT yang bisa menjabarkannya. Bila sesama manusia bisa memprediksi hal tersebut adalah sebuah wacana yang tidak memunculkan sebuah sanggahan dan penolakan. Tidak ada sedikitpun dalam kamus manusia yang sudah mengenal dzikrullah ingin menjadi manusia yang sempurna di mata manusia yang lain bahkan di mata Rabbnya. 
Mata selalu bisa terjaga apabila fikiran, fisik dan hatinya masih kuat untuk bertahan di alam fana. Beda lagi kalau hal itu sudah bergeser dari kedudukannya karena kesibukan dan segudang aktifitas yang tak kunjung usai bersama rupiah yang berceceran. Fisik yang rapuh, semangat yang memudar dan cahaya Illahi yang sudah mulai melemah dengan bertambah aktifitas rohaniah yang justru melemahkan syaraf bukannya menambah indahnya bertemu dengan Allah di sepanjang waktu dalam 24 jam sehari. Semakin lemah daya imajinasi dan fisik akan semakin kendor pula daya cengkram aqidah yang masuk ke sanubari, bukannya tambah pahala dan amal sholeh. Hanya akan menumpuk dosa dan kesalahan setiap waktu. Indahnya berdoa akan terbentur dengan kesiapan kita menghadapi kenyataan dari doa kita entah sesuai harapan atau jauh dari angan-angan. Susahnya menerima kenyataan akan semudah kita melupakan kenyataan apabila selalu arif dalam menghadap Allah SWT walaupun banyak konsekuensi yang harus berbenturan.
Hati akan tertutup apabila semakin banyak orang yang menjauhi kita, hati akan terluka apabila banyak orang yang melecehkan kita, hati akan diam manakala orang sudah melupakannya. Dan hati akan susah diajak bicara apabila banyak orang dholim terhadapnya. Namun hati akan selalu diam walaupun masih ada cahaya di dalamnya walaupun sudah banyak orang yang meminta maaf padanya. Sudah lelah hati melihat hal yang selalu mengecewakan, enggan berbicara dan diam adalah sebuah harga mati untuk keselamatan jasad dan jiwa. Inilah mengapa kita melepaskan silaturahmi demi untuk menyelamatkan hati kita supaya tidak akan terus terluka.
Bukalah jiwa kita dengan hatinurani, sebuah warna yang beda akan muncul dalam aura wajahmu, jauh dari sifat iri, dengki, ujub, riya dan dholim serta melupakan sebuah dikotomi lepas dari hatinurani. Semoga menjadi pribadi yang sholeh dan sholehah.
Wa‘at thif qulubal ‘alamina bi asrihim ‘alaiya wa albisni qobulam bisyalmahat

Penulis,
Chie Zhoen

No comments:

Post a Comment

 
back to top