Sunday, September 16, 2012

Watak silaturahim

Setiap hari manusia akan selalu bertemu dengan teman, saudara, tetangga dan semua rekan dalam hubungan saling menguntungkan atau sejenisnya dalam rutinitas pekerjaan ataupun keseharian. Sehingga setiap dari mereka akan berinteraksi satu sama lain. Apa yang terjadi maka datanglah, apa yang hadir akan muncul dan bertemu, apa yang hilang akan kembali tiba tanpa disadari, apa yang pergi akan datang pulang kepangkuan. Apa yang di angan-angan pasti hampir sama karena sering berdekatan. Namun ada yang selalu membedakan yaitu sebuah nilai silaturahim. Silaturahim dalam pandangan personal atau pribadi akan diterjemahkan berbeda. Akan sama arti apabila berangkat dari satu hukum yaitu Al-Qur'an, tetapi praktisinya jelas akan berbeda pemahaman tergantung siapa yang menerjemahkannya. Inilah sebuah naluri insan yang tidak bisa bertemu walaupun agama yang menyatukan, walaupun Allah SWT yang menyiarkan secara langsung lewat firman_Nya. Kenapa bisa demikian?


Adalah watak manusia yang suka di puji enggan di anggap remeh, judulnya adalah harga diri atau hati nurani. Setiap insan pasti akan merasa kecewa, gundah, jengkel bahkan dendam. Kepada siapa?, banyak hal jawabnya. Bisa dikarenakan masalah sepele, masalah besar bahkan hanya karena humor atau ejekan. Setiap manusia adalah jiwa yang rapuh, rapuh terhadap kelemahan ataupun rapuh karena kelebihannya. Kerapuhan ini akan membentuk jiwa yang enggan diajak kompromi, terlebih apabila hatinya sudah terluka, luka karena selalu diremehkan, terluka karena merasa tidak dihargai selalu menjadi bahan gunjingan dan disepelekan entah itu sengaja ataupun tanpa unsur yang nyata. Muncullah sebuah jiwa yang acuh tak acuh atau masa bodoh. Dengan judul setiap yang hadir berusaha untuk di diamkan tidak berkomentar dan tidak mau mendekat karena hanya akan merusak amal bahkan menjadikan hati terluka. Hingga untuk keselamatan jasad dan hatinya setiap manusia yang sudah terluka akan berdiri pada koridor yang aman.
Dalam naungan Islam makna silaturahim adalah menjaga nilai kebaikan di antara sesama manusia, berusaha menjaga kemanfaatan dibanding mudhorot yang dimunculkan. Setiap berdiri dibarisan shof sholat sebenarnya kita telah menjaga silaturahim di antara sesama Muslim dan Allah SWT tidak pernah membedakan siapapun yang menghadap di rumah_Nya. Pada area setelah lepas dari rumah Allah tersebut manusia menemukan banyak silaturahim, dalam arti luas yaitu bertebaran mencari nafkah adalah bentuk silaturahim terhadap malaikat kelak di akherat. Jikalau bertebaran di muka bumi untuk kepentingan keluarga pastilah akan menemui pahala yang menggunung yang akan mempertemukan malaikat di surga-surga Allah. Sekarang kenapa manusia suka memilah silaturahim dalam sekala minoritas. Contoh kasus umat Islam dalam koridor suku, bani, KTP atau ormas. Ormas Islam cenderung enggan bekerjasama, justru bahkan terkesan dan banyak terbukti saling terkotak-kotak dan saling membenci. Setiap saat berbeda pendapat dan berselisih padahal tujuannya sama yaitu surga Allah SWT. Apa memang benar silaturahim tidak bisa membentuk akhlak manusia menjadi lebih baik? Jawabnya iya dan tidak. Bisa apabila satu sama lain saling menguntungkan dan saling berfastabikhul khoirot secara ikhlas. Tidak apabila satu sama lain saling membenci sampai ke ubun-ubun bahkan sampai matipun. Pertanyaannya siapa yang paling berbakti kepada Allah SWT? Jawabnya adalah manusia yang ingat (dzikrullah) pada setiap persendiannya. Tentang pahala surga Allah hanya Dia yang akan membalasnya, buktinya besok di alam keabadian yaitu Akherat siapa yang akan masuk surga duluan apakah ormas ini atau ormas itu? wallahu'alam. Shof yang rapatpun jelas akan memudarkan silaturahim dalam bentuk nyatanya di masyarakat. Inilah jihad yang sebenarnya bagaimana umat Islam bersatu dalam mencari surga Allah SWT bukan jihad dalam berbagai perbedaan untuk menangkal perbedaan yang lain.
Tolak ukur cinta Allah dan rasul adalah bagaimana mereka bisa menghargai jerih payah Rasulullah dan Allah SWT dalam menuntun manusia mencari jalan yang benar di bumi. Bukan watak manusia yang suka bersilaturahim dalam skala jauh dari rahmat Allah. Saling menghardik, mencurigai, mengejek, enggan bertemu, suka mencari kesalahan dengan mengatasnamakan firman Allah dan sebagainya. Jiwa-jiwa inilah yang harus selalu disirami watak silaturahim supaya mengerti apaseh hidup dalam naungan ISlam yang sejujurnya. Cinta Allah dan rasul akan selalu hadir pada manusia apabila kita semua mau mengenal satu sama lain secara damai tanpa baju yang dikenakan, bila baju berbeda namun hatinya sama yaitu rasulullah kenapa harus telinga jadi batu sandaran, hanya adzan yang terdengar namun hatinya rapuh menerima iqomah_nya. Apakah silaturahim akan membekas membentuk watak-watak manusia yang Islami yaitu taqwa ataukah watak-watak manusia sendiri yang membentuk silaturahim di kalangan sendiri dalam arti yang berbeda?
Semoga kita semua mendapatkan surga Allah SWT di semua pintunya, semoga rahmat dan ampunan selalu Allah berikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW hingga kelak kita semua bertemu dalam keselamatan yang dijanjikan kepada umat beliau. Amiiin.
Allahumma anta robbi laa ilaha illa anta, kholaqtani wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu. A’udzu bika min syarri maa shona’tu, abuu-u laka bini’matika ‘alayya, wa abuu-u bi dzanbi, faghfirliy fainnahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta.
Wallahu'alam Bishowwab.
Penulis,
Chie Zhoen

No comments:

Post a Comment

 
back to top