Sunday, September 9, 2012

Pesta Demo_krasi telah usai, marilah berjabat tangan. Pilkada Clp_End


Keinginan untuk membangun masyarakat, bangsa dan negara, sebuah sistem akan dirubah dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Otomatis pengaruh pemimpin adalah tolak ukur bagaimana sistem itu bisa muncul ke permukaan membentuk kemakmuran yang diinginkan. Keinginan masyarakat adalah satu yaitu ketentraman. Ketentraman dalam mencari nafkah, ketentraman membina rumah tangga, rukun tetangga dan rukun daerah. Ketentraman dalam menuangkan ide-ide baru demi kemajuan sebuah daerah dan tentunya perut kenyang untuk diri dan anak istri tanpa dentingan peluru tajam. Bagaimanakah ini akan bisa terwujud?, tentunya semua akan kembali pada sebuah analisa pesta demokrasi yang bisa menjadikan jatah menuju kearah sebuah perubahan mendasar yaitu urusan perut dan kepala. Mudah dalam menentukan pilihan namun sulit dalam mencari keyakinan balik tentang sebuah program atau janji yang ingin menjaga kelangsungan sebuah nama yaitu rakyat.

Rakyat adalah sebuah kata yang sering dilupakan karena banyak sekali yang ingin disebut rakyat. Dari yang kecil hingga yang sudah ubanan, dari ujung timur sampai ujung barat. Dari pejabat sampai rakyat jelata, dari yang naik becak sampai yang naik pesawat, dari mana mau kemana jawabnya. Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat jawabnya. Pejabat adalah warga negara alias rakyat, orang kebanyakan juga rakyat yang punya perut dan anak. Jadi bisa disimpulkan bahwa kita semua adalah warga negara yang butuh naungan yaitu sebuah negara. Mau dibawa kemana jatah hidup kita kalau semua diukur dengan sebuah jabatan dan gelamournya fuluz. Apa jatah hidup kita bisa menemukan kemulyaan di ahkerat dengan itu semua. Kalau disuruh berfikir tentang itu semua jelas jawabnya masa bodoh. Karena semua kembali kepada perangai manusia yang mau berfikir, yang penting dapur ngebul bisa meneruskan hidup dan keturunan, sehingga jarang sekali mengedepankan amal sholeh apalagi jiwa ksatria, itu adalah sudah rumus hidup dalam alam sosio kultur. 
Sebuah pesta demokrasi akan membawa kemanfaatan apabila dibarengi dengan semangat kebangsaan dan menjaga sportifitas. Pandangan tentang pesta demokrasi secara teoritis sangat menarik penuh dengan kemakmuran dan kemajuan. Namun setelah sampai pada jajaran lapangan banyak kaki saling beradu bahkan tangan yang seharusnya tidak memegang bola malah melempar bola bukan pada saat tangan boleh memegang. Inilah sebuah kewajaran bahwa nilai demokrasi hanya sebuah batasan yang tipis antara halal dan haram. Bagaimana nilai ini bisa membentuk wajah sebuah daerah dan bangsa yang demokrasi dan modern. Ujung pangkalnya adalah bagaimana sebuah jajanan bisa laku terjual menyisakan keuntungan untuk tambahan dagangan berikutnya. Tapi, sebuah pesta demokrasi bukan sebuah mainan yang harus dileparkan begitu saja, karena semua itu akan menuju pada akar dumadoseng kawula ingkang saged mangayubagyo tatanan lan negoro ingkang toto titi tentrem kerto raharjo gemah ripah loh jinawi. Mau dibawa kemana bila afeksi sebuah bangsa terbentuk dari pola fikir masyarakat yang sudah lewat pembelajaran yang kurang manusiawi.
Kembali kepada keyakinan agama dan kita kembalikan pada koridor berbangsa dan bernegara yang sebenarnya, bahwa sebuah kompetisi akan memunculkan ekses yang mengarah kepada ketidakharmonisan ekosistem, namun apabila sebuah kompetisi dilandasi dengan semangat untuk maju secara bersama-sama, tentunya kita semua akan bisa berjabat tangan dengan damai.
Semoga kita semua bisa menjadi warga negara yang baik dan bertanggungjawab akan keutuhan negara kesatuan republik Indonesia. Kembali kita harus mengibarkan sang merah putih untuk menjaga ukhuwwah dalam berbangsa dan bernegara. Semoga kita bisa Baldatun thoyibatun wa rabbun ghofur.. Amien.
Allahumma sholli ala syayidina muhammad qoddoqodk hilati adrikni yaa rosulalloh
Wallahu'alam Bishowwab
Penulis,
Chie Zhoen

No comments:

Post a Comment

 
back to top